Al-Quran ‘Sop’ Kebangkitan Islam
Sajadah Muslim ~ 23 tahun dakwah Nabi Muhammad saw, dilaksanakan, Allah membimbing kaum muslimin sehingga meraih kemenangan karena Al-Qur’an dijalankan.
Tak dipungkiri saat ini kaum muslimin tengah berada pada posisi terbelakang. Nyaris dalam segala aspek berada di bawah kungkungan musuh-musuh Islam. Mulai dari politik, ekonomi, budaya dan seterusnya.
Begitu sulit umat Islam untuk menentukan sikap keagamaan, rongrongan terus digalakkan. Jangankan di negara-negara yang notabene minoritas muslim, seperti di Eropa. Di negara mayoritas saja, seperti di Indonesia, nampak ruang geraknya sangat terbatas.
Masih kita temui, ada saja sekelompok orang yang melarang pemeluk agama hanif ini menjalankan syariat secara kafah. Umpama, melarang menggunakan jilbab, mencegah melaksanakan shalat secara berjamaah dan sebagainya.
Bila ada yang menuntut penegakan syariat secara konstitusional, langsung di labeli sebagai anti Pancasila, ke binekaan, bahkan teroris.
Kondisi lebih memprihatinkan yang menimpa saudara seiman di Palestina, Suriah, Burma, Uighur dan sebagainya. Mereka diusir, bahkan dibunuh oleh musuh-musuh Islam, tanpa adanya pembelaan nyata dari negara-negara dan lembaga-lembaga Internasional khususnya yang kerap menyuarakan Hak Asasi Manusia (HAM).
Pada intinya, apa yang terpapar di atas adalah cermin kekinian kaum muslimin. Ketidakberdayaan menghadapi hegemoni musuh menjadi realitas nyata yang tak terbantahkan.
Tuntunan Sejarah
Jas merah (jangan melupakan sejarah) demikianlah ungkapan Bapak Proklamator Indonesia, Ir Soekarno, untuk menggambarkan pentingnya peranan sejarah bagi masa depan suatu bangsa.
Islam sendiri memiliki perhatian tinggi terhadap sejarah. Terbukti, sepertiga dari isi Al-Qur’an memuat ‘tema’ ini. Di kisahkan orang-orang yang taat kepada Allah, seperti para Nabi dan Rasul, dan juga disampaikan kisah para penentang, misalnya Fir’an dan Qarun, semua untuk dijadikan pelajaran.
Pada masanya sejarah pernah mencatat Islam berjaya hingga ratusan abad lamanya. Luas kekuasaannya sampai menembus dataran Eropa dan Afrika, tapi jangan lupa, pra-masa kejayaan itu, kaum muslimin juga pernah dinaungi oleh intimidasi yang luar biasa besarnya khususnya pada awal terbitnya ‘mentari’ Islam di bumi Makkah.
Bukan main cobaan yang menimpa kaum muslimin saat itu. Harta dan nyawa menjadi taruhannya. Tidak sedikit yang terampas hak-hak kemanusiaannya oleh mereka yang merasa berkuasa. Hingga akhirnya mereka memilih keluar, terusir dari negeri mereka sendiri, menuju daerah lain demi menyelamatkan iman yang telah dikandung badan.
Lalu bagaimana proses kejayaan itu diperoleh? Melalui perantara tuntunan wahyu yang berupa Al-Qur’an lah, akhirnya kaum muslimin bisa keluar dari kenestapaan itu. Selama 23 tahun secara bertahap, Allah membimbing kaum muslimin untuk meraih kemenangan.
Karena berpijak pada tuntunan wahyu ini, sejak awal kedatangannya kaum muslimin telah menduduki posisi yang tinggi di mata lawan, meski secara status sosial, mereka saat itu tertindas.
Hanya fisik yang mengalami kepayahan, tapi jiwa mereka merdeka, mulia, karena kebanggaan dan keyakinan nan tinggi pada agama ini (Al-Qur’an).
Mengapa ? Karena yang dijadikan rujukan diplomasi umat Islam adalah Al-Qur’an. Al-Qur’an mencegah kaum muslimin untuk membarter iman dengan dunia. Itu adalah perniagaan yang sangat murah di sisi Allah.
Dalam kasus ini, kita lihat skor kemenangan ada pada pihak kaum muslimin karena mereka tidak mau di dikte. Semakin tinggilah kedudukan umat Islam. Di lain pihak, tunduk malulah musuh karena ditolak mentah-mentah tawaran yang diberikan.
Demikianlah gaya hidup seorang muslim dan pemimpin dalam Islam Al-Qur’an (dan As-Sunnah) menjadi barometer setiap keputusan yang akan diambil, sehingga kemuliaan meliputinya. Hakekat Islam itu “ya’luu wa laa yu’laa alaihi” (Unggul dan tidak ada yang mengunggulinya).
Proses-proses inilah yang seharusnya menjadi kajian segenap kaum muslimin yang merindukan kebangkitan Islam. Tidak ada jalan pilihan lain, kecuali kembali pada al-Qur’an. Hanya jalan ini yang akan mampu mengembalikan Islam (kaum muslimin) pada posisi yang semestinya, unggul di atas peradaban lain. Atau bahasa karenanya SPO ( Standart Operating Procedure).
Sebagaimana kata Umar bin Khathab, “Kita adalah umat yang oleh Allah SWT dimuliakan dengan Islam, maka bagaimana pun jika kita mencari kemuliaan dengan yang lain, maka Allah akan memberi kehinaan pada kita.” Wallahu A’lam.”