Sajadah Muslim ~ Setiap kita harus mengakui, terkadang masih timbul perasaan sulit berbagi kepada orang lain. Mengapa demikian? Ada ragam alasan bisa diberikan, salah satunya termaktub dalam firman Allah.
“Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir), sedang Allah menjadikan untukmu ampunan dari pada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2] -268).
Ayat diatas gamblang menjelaskan, ada dua bisikan yang kerap melatari keinginan untuk berbagi kebaikan kepada sesama dan sejatinya kegemaran berbagi ini bukan sekedar kebiasaan sesaat atau motivasi kemanusian saja. Namun lebih dari itu ada pertarungan iman yang senantiasa berseteru dengan propaganda setan.
Pertama, seruan wahyu, diyakini bahwa dibalik bantuan sedekah harta atau lainnya, maka di sana ada sehampar ampunan dari Allah dan sebentang karunia-Nya yang tak bertepi. Allah tidak pernah lalai atau lupa. Dia pasti dibalas dengan kebaikan yang sama. Bahkan bisa berlipat ganda hingga puluhan atau ratusan kali lipat dari sebelumnya, Allah adalah ar-Razzaq, Maha Pemberi Rezeki.
Kedua, bisikan setan, sifat kikir, bakhil, ego, hingga merasa lebih baik dan individualis adalah bisikan setan. Sifat-sifat itu menjadi sarang empuk berkumpulnya virus-virus yang kerap mengotori hati manusia. Semuanya adalah musuh bubuyutan iman. Semakin sifat tercela itu dipelihara makin lemah pula imunitas iman yang dipunyai.
Disadari atau tidak, apa yang dibisikan itu oleh setan biasanya langsung menyentuh akal dan konek dengan pikiran pragmatis manusia. Yakni kekhawatiran tentang jatuh miskin dan dorongan untuk melanjutkan kembali kemaksiatan yang diperbuat.
Kalau saya bersedekah , bukankah harta itu jadi berkurang? Kalau saya membantu, tidakkah saya hanya dirugikan saja? Kalau saya memberi, lalu apa yang saya dapat nanti?
Demikian, acapkali orang itu ingin mengulur tangannya untuk berkontribusi, seketika bisikan itu datang bertalu-talu. Menghembuskan keraguan, meredupkan semangat hingga melenyapkan nyali sebagai seorang pejuang agama yang siap berkorban. Mirisnya, tidak sedikit manusia yang terperdaya, apalagi ditambah dengan gemerlap kehidupan materialistik dan gaya hidup hedonis sekarang ini yang seolah semakin mengaminkan kekhawatiran tersebut.
Inilah tantangan berat seorang Muslim. Di hadapannya tersisa dua pilihan saja, kemanakah gerangan hatinya condong selama ini? Adakah ia berpihak dan memenangkan keimanan pada dirinya, ataukah justru dirinya terhempas bersama godaan-godaan nafsu yang menggorogoti jiwanya?
Berkata Imam Hasan al-Bushri Rahimatullah, aku telah membaca sembilan puluh lebih ayat al-Qur’an yang telah menerangkan tentang Allah Yang Maha Pengatur Rezeki dan telah menjamin rezeki tersebut untuk setiap makhluk-Nya. Sebagaimana aku juga mendapati satu ayat saja tentang godaan setan yang menakut-nakuti manusia dengan kemiskinan dan kefakiran.
Tapi sungguh, aku tak mengerti, kata Hasan al-Bashri mengapa masih saja jiwa ini kecut dan takut terhadap kehidupan ini. Padahal Allah pasti menepati janji-Nya dan setan itu pasti berdusta.
Ayat di atas menunjukkan potensi keraguan manusia. Selalu ada persimpangan untuk sebuah pilihan. Apalagi pada hal baik yang memang layak diperjuangkan. Ia bukan saja sebagai ciri pemenang yang melejitkan keimanan pribadi. Tetapi juga bisa berdampak pada keshalehan sosial dan nilai-nilai positif di tengah masyarakat.
Namun berlama-lama dalam keraguan tentu bukan sikap Muslim produktif. Untuk itu Allah menutup ayat di atas dengan firman-Nya. “Dan Allah Maha mengetahui,” Bahwa apapun keadaannya selalu iman yang jadi pemenang dalam hidup.
Sumber: Majalah Mulia, Berbagi Kemuliaan Hidup
Thanks for reading Kenapa Masih Sulit Berbagi ?. Please share...!
0 Comment for "Kenapa Masih Sulit Berbagi ?"