Membahas Tentang Seputar Ilmu Agama Islam

Hidup Semakin Tak Berkah

Sajadah Muslim ~ Sesungguhnya berlaku curang adalah maksiat yang terkait dengan hak Allah Ta’ala dan sesama manusia.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu bahwa Rasulullah Saw, pernah melewati setumpuk makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke dalamnya, kemudian tangan beliau menyentuh sesuatu yang basah. Maka beliau pun bertanya, “Apa ini wahai pemilik makanan?” Dia menjawab, “Makanan tersebut terkena air hujan, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Mengapa kamu tidak meletakkannya di bagian atas agar manusia dapat melihatnya? Barangsiapa yang menipu maka dia bukan dari golonganku.” (Riwayat Muslim no. 102).


Meski konteks Hadits di atas adalah jual-beli namun cakupan hukumnya bersifat umum. Maksudnya, menipu dan berlaku curang yang diancam tidak terbatas dalam jual-beli. Semua bentuk tipu menipu masuk di dalamnya. Hal ini sebagaimana dalam kaidah ushul fiqih al-ibratu Hiumumillafdz la bikhususi sabab (pelajaran diambil dari keumuman lafadz, bukan pada kekhususan sebab)

Karenanya praktik curang tidak saja terjadi pada jual-beli. Pratik curang bisa dijumpai dalam politik, ekonomi, pendidikan dan lainnya.

Di sekitar kita cukup banyak perilaku yang menggerus keberkahan hidup kita. Kealpaan kita dalam menegakkan sunnah-sunnah Rasulullah saw, adalah salah satu di antaranya. Jika penggerus keberkahan ini berkumpul  mengepung kehidupan kita, maka hidup ini tak ubahnya sebagai mukadimah sebelum mencicipi ancaman Allah.

Baca juga :

Setan memang makhluk yang lihai dan juga licik. Terkadang kita diajak fokus pada tujuan, tetapi dilalaikan dalam hal proses untuk mencapai tujuan. Sehingga tak jarang bermodalkan tujuan yang baik tetapi proses menuju kepada kebaikan tak lagi dirisaukan.  Inilah kaidah orang zionis, yang mengatakan tujuan menghalalkan segala cara.

Hasrat menghalalkan segala cara kadang menyelinap dalam pikiran tanpa disadari, saat kita terdesak dengan sesuatu yang sangat kita butuhkan pikiran kita langsung bekerja mencari jalan pintas dan praktis meski melabrak ketentuan Al-Qur’an dan sunnah.

Boleh jadi kita mendapatkan banyak hal dari kecurangan yang kita lakukan. Uang banyak kita miliki, jabatan prestisius bisa kita duduki atau nilai ujian yang tinggi. Namun kita tanpa sadar telah berbohong dan menipu banyak orang. Orang yang kita bohongi adalah termasuk orang yang kita zalimi.

Lantas apa arti semua yang kita capai jika tidak diperoleh dengan cara yang tidak halal? Jelas tidak ada artinya karena telah kehilangan keberkahan.

Dalam satu Hadits Rasulullah Saw pernah mengingatkan pentingnya jujur dan bahaya melakukan kecurangan. “Jika ia jujur dan transparan dalam jual  belinya, maka akan diberkahi, sebaliknya jika ia dusta dan menyembunyikan maka keberkahannya akan dimusnahkan oleh Allah.” (Muttafaqun Allah).

Curang Membuat Bangkrut

Jika para salafussalih sangat takut dan berusaha untuk menjauhi jabatan, zaman sekarang sebaliknya, orang berebut untuk menjadi pejabat. Yang lebih menyedihkan lagi karena di ajang rebutan ini sering disertai dengan pratek curang.

Celakanya lagi, hasrat berbuat curang itu kadang sulit direda. Bahkan ketika jabatan sudah di raih, keinginan berbuat curang justru semakin menjadi-jadi. Tepat sekali jika kemudian Rasulullah Saw mengeluarkan ancaman secara khusus kepada pejabat yang berlaku curang. 

“Tidaklah seorang hamba di antara kalian diberikan tanggung jawab mengurusi umat, lalu kemudian ia mencurangi rakyatnya kecuali Allah akan mengharamkan baginya surga.” (Muttafaqun Allah).

Berlaku curang adalah maksiat yang terkait dengan hak Allah Ta’ala dan sesama manusia. Ketika suatu maksiat terkait dengan hak sesama, maka proses bertobatnya tidaklah mudah. Sebab pelakunya mesti mendapat maaf dari orang yang dicuranginya. Jika tidak, maka perbuatan zalimnya akan ditebus dengan pahala kebaikannya. Jika pahalanya telah habis, maka ia harus rela memikul dosa orang di zaliminya.

Inilah yang sangat ditakutkan oleh salafussalih, sehingga mereka berusaha berlari sekuat mungkin dari segala hal yang bisa menjerumuskannya, bagaimana dengan kita?

Sumber: Majalah Mulia, Berbagi Kemuliaan Hidup


Labels: Seputar-Islam

Thanks for reading Hidup Semakin Tak Berkah. Please share...!

0 Comment for "Hidup Semakin Tak Berkah"

Back To Top