Sajadah Muslim ~ Ibadah Qurban telah sama-sama kita lalui, tentu sebuah kenikmatan besar bagi umat Islam ditengah pandemi masih dapat menjalankan ibadah dengan baik, tak terkecuali ibadah qurban. Sekalipun telah kita lalui, makna dan spirit qurban sangat penting kita pahami guna mengisi kehidupan ini dengan lebih semangat dalam berjuang dan berkorban.
Qurban merupakan ibadah yang memiliki dimensi mahdhah dan sosial. Dimensi mahdhah yakni sebuah ibadah yang bersifat vertikal, hubungan hamba dengan Allah dalam rangka pendekatan diri kepada-Nya.
Adapun dimensi sosial atau bersifat horizontal karena ibadah qurban dapat dinikmati dagingnya oleh kaum dhuafa. Dari sinilah akan tumbuh kepedulian sosial dan solidaritas antar sesama umat manusia. Dampak strategis ibadah qurban sangat nyata dalam membangun kebersamaan, kesetiakawanan dan pemerataan demi mewujudkan keadilan sosial.
Namun, qurban juga sangat erat kaitannya dengan aspek pendidikan karena di dalamnya banyak hikmah dan pelajaran.
Ada beberapa nilai pendidikan dalam ibadah qurban. Pertama pendidikan tauhid yang ditanamkan oleh Nabi Ibrahim As kepada istrinya Hajar dan putranya Ismail.
Allah, mengabadikan dialog Nabi Ibrahim dengan putranya melalui firman-Nya yang artinya
“Hai anakku, Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab “Hai bapaku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah kamu akan mendapatiku. Termasuk orang-orang yang sabar,”(QS As-Shafat ayat 102)
Ketaatan dan kepatuhan Ismail terhadap perintah Allah, tentu tidak lepas dari peran Sang ibunda Hajar yang telah mendidik dan menanamkan nilai-nilai tauhid kepada putranya.
Nilai tauhid yang menghujam dalam jiwanya itulah yang mengantarkan Ismail memiliki kesiapan untuk taat, patuh dan penyerahan diri sepenuhnya menerima perintah Allah.
Kedua, ketangguhan sosok ibu. Sosok Hajar yang shaleha, cerdas dan tangguh telah sukses membentuk akhlak dan karakter Ismail. Beliau seorang ibu yang hebat, tidak kenal lelah dalam mendidik, memberi perhatian, dengan penuh kelembutan, kesabaran dan tawakkal.
Kesuksesannya mendidk putranya patut ditiru dan diteladani oleh kaum ibu-ibu. Benarlah pepatah bahasa Arab, Al-Ummu al- Madrasat al-Ula, yang berarti ibu adalah sekolah pertama (bagi anak-anaknya).
Baca juga:
- Hukum Mencium Istri Saat Berpuasa
- Jika Wanita Berpuasa Tapi Tak Shalat
- Cara Mandi Wajib Yang Benar
- Berjuang Merawat Kecerdasan
- Tata Cara Shalat Orang Sakit
Tercatat dalam sejarah sejumlah nabi dan rasul, sekian banyak ulama, pemimpin, tokoh dan ilmuwan yang lahir berkat peran pendidikan ibunya. Di antara mereka ada Nabiyullah Isa as yang diasuh dan dibesarkan serta dididik untuk menjadi anak yang hebat oleh ibundanya Maryam.
Nabi Muhammad saw sendiri lahir dalam keadaan yatim, sejak dalam kandungan ditinggal wafat ayahnya, Ibundanya Aminah yang bekerja keras membesarkan dan mendidiknya hingga di kemudian hari beliau diutus menjadi Nabi dan Rasul yang memiliki akhlak agung dan mulia.
Di kalangan ulama, ada Imam Syafi’i yang lahir dalam keadaan yatim, kemudian dibesarkan dan dididik langsung oleh sang ibu, selanjutnya beliau berguru kepada para ulama hingga tumbuh menjadi seorang ulama besar yang nasyhur hingga saat ini.
Ini membuktikan betapa peran ibu sangat penting dan menentukan bagi pendidikan dan kesuksesan seorang anak. Allahu a’lam.
Sumber: Majalah Mulia, Berbagi Kemuliaan Hidup
Thanks for reading Spirit Qurban, Ibu Dan Pendidikan Tauhid. Please share...!
0 Comment for "Spirit Qurban, Ibu Dan Pendidikan Tauhid"