Sajadah Muslim ~ “Kehidupan dunia ini sangat sementara, segala kenikmatannya tidak berumur panjang”.
Menjadi manusia cerdas dalam versi keduniawian seperti menjadi profesor, ahli di bidang keilmuan tertentu atau keahlian, tentu sudah bukan hal aneh lagi, semua orang sadar dan mengakui hal itu sangat penting. Tetapi bagaimana dengan kecerdasan yang ditetapkan dalam ajaran Islam?
Rasulullah bersabda; “Orang cerdas adalah orang mampu mengendalikan dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati”. (HR.Tirmidzi)
Dalam hadits lain, Rasulullah ditanya oleh seorang Anshar yang dibawa oleh ibnu Umar menemuinya, “Wahai Nabi siapakah orang yang paling cerdas dan paling mulia? Beliau menjawab, Orang yang paling banyak dalam mengingat mati dan paling siap menghadapinya.
Mereka pergi dengan membawa kemuliaan di dunia dan kehormatan diakhirat (HR. Tirmidzi). Hadits tersebut secara nyata menantang eksistensi pikiran manusia, bagaimana mungkin kecerdasan dihubungkan dengan kematian, sedangkan orang cerdas itu dalam pandangan umum lebih menghendaki kehidupan dunia yang nyaman dan aman. Akan tetapi memahami penjelasan Nabi Muhammad Saw dalam hadits itu sangatlah mudah, terutama jika kita mengacu pada Al-Qur’an yang memang memberikan penjelasan nyata perihal ini. Perhatikanlah sejarah dan bagaimana ada manusia bernama “Qarun” merasa dirinya sangat cerdas.
“Qarun berkata “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku” (QS. Al-Qashsah [28] :78).
Lantas apa yang kemudian dilakukan oleh Qarun atas pengakuannya itu, ia sombong berbuat aniaya dan menganggap bahwa kecerdasan itu hanya dapat menghimpun banyak harta. Sampai kemudian datang hukuman Allah. Ia ditenggelamkan ke dalam bumi beserta seluruh hartanya, apakah seperti itu orang yang cerdas?
Penjelasan Nabi semakin mudah kita pahami saat membaca Surah Thaha ayat 103 dan 104 yang pada intinya manusia-manusia yang kala di dunia banyak berbuat dosa, mengatakan bahwa mereka hidup di dunia tidak lebih dari sepuluh hari bahkan hanya satu hari.
Artinya kehidupan dunia ini memang sangat sementara, segala kenikmatannya tidak berumur panjang. Dan pada setiap perilaku dan perbuatan umat manusia telah Allah siapkan catatan yang detil, sehingga kita tidak mungkin mengelak.
Dengan demikian, penjelasan bahwa orang yang cerdas adalah yang menyiapkan diri untuk kehidupan setelah mati, sangatlah bisa di pahami dengan mudah. Karena hakikatnya kehidupan yang abadi, kehidupan yang lebih kita butuhkan hanyalah di akhirat. Bukan di dunia yang fana ini. Oleh karena itu kecerdasan yang hakiki harus terus kita perjuangkan. Ibn Suradi.
Sumber: Majalah Mulia, Berbagi Kemuliaan Hidup
Labels:
Pendidikan Islam
Thanks for reading Berjuang Merawat Kecerdasan. Please share...!
0 Comment for "Berjuang Merawat Kecerdasan"