Sajadah Muslim ~ Mendorong anak mau berusaha, bukan hal mudah, perlu beragam cara dan pendekatan termasuk melalui jalur komunikasi yang memotivasi.
Irawati Istadi, dalam bukunya mengurai Istimewakan Setiap Anak, memberikan illustrasi konkret.
“Mama tahu betapa beratnya usahamu untuk menggosok gigi ketika mata sudah mengantuk. Untuk itulah usahamu mama hargai dengan hadiah.”
Kemudian lagi, “Siapa yang tak suka menonton film di televisi? Kalau kamu berhasil mengurangi jam menontonmu hingga hanya dua jam sehari, itu sungguh usaha berat yang patut diberi penghargaan.”
Artinya anak diajak untuk berpikir dan memahami bahwa usaha yang berat demi kebaikkan harus diperjuangkan. Karena itu wajar jika orang tua rela memberikan hadiah karena melakukan itu semua apalagi setiap hari bukan perkara mudah, saat yang sama teman-teman masih hanyut dalam budaya yang melenakan waktu.
Langkah seperti itu mungkin di rasa efektif jika anak telah mampu dan memang sudah masuk atau tiba saatnya diajak berpikir. Namun langkah tersebut masih merupakan cara yang relevan untuk dilatih dan dibiasakan kepada anak-anak yang lebih belia umurnya.
Sebab, pada hakikatnya anak yang dilatih berpikir dan memahami sesuatu lambat laun akan seiring dengan upaya yang terus menerus akan menjadikan mereka tumbuh dengan kesadaran diri yang lebih bisa diharapkan.
Kerap kali orang tua terseret suasana hati yang cenderung emosi sehingga kala perintah dari aturan yang masih dijalani anak tidak dipatuhi, tangan langsung bergerak, mulut pun membentak.
Sesekali mungkin bisa di maklumi, tetapi jika itu terus dilakukan, maka semua cara yang harusnya dihindarkan akan semakin merusak kepribadian anak, efektivitasnya luntur.
Pada prinsipnya mendidik anak di dalamnya ada unsur bagaimana menghargai mereka. Rasulullah pun memberikan teladan perihal ini.
Suatu waktu Rasulullah sedang sholat Dhuhur secara berjama’ah bersama para sahabatnya, namun tiba-tiba beliau mempercepat sholatnya di dua rakaat terakhir. Setelah selesai sholat, orang-orang bertanya kepada Nabi.
Sahabat bertanya, “Engkau mempercepat sholatmu di dua rakaat terakhir wahai Rasulullah?” Beliau pun menjawab, “Tindakan kalian mendengar suara jeritan anak kecil?”
Dengan demikian sudah tiba saatnya para orang tua untuk berjuang menghargai putra-putrinya, jadikan mereka insan yang mampu berpikir sekaligus berdzikir. Inilah tugas yang akan mungkin kita wajudkan manakala kita bisa menghargai buah hati dengan baik dan benar.
Sumber: Majalah Mulia, Berbagi Kemuliaan Hidup
Labels:
Seputar-Islam
Thanks for reading Menghargai Usaha Anak. Please share...!
0 Comment for "Menghargai Usaha Anak"