Sajadah Muslim ~ Sejarah membuktikan bahwa satu kunci terpeliharanya ilmu dan sampai sekarang dapat diakses oleh manusia moderen adalah tradisi menghafal para pembelajar di masa Nabi Muhammad Saw, yang terus berlanjut hingga masa kejayaan Islam di berbagai belahan dunia.
Jika hari ini banyak orang yang kagum dengan betapa bagusnya hafalan Ustadz Adi Hidayat, maka sungguh pembelajar dan ulama terdahulu akan lebih menganggumkan. Hal ini menandakan bahwa hafalan bukanlah perkara yang sudah tidak relevan di masa kini, sekalipun tentu hafalan harus diikuti oleh beragam kemampuan lainnya.
Dalam buku budaya Ilmu Wan Mohd Nor Wan Daud, menjelaskan bahwa hafalan adalah aspek penting dalam pendidikan.
Tidak dapat dinafikan bahwa hafalan adalah salah satu aspek penting pendidikan semenjak zaman dahulu. Tidak ada seorangpun tokoh dan sarjana besar dunia dalam apa jua bidang sekalipun yang tidak mempunyai daya ingatan yang kuat, tidak menghafal bahan penting.” (Budaya Ilmu halaman 181)
Seperti kita pahami dalam dunia kekinian, seorang wakil rakyat akan mudah berpendapat dan benar sesuai aturan perundangan-undangan yang ada saat dia hafal masalah yang dipersoalkan di ruang-ruang publik. Lebih-lebih seorang pengacara. Dengan kata lain, dalam konteks tertentu menghafal adalah penting.
Jika kita tarik ke belakang di masa Nabi Muhammad, mengapa para sahabat begitu antusias menghafal tidak lebih dan bukan karena menghafal Al-Qur’an amat erat kaitannya dengan keimanan.
Sebab membaca dan menghafal Al-Qur’an dalam Islam bukan sekedar bagus tapi mengandung pahala dan kemuliaan. Rasulullah bersabda: Perumpamaan orang yang membaca Al-Qur’an sedang ia hafal dengannya bersama para malaikat yang suci dan mulia, sedang perumpamaan orang yang membaca Al-Qur’an sedang ia senantiasa melakukannya meskipun hal itu sulit baginya, maka baginya dua pahala (Muttafaq’alaih).
Dalam hadits yang lain Rasulullah menganjurkan umatnya untuk menghafal Al-Qur’an. “Orang yang tidak mempunyai hafalan Al-Qur’an sedikitpun seperti rumah kumuh yang mau runtuh.” (HR. At Tirmizi)
Boleh jadi dari tradisi menghafal Al-Qur’an ini umat Islam kemudian terdorong menghafal hadits dan kemudian sejarah hingga kita-kitab karangan ulama. Dan, secara kronologi untuk bisa menghafal Al-Qur’an adalah gerbang yang harus di tembus. Allahu a’lam.
Sumber: Majalah Mulia, Berbagi Kemuliaan Hidup
Labels:
Seputar-Islam
Thanks for reading Menghafal Kunci Ilmu Dalam Islam. Please share...!
0 Comment for "Menghafal Kunci Ilmu Dalam Islam"