Membahas Tentang Seputar Ilmu Agama Islam

Kultum: Faktor Penyebab Bintang Kehidupan Meredup dan Suram

Sajadah Muslim ~ Yang terhormat para alim ulama, para pejabat pemerintah baik sipil maupun militer, para ustadz dan ustadzah, para bapak, ibu, hadirin dan hadirat yang saya muliakan.


Mengawali pertemuan kita melalui mimbar kultum kali ini, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah, Tuhan semesta  alam. Shalawat dan salam, semoga senantisa dilimpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah mengeluarkan manusia dari gelap gulita kekafiran menuju pada cahaya kebenaran, yaitu agama Islam.

Bapak, ibu, saudara sekalian yang saya muliakan

Kehidupan manusia memang tak sama, ada sementara orang yang bintang kehidupannya bersinar terang, hidupnya selalu diliputi kemudahan dan keberuntungan. Tetapi ada pula yang bintang kehidupannya sedang redup, tertutup kabut dan mendung kehidupan. Kesulitan demi kesulitan, kegagalan demi kegagalan dan ketidak beruntungan seakan selalu berpihak kepadanya. Usaha yang dilakukan seakan selalu mengalami kegagalan. Apa yang diusahakan selalu tidak tepat, kesulitan demi kesulitan selalu menghadang jalan hidupnya. Ketika berdagang selalu merugi, bahkan modalnya usahanya pun menjadi ludes dan bangkrut. Ketika menanam tanaman atau biji-bijian, tidak mau tumbuh atau begitu tumbuh habis dimakan hama penyakit.

Mengapa hal itu bisa terjadi? Dan apa pula penyebabnya? Untuk mencari dan menemukan jawaban akan sebab-sebabnya memang tidak mudah, karena faktor penyebabnya sangatlah kompleks. Tetapi setidaknya kita bisa berkaca dan merenungkan firman Allah SWT. Berikut ini:

“Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.” (QS. Al-Lail : 8-10)

Bapak, ibu, saudara sekalian yang saya muliakan

Memperhatikan ayat tersebut, kiranya dapatlah kita ketahui bahwa ada tiga hal yang mengantarkan seseorang pada kesulitan dan kesukaran-kesukaran dalam kehidupannya, utamanya kelak di akhirat yaitu: Pertama Bakhil; Kedua: Merasa cukup; Ketiga: Mendustakan nilai-nilai kebenaran, serta tidak mempercayai akan adanya akibat positif dari suatu kebaikan.

Kebakhilan itu sesungguhnya akan sangat merugikan dan membuat sesorang menderita kesengsaraan. Allah SWT berfirman yang artinya:

“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sesungguhnya kebakhilan itu buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat.” (QS. Ali Imran: 180)

Sikap seorang dengan menutup kran nikmat dan karunia Allah yang dianugerahkan kepadanya untuk obyek-obyek atau orang-orang yang disukai dan diridhai Allah SWT adalah suatu kebakhilan. Dia dikaruniai Allah anugerah rizki dan harta benda yang cukup tetapi dia bakhil dan pelit menyumbangkan sebagian harta bendanya untuk keperluan amal, membantu anak-anak yatim, orang-orang fakir miskin dan orang-orang lain yang membutuhkannya. Hal inilah yang membuatnya akan ditimpa kesulitan dan kesengsaraan, utamanya kelak di akhirat akan mendapatkan siksaan yang pedih.

Nabi SAW juga bersabda sebagaimana yang diriwayatkan dari Urwah bin Zubair, dari Nabi SAW. Sesungguhnya beliau bersabda: “... Orang bakhil itu jauh dari Allah Azza wa Jalla, jauh dari surga, jauh dari manusia dan dekat dengan neraka.”

Mengenai kebakhilan ini, Hasan Basri menyatakan bahwa kebakhilan itu, jika seseorang melihat harta yang diinfaqkan sebagai sesuatu kemusnahan dan apa yang ditahannya sebagai kemuliaan. Sumber kebakhilan adalah cinta harta dan panjang angan-angan, ketakutan akan fakir dan kecintaan pada anak.

Abu Hanifah rahimahullah berkata: “Aku tidak pernah melihat keadilan dapat tegak di tangan orang yang bakhil. Karena kebakhilan akan mendorong seseorang untuk menguras habis, sehingga ia mengeksploitasi dan mengambil melebihi haknya, karena ia sangat ketakutan akan dirugikan. Orang yang demikian itu, tidak dapar dipercaya untuk memegang amanat.”

Bapak, ibu, saudara sekalian yang saya muliakan

Sementara sikap hidup dengan merasa cukup, akan membuat dirinya berlaku sombong, ongkang-ongkang, malas berusaha, merasa tidak butuh pada orang lain bahkan yang amat fatal kalau dirinya merasa tidak butuh pada Allah SWT.

Begitu pula sikap tidak mempercayai pada nilai-nilai kebenaran, tidak mempercayai akan akibat baik dan pahala surga dari kebaikan dan amal saleh, akan mengantarkan dirinya pada kesulitan, kesengsaraan dan kebinasaan. Sikap semacam itu, membuatnya berbuat seenaknya, memperturutkan hawa nafsunya, melakukan kejahatan demi kejahatan menjadi hal yang lumrah dan biasa. Hal itu, tentu membuat suasana tidak nyaman, menjauhkannya dari orang lain dan membuat murka Allah SWT. Sehingga kesulitan demi kesulitan dan kesengsaraan demi kesengsaraan akan menyelimuti kehidupannya dan di akhirat kelak akan mendapatkan siksa yang amat pedih. Na’udzu billahi mi dzalik.

Bapak, ibu, saudara sekalian yang saya muliakan

Mengakhiri kultum di kesempatan kali ini, marilah kita berdo’a semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia serta petunjuk-Nya kepada kita, sehingga kita mampu mengisi hidup ini dengan nilai-nilai positif yang bermanfaat, amin. Demikianlah, terima kasih atas perhatiannya dan mohon maaf atas kesalahan dan kurang lebihnya. Hadanallah waiyyakum ajmain, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Oleh Ustadz Abdullah Farouk & Ustadz MS. Ibnu Hasan

Labels: Kumpulan Ceramah Kultum

Thanks for reading Kultum: Faktor Penyebab Bintang Kehidupan Meredup dan Suram. Please share...!

0 Comment for "Kultum: Faktor Penyebab Bintang Kehidupan Meredup dan Suram"

Back To Top