Sajadah Muslim ~ Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, arrahmanirrahim maliki yaumid din, wa shalatu wassalamu ‘ala asyrafil anbiya’i wal mursalin sayyidina wa maulana Muhammadin khatamin Nabiyyina wa imamil mursalin, wa ‘ala alihi thahiriina wa shahabatihi ajma’in, amma ba’du.
Kaum muslimin sidang jum’at yang berbahagia
Pertama-tama marilah kita bersyukur dan memuji Allah SWT, dengan kekuasaan-Nya telah memperjalankan hamba-Nya pada malam 27 Rajab dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha dan menaikkannya ke Sidratul Muntaha.
Shalawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta sahabat dan keluarganya yang telah berjuang untuk menegakkan kebenaran.
Kemudian mari kita senantiasa berupaya memperbaiki takwa kita kepada Allah SWT dalam upaya memperoleh kebahagiaan kita di dunia dan akhirat kelak.
Kaum muslimin sidang jum’at yang berbahagia
Walaupun setiap tahun kita telah memperingati peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW, akan tetapi untuk menyegarkan kembali ingatan kita, ada baiknya kami menjelaskan secara singkat makna Isra Mi’raj. Isra artinya perjalanan malam Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haran ke Masjidil Aqsha untuk melihat sebagian dari tanda-tanda kebesaran Allah SWt, sedangkan Mi’raj adalah naiknya Nabi Muhammad SAW ke Sidratul Muntaha bahkan di atasnya lagi untuk menerima perintah shalat lima waktu.
Dilihat dari sudut sejarah perjuangan menyebarkan agama Islam, maka peristiwa Isra Mi’raj adalah merupakan titik balik atau arus ablik. Selama dua belas tahun Rasulullah SAW menyebarkan ajaran agama Islam di Makkah baru kurang lebih 100 orang pengikutnya. Menjelang saat-saat Isra Mi’raj tekanan orang-orang kafir Quraisy kepada Nabi Muhammad SAW dan pengikut-pengikutnya semakin keras, terutama sesudah paman beliau Abu Thalib dan istrinya Khadijah binti Khuwalid wafat, siksaan orang kafir Quraisy ditujukan langsung kepada Rasulullah SAW.
Bagaimana situasi dan kondisi Nabi Muhammad SAW dan sahabat-sahabatnya menjelang Isra Mi’raj digambarkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 214:
“Dan mereka itu digoncangkan oleh bermacam-macam cobaan sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata bilakala ditanya pertolongan Allah, ketahuilah bahwa pertolongan Allah adalah dekat.”
Ada ulama berkata bahwa yang dimaksud pertolongan Allah sudah dekat adalah peristiwa Isra Mi’raj.
Kaum Muslimun sidang Jum’at yang berbahagia
Dalam beberapa hadis diriwayatkan bahwa peristiwa Isra dan Mi’raj terjadi pada waktu larut malam, senin tanggal 27 rajab tahun yang kedua belas dari kenabian, ketika itu Nabi Muhammad SAW berada di Hijr Ismail didekat Ka’bah, beliau didatangi oleh Malaikat Jibril dan Mikail, kedua Malaikat itu meyampaikan perintah Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk melaksanakan Isra dan Mi’raj, maka Rasulullah dibawa ke sumur Zamzam, dada beliau dibelah, hatinya dicuci lalu dikeluarkan dari padanya darah hitam kemudian setelah hatinya bersih maka diisilah dengan sifat ilmu, Yaqin juga berarti putih bersih, lebih besar dari himar dan lembuh kecil dari Bugal sehingga buraq adalah makhluk yang berwarna putih dan memiliki kecepatan ibarat kilat.
Kemudian Rasulullah SAW dinaikkan diatas buraq dan dimulailah perjalanan Isra dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, seperti firman Allah SWT dalam surat al-isra ayat 1:
“Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha”.
Dalam perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha beliau singgah untuk melaksanakan shalat sunnah dibeberapa tempat bersejarah yaitu: Yatsrib, Madyan, Tursina dan Baitullahmi.
Ketika beliau sampai di Masjidil Aqsha beliau disambut oleh Nabi-Nabi dan para Malaikat dari alam malakut, beliau bertindak sebagai imam dalam shalat berjama’ah dengan para Nabi.
Kaum Muslimin sidang Jum’at yang berbahagia
Kemudian beliau melanjutkan perjalanan menghadap Allah SWT dengan menggunakan Buraq, yang berarti alat untuk menuju tempat yang tinggi, tetapi yang mengetahui hakekatnya hanyalah Allah SWT.
Dalam perjalanan Isra dan Mi’raj beliau telah melalui dan menempuh empat alam, yaitu alam dunia, alam arwah, alam malakut dan alam jabarut. Di bawah langit pertama adalah alam dunia, di atas langit pertama sampai langit ke tujuh adalah alam arwah, dari langit ke tujuh sampai Sidratul Muntaha adalah alam malakut dan di atas sidratul muntaha adalah alam jabarut atau Arasy atau Mustawan.
Semua peristiwa ini bagi Allah SWT adalah mudah, karena Allah SWT memiliki kekuasaan yang mutlak, seperti firman-Nya dalam surat Yasin ayat 82:
“Sesungguhnya perintah-Nya apabila menghendaki sesuatu Ia berkata jadilah, maka jadilah.”
Dalam perjalanannya di alam arwah, beliau berdialog dengan tujuh Nabi dan Rasul utama, yaitu: Nabi Adam, Isa, Yusuf, Idris, Harun, Musa, dan Ibrahim alaihimussalam. Adapun hikmah beliau berdialog dengan ketujuh orang Nabi utama tersebut adalah untuk memetik keahlian dan profesionalitas mereka. Nabi Adam as ahli dalam bidang kemakmuran bumi, Nabi Isa as menonjol dalam hal kesederhanaanya, Nabi Yusuf as ahli dalam bidang logistik, Nabi Idris as menonjol dalam kesalehannya dengan berpuasa sepanjang masa, Nabi Harun as ahli dalam bidang pidato dan diplomasi, Nabi Musa as ahli dalam bidang kekuatan dan pertahanan, dan Nabi Ibrahim as menonjol dalam bidang tauhid, debat dan kepemimpinan.
Kaum Muslimin sidang Jum’at yang berbahagia
Mir’rajnya Nabi Muhammad SAW telah digambarkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an surat an-Najm ayat 8-10 :
“Kemudian jadilah dia dekat sejarah dua ujung busur panah atau lebih dekat lagi, lalu ia sampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad SAW) apa-apa yang telah diwahyukan”.
Ayat tersebut menggambarkan bahwa Nabi Muhammad SAW amat dekat dengan Tuhannya dan ayat ini pulalah yang menggambarkan bahwa Allah SWT telah memberikan perintah shalat kepada Nabi Muhammad SAW.
Kaum muslimin sidang Jum’at yang berbahagia
Berbicara tentang hikmah atau tujuan Isra Mi’raj antara lain dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Peristiwa Isra Mi’raj adalah peristiwa iman yang bermuatan, akhlak ibadah dan ilmu pengetahuan.
- Peristiwa Isra Mi’raj adalah jaminan Allah Yang Maha Kuasa bahwa agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW akan dan pasti menang sampai akhir zaman.
- Shalat adalah rukun Islam yang amat penting, karena Nabi menerimanya langsung dari Allah SWT dan tidak melalui perantaraan Malaikat Jibril.
Hendaknya kita umat Islam dalam mengerjakan dan menegakkan shalat bukan hanya karena beban kewajiban akan tetapi menjadi suatu kebutuhan jasmani dan rohani.
Untuk menutup khutbah ini perkenankan saya mengutip firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Mu’minun ayat 9-11:
“Dan orang-orang yang memelihara shalatnya mereka itulah pewaris-pewaris, yang akan mewarisi surga Firdaus”.
Pada akhirnya marilah kita menegakkan shalat sesuai dengan syarat dan rukunnya demi menggapai kebahagiaan kita di dunia dan keselamatan kita di akhirat kelak, Amin.
PENUTUP
Oleh Drs. KH. Marwan Aidid
Labels:
Kumpulan Khutbah Jumat
Thanks for reading Khutbah Jumat: Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Please share...!
0 Comment for "Khutbah Jumat: Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW"