Sajadah Muslim ~ Yang saya muliakan dan saya taati para alim ulama, para pejabat pemerintah baik sipil maupun militer, para ustadz dan ustadzah, para bapak, ibu, hadirin dan hadirat yang saya muliakan.
Mengawali pertemuan kita melalui mimbar kultum kli ini, pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah, Tuhan sarwa sekalian alam. Shalawat dan salam, semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW sebab beliau kita dapat mengetahui yang hak dan yang batil, yang halal dan yang haram, antar jalan menuju ke surga dan jalan menuju ke neraka.
Bapak, ibu, hadirin dan hadirat sekalian yang saya hormati
Peristiwa Isra’Mi’raj Nabi Muhammad SAW itu terjadi di bulan Rajab, tepatnya tanggal 27 Rajab. Perjalanan itu dimulai dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha di Jerussalem (Palestina), di malam hari. Selanjutnya perjalanan beliau dilanjutkan ke tujuh pelata langit, hingga ke Sidratul Muntaha, diteruskan hingga ke Mustawa, suatu tempat yang tidak bisa dijangkau oleh kecanggihan teknologi manapun. Suatu pelataran yang tidak diketahui hakekatnya oleh siapapun kecuali Nabi SAW bersama Allah SWT. Kemudian beliau kembali lagi ke Masjidil Haram. Pada malam itu Allah SWT menampakkan cahaya Dzat-Nya di hadapan Rasulullah SAW. Seraya melimpahkan samudera karunia dan kenikmatan-Nya, dalam tempo yang sangat singkat.
Bagian terakhir yang merupakan puncak tertinggi dari perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW adalah menghadap pada wajah Allah Rabbun Jali. Kiranya dapatlah kita ilustrasikan, bahwa di dalam sebuah perjalanan kehormatan yang sangat penting, biasanya diakhiri dengan suatu peristiwa yang sangat mantap di dalam hati sanubari yaitu menghadap (audence) kepada kepala Negara dari negeri yang dikunjungi, sebagai pemegang puncak kekuasaan dalam negeri tersebut. Begitu pula perjalanan Nabi SAW yang begitu misterius dan monumental yang sangat tinggi nilainya, maka peristiwa itu diakhiri dengan peristiwa puncak dari segalanya, yaitu audence menghadap secara langsung kepada Allah SWT yang Maha Tinggi lagi Maha Agung, di suatu tempat yang paling luhur yang dinamakan dengan Sidratul Muntaha, di dalam selubung suasana suci dalam lautan cahaya keagungan Ilahi yang tidak diketahui tempat dan waktunya, pertemuan yang sakral dan penuh syahdu antara Rasul terkasih, Muhammad SAW bersama Tuhannya, Allah Rabbun Jali. Muhammad diberi kesempatan melihat Allah SWT secara langsung, di suatu tempat dan situasi yang tidak dapat digambarkan oleh manusia, yang hanya diketahui oleh Rasululah SAW sendiri bersama Allah SWT. Dalam dialog suci dengan Tuhannya itu, beliau menerima perintah shalat lima waktu dalam sehari semalam. Perintah shalat ini, berbeda dengan perintah ibadah-ibadah yang lain, karena shalat diterima oleh beliau secara langsung dari Allah SWT dalam suasana suci, sakral dan sangat agung.
Bapak, ibu, hadirin dan hadirat sekalian yang saya hormati
Peristiwa Isra’ Mi’raj ini, hendaklah mampu menggerakkan perenungan kita mengenai corak intelektualitas kita dan apa yang selama ini kita jadikan sebagai ukuran dalam menilai suatu kebenaran. Hal ini menjadi penting kita lakukan untuk menjaga keimanan kita agar tidak terjadi kegoncangan dan pengikisan.
Sebagai manusia kita harus meyakini dengan penuh kesadaran akan kemahakuasaan Allah SWT. Sehingga kita sadar betul akan posisi kita sebagai makhluk yang sangat lemah dan memiliki banyak keterbatasan. Karena manusia memiliki kecenderungan menyombongkan intelektualitasnya, merasa serba tahu dan serba bisa. Kepercayaan kepada diri sendiri sering kali melampaui batas kepandaian yang disandangnya. Betapapun tingginya ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dicapai oleh manusia jangan sampai membuatnya kehilangan kendali, terbius dan merasa paling tahu mengenai sesuatu. Sebab betapapun tingginya ilmu pengetahuan yang dicapainya itu hanyalah sedikit, sebagaimana telah diingatkan oleh Allah SWT. Dalam firman-Nya:
“Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (QS. Al-Isra’: 85)
Bapak, ibu, hadirin dan hadirat sekalian yang saya hormati
Mengakhiri kultum dalam kesempatan yang mulia ini, semoga Allah senantiasa menganugerahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita, amin. Demikianlah yang dapat saya sampaikan, terima kasih atas perhatiannya dan mohon maaf atas kesalahan dan kurang lebihnya. Hadanallah waiyyakum ajma’in, was salamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Oleh Ustadz Abdullah Farouk & Ustadz MS. Ibnu Hasan
Labels:
Kumpulan Ceramah Kultum
Thanks for reading Kultum: Memetik Hikmah Dari Peristiwa Isra’ Mi’raj. Please share...!
0 Comment for "Kultum: Memetik Hikmah Dari Peristiwa Isra’ Mi’raj"