Sajadah Muslim ~ “Muslimah bebas mencintai siapapun dengan syarat iffah (penjagaan diri), muru’ah (kehormatan diri) serta tidak melupakan selendangnya, sifat malu”
Aku tidak pernah cemburu sebagaimana cemburuku pada Khodijah, padahal aku tidak pernah melihatnya. Jika Rasulullah menyembelih kambing, beliau menyuruh untuk membagikannya kepada teman-teman Khodijah. Maka hal itu membuatku marah. Rasulullah hanya menjawab “Sungguh aku telah dikaruniai cintanya.”
Pernyataan jujur dari ummul mukminiin Aisyah yang diriwayatkan oleh imam Muslim dalam kitab shohihnya diatas, adalah sebuah gambaran atas kesetiaan seorang suami pada istrinya. Tidak hanya sekali kecemburuan Aisyah ra, terhadap mendiang istri Rasulullah itu ia ungkapkan. Namun selalu menimpali kecemburuan itu dengan kecemburuan yang berlipat-lipat. Apa sesungguhnya rahasia kesetiaan Rasulullah kepada Khodijah.
Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori Muslim dan Ashab Sunan menyatakan, “Wanita dinikahi karena empat perkara, karena hartanya, garis keturunannya, kecantikannya, agamanya, maka pilihlah wanita yang taat agama , niscaya kamu akan beruntung.”
Ketika menikahi Khodijah, tautan usia antara mereka sangatlah jauh, Khodijah telah dua kali menikah sebelum menikah dengan beliau, kemudian nazab dan berlimpahnya harta yang ia miliki masyhur di kalangan suku Quraisy saat itu.
Alasan Rasulullah menerima pinangan Khodijah kepadanya tidak diketahui, namun apa yang diungkapkan beliau saat menjawab kecemburuan Aisyah menunjukkan bahwa hanya Khodijah yang total memberikan apa yang ia miliki kepada Rasulullah saat ia lapang maupun sempit.
“Kamu tahu Aisyah? Allah tak pernah menggantikan yang lebih baik dari Khodijah. Dia beriman kepadaku ketika orang-orang mengingkariku, membenarkan perkataanku ketika orang-orang menuduhku berbohong, memberiku sokongan saat orang-orang menghalangiku, dan Allah memberiku keturunan darinya.”
Dari jawaban beliau kita dapat mengambil pelajaran bahwa sebab kesetiaan Rasulullah kepada Khodijah adalah balasan atas kesetiaannya pada perjuangan dakwah Rasulullah, bukan karena tingginya nasab, kecantikan ataupun harta yang ia miliki.
Kesetiaan beliau merupakan ungkapan kesyukuran atas apa yang telah diberikan oleh Allah kepada beliau lewat Khodijah.
Khodijah telah mewariskan keteladanan yang harum sepanjang zaman. Bentuk cinta dan kesetiaan itu dapat kita adopsi agar kelanggengan hidup berumah tangga terus berlangsung. Kehidupan rumah tangga adalah kehidupan yang mengalami pasang surut yang membolak-balikkan hati dan perasaan.
Tidak sedikit biduk rumah tangga hancur karena merasa cinta dan kesetiaan telah hilang dan tidak lagi menghiasi rumah mereka. Khodijah adalah cermin bagi istri dalam mengevaluasi keadaan diri, apakah telah layak mendampingi suaminya. Apakah benar kesetiaan kita sebagai istri telah kita usahakan untuk selalu ada dan berkembang?
Keteladanan pertama dari Khodijah dapat kita ambil dari kisah turunnya wahyu pertama, sekaigus penobatan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul.
Ketika Rasulullah diliputi kekhawatiran luar biasa terhadap dirinya sendiri kerena didatangi makhluk besar yang mendekap dan menyuruhnya membaca, Khodijah menenangkan beliau dengan kalimat. “Tidak, demi Allah, engkau tidak akan diabaikan oleh Allah selamanya, karena sesungguhnya engkau telah menyambung hubungan silaturahim, menolong yang lemah, memberi orang yang membutuhkan, melayani tamu, dan membela kebenaran.” (HR. Bukhari). Kalimat ini seketika mengalirkan ketenangan pada hati dan diri Rasulullah ketika sudah tenang, Khodijah membawa beliau kepada Waroqoh, agar beliau mendapatkan penguatan atas apa yang diyakini Khodijah adalah sebuah kebaikan dan tugas mulia bagi Muhammad sungguh Khodijah berperan cantik dalam menggunakan logika, kecerdasan, dan perasaannya, sehingga dia tidak terbawa cemas saat kecemasan itu meliputi Rasulullah.
Keteladanan kedua dari kesetiaan Khodijah yang dapat kita jadikan cermin adalah saat pemboikotan yang dilancarkan oleh kuffar Quraisy di tahun ketujuh kenabian. Khodijah habis-habisan mengifakkan hartanya, dia rela ikut bersama Rasulullah dengan risiko bisnis perniagaannya terhenti. Hingga pemboikotan ekonomi dan sosial yang berlangsung 3 (tiga) tahun itu membuat Khodijah sakit-sakitan, dan meninggal di tahun kesepuluh kenabian.
Inilah dua dari beberapa hal yang disebutkan oleh Rasulullah saat menjawab kecemburuan Aisyah, dua dari banyak bukti kesetiaan yang terus dibangun oleh Khodijah dalam mengayuh bahtera rumah tangga bersama Rasulullah.
Sumber: Majalah Mulia, Berbagi Kemuliaan Hidup
Labels:
Sejarah-Islam
Thanks for reading Cinta Dan Kesetiaan Khodijah. Please share...!
0 Comment for "Cinta Dan Kesetiaan Khodijah"