Sajadah Muslim ~ “PR Kemerdekaan yang paling fundamental nyaris semua akan sepakat kemiskinan.”
Kesyukuran yang paling besar bagi bangsa Indonesia adalah nikmat, anugerah, rahmat berupa kemerdekaan. Kemerdekaan adalah hal yang sekian lama menjadi cita-cita, harapan dan arah perjuangan para pendiri bangsa serta seluruh rakyat Indonesia.
Karena begitu besarnya nikmat kemerdekaan ini, dalam UUD 1945 pun dituangkan dengan gamblang. Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kutipannya.
Kata “didorongkan oleh keinginan luhur” di antaranya bisa dimaksud bahwa itu adalah perjuangan dan pengorbanan atau dalam bahasa Al-Qur’an adalah jihad.
Cendekiawan Muslim Dr. Adian Husaini, dalam satu catatannya menyebut, jauh sebelum Revolusi Jihad, di abad ke-18 telah terbit kitab jihad yang menjadi inspirasi gerakan jihad di Nusantara dalam melawan penjajah. Kitab tersebut menurut Adian, ditulis Syeckh Abdu Somad al-Palimbani ulama dari Pelembang, yang menulis buku Nasihat “al-Muslimin wa Tazkirawat al- Mukminin fi Fadhail al-Jihad fi Sabilillah”.
Menariknya proklamator kemerdekaan pun, Bung Karno adalah sosok yang cukup dekat dengan Al-Qur’an. Catatan sejarah menyebutkan bahwa sebelum kemerdekaan, dalam masa pembuangan dan lain-lain, barang yang selalu dibawa oleh bapak Ir. Soekarno adalah Al-Qur’an.
Guntur Soekarno dalam buku “Bung Karno dan Kesayangannya” (1981, 109) menyebutkan bahwa Al-Qur’an yang selalu dibawa itu adalah kitab tafsir berbahasa Belanda berwarna hijau tua ukuran 25x15 cm dengan hiasan huruf bertinta emas. Saat mengalami pengasingan di Berastagi (thn 1949) Bung Karno mendengar bahwa dirinya akan ditembak mati oleh Belanda. Gusar, takut dan beragam kecemasan datang silih berganti. Namun, ia segera ingat dangan Al-Qur’annya.
Beliau pun berwudhu, kemudian dengan bacaan basmallah membuka Al-Qur’an kesayangannya dengan memejamkan mata. Apa yang ditunjuknya mengarah pada Surah Al-An’am ayat 117, yang intinya Allah tahu mana orang yang sesat dan yang berada dijalan yang benar.
Seketika itu Bung Karno tenang, mungkin saja beliau merasa berada di jalan yang benar. Kenapa mesti takut. Lagi pula, kalau pun mati dalam kebenaran akan mati secara terhormat
Beliau pun kembali semangat dan berani, bisa tidur dengan tenang, bahkan ngorok. Keesokan harinya beliau tetap hidup dan tidak jadi dibunuh.
Dari sekelumit data ini dapat kita simpulkan bahwa kemerdekaan bangsa ini adalah buah dari keimanan umat Islam kepada Allah Swt dan komitmen tingginya di dalam membaca, memahami, dan mengamalkannya sehingga setelah 3,5 abad, kemerdekaan itu Allah Swt anugerahkan.
Namun, merdeka bukan berarti semua masalah selesai. Hingga kini kita sama-sama ketahui bahwa kebodohan, kemiskinan, ketidak adilan sosial, hukum dan politik masih terus terjadi. Terlebih dari sisi ekonomi, ternyata bangsa Indonesia belum seutuhnya merdeka. Sebuah tantangan bagi kita semua bagaimana mengatasi dan menggapai progresivitas kemerdekaan yang sejati.
Sumber: Majalah Mulia, Berbagi Kemuliaan Hidup
Thanks for reading Merdeka Dan Progresif. Please share...!
0 Comment for "Merdeka Dan Progresif"