Membahas Tentang Seputar Ilmu Agama Islam

Zakat Pilar Keluarga

Sajadah Muslim ~ Naluri manusia ingin meraih bahagia. Sederhananya, apapun aktifitasnya, niscaya bermuara pada keinginan sukses dan bahagia dalam hidup. Namun persoalan ini rupanya berubah menjadi “tidak sederhana”  lagi  sebab terjadi perbedaan persepsi dalam memaknai kebahagiaan dan kegemilangan hidup itu sendiri.


Ada orang memaknai bahagia dengan hura-hura alias bergaya hidup hedonis. Pandangannya tersihir, apa-apa ditakar dengan ukuran materi dan kebendaan. Matanya silau, setiap urusan hanya bisa dipahami dengan untung rugi semata. Alih-alih melibatkan keimanan dalam kehidupannya. Akhiratpun nyaris terlupakan olehnya.

Kelompok kedua, ialah orang-orang yang masih suka membicarakan keimanannya. Apapun patokannya selalu iman dan islam. Termasuk mengukur bahagia dan bagaimana mengelola harta di dunia. Di saat yang lain sibuk merenda mimpi tentang makna dan cara menggapai kebahagiaan. Orang beriman justru hanya ditawari 3 (tiga) perkara untuk mewujudkan bahagia.

Allah berfirman, ”Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan sholat dan menafkahkan sebahagian dari reziki yang kami anugrahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.” (QS. Fathir [35]: 29).

Pilar bahagia pertama adalah senantiasa membaca al-Qur’an. Qatadah mengingatkan, meski membaca al-Qur’an sudah beroleh pahala dan kemuliaan, namun sejatinya hal tersebut tak cukup bagi orang beriman. Sebab hal penting lainnya adalah menerapkan nilai-nilai al-Qur’an itu dalam kehidupan manusia di dunia .

Al-Qur’an bukanlah ilmu yang dipelajari secara kognitif semata, namun ia impletasi adab dan akhlaq orang beriman.

Pilar bahagia kedua, selanjutnya adalah shalat. Shalat itu merupakan ibadah utama dari seluruh rangkaian penghambaan kepada Allah. Ia dikerja bukan semata karena shalat menjadi amalan pertama yang dihisab nanti. Namun karena shalat merupakan tiang agama sekaligus wasiat utama dalam meraih kemenangan hidup dalam panggilannya, “hayya ala al-falah.” Setali tiga uang, shalat juga adalah sarana terbaik dalam mengatasi aneka ragam persoalan hidup manusia. “Jadikanlah sabar dan shalat  itu adalah sebagai penolongmu.” (surah al-Baqarah [2]: 45).

Terakhir,  pilar ketiga yaitu komitmen berinfak dalam segala keadaan yang dihadapi, sebab infak, sedekah atau zakat itu adalah bukti kejujuran iman dalam hati.

Sebagai media terbaik mengikis kecintaan berlebihan terhadap harta. Menurut asy-Syaukani, tak ada perbedaan dalam berinfak, baik secara sembunyi (sirran) ataupun terang-terangan (alaniyah). Terpenting memastikan ibadah lahir dari keimanan kepada Allah semata (tafsir Fath al-Qadir, Penerbit Dar Ibnu Katsir, Beirut thn 1993).

Zakat juga menjadi sarana yang bisa menggerakkan perekonomian umat, selain sebagai bentuk mempererat ikatan ukhuwah di tengah masyarakat. Sebab zakat dibangun atas konsep manfaat. Nilainya diukur dengan manfaat dan jejak pengorbanan seseorang. Semakin banyak manfaatnya niscaya umat kian merasakan indahnya syarat tersebut. Manusia yang terbaik diantara kalian adalah yang terbanyak membagi manfaat kepada sesamanya. Demikian Nabi Muhammad memberi motivasi.

Sumber: Majalah Mulia, Berbagi Kemuliaan Hidup

Labels: Puasa Zakat

Thanks for reading Zakat Pilar Keluarga. Please share...!

0 Comment for "Zakat Pilar Keluarga"

Back To Top