Sajadah Muslim ~ Fitrah manusiawi untuk cenderung menyukai harta dan karunia materi dunia. Syahwat tersebut dipuncaki oleh kesenangan terhadap wanita dan berikutnya berbagai macam harta yang menjadi godaan yang tak henti sepanjang hidup manusia. Disana juga terdapat keluarga, anak-anak yang dicintai termasuk berpotensi memalingkan hati manusia.
Sejarah membuktikan, ada yang mulia dengan kecintaannya. Namun tidak sedikit yang terpuruk hina gara-gara menurutkan syahwat tersebut.
Ahli tafsir Abdurrahman as-Sa’di menjelaskan, manusia terbagi menjagi dua kelompok terkait dengan pesona kehidupan dunia.
Pertama, mereka yang menjadikan dunia beserta segala isinya sebagai tujuan utama hidup mereka. Layaknya cita-cita yang harus diraih, mereka siap berkorban apa saja demi tercapainya harapan tersebut. Seluruh waktu, pikiran, tenaga, dan harta dihabiskan demi menggapai impian dan khayalan mereka selama ini.
Manusia semacam ini lupa akan tujuan kehidupananya. Mereka seolah tidak ingat masa berpulang dan bertanggung jawab atas segala yang diperbuat didunia. Tanpa sadar, gaya hidup mereka, tak ubahnya makhluk ciptaan Allah yang lain. Allah menyebutnya sebagai binatang ternak yang hanya tahu makan dan bersenang-senang saja. Tanpa orientasi dan tujuan hidup yang jelas.
Kedua, kelompok manusia yang tetap menjadikan hidupnya sebagai Akhirat oriented. Segala daya tarik di dunia ini tidak mengubah pendirian mereka sebagai hamba yang taat menyembah Allah, penciptanya.
Demikian itu tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perjalanan panjang didunia tak cukup dengan bekal semangat dan keyakinan saja. Ia butuh iman dan pendorong yang bisa merawat dan menguatkan tekad tersebut. Sebab kejernihan hati berbanding lurus dengan amalan yang dikerjakan.
Ibnul Jauzy. Mengingatkan untuk berhati-hati dengan daya tarik duniawi. Menurutnya hanya tersisa celah kecil untuk membedakan antara kecenderungan yang didasari fitrah manusia dengan kesenangan yang berdasar dari hawa nafsu. Dikatakan, nafsu itu seumpama dengan air. Sifat air cenderung memilih dan mendatangi tempat yang lebih rendah.
Menarik untuk mencermati sikp orang-orang Mukmin. Mereka juga tetap menikmati kenikmatan dan fasilitas duniawi.
Menganggapnya sebagai karunia dari Allah yang patut disyukuri dan disebarkan, kita dapati Abdurrahman bin Auf Ra, seorang sahabat Nabi yang konglomerat raksasa. Usahanya merajai dunia ekonomi di seluruh jazirah Arab. Namun, tak segan ia menginfakkan separuh harta yang dimilikinya untuk kepentingan kaum Muslimin. Di saat yang sama, ada kelompok Ahlus Shuffah.Yakni para sahabat Nabi yang hanya mampu berteduh di beranda masjid yang dibangun oleh Nabi. Tak pernah ada kerisauan atau iri hati di benak mereka.
“Manusia semacam ini lupa akan tujuan kehidupannya. Mereka seolah tidak ingat masa berpulang dan bertanggung jawab atas segala yang diperbuat di dunia. Tanpa sadar, gaya hidup mereka , tak ubahnya makhluk ciptaan Allah yang lain.”
Sumber: Majalah Mulia, Berbagai Kemuliaan Hidup
Labels:
Seputar-Islam
Thanks for reading Awas Fitnah Harta. Please share...!
0 Comment for "Awas Fitnah Harta"