Sajadah Muslim ~ Betapa banyak orang takut, khawatir dan serba was-was dengan tantangan masa depan, padahal sejatinya hidup tetaplah sama secara hakikat, walaupun dinamikanya nampak seakan-akan jauh berbeda.
Sebagai contoh, pada masa penjajahan umat Islam tidak berhadapan dengan tren globalisasi yang harus d ifilter ketat. Akan tetapi saat itu mental mereka ditempa dengan suara meriam, tembakan, dan penganiayaan fisik. Saat ini tidak, akan tetapi ditengah kemudahan teknologi informasi sejatinya umat Islam menghadapi situasi “keterjajahan” yang lebih kompleks.
Sekarang mari perhatikan betapa banyak orang menjadi malas hanya karena merasa “kalah” dengan keadaan. Sudahlah saya tidak mungkin bisa kuliah, orang tuaku tak mungkin membiayaiku. Kalimat itu bukan sekedar ucapan biasa, tapi itu adalah lahir dari keyakinan yang tersusun dari argementasi berdasarkan fakta. Padahal sebenarnya keadaan bisa diubah sejauh ada optimisme yang ada dalam dada.
Oleh karena itu, Islam mengajarkan umatnya tentang akhirat sebagai visi, sehingga di dunia ini tidak ada yang dilakukan selain melakukan kebaikan-kebaikan dengan penuh keyakinan bahwa kelak apa yang dilakukan akan membuahkan hasil di akhirat berupa kebahagiaan sejati.
Mari kita perhatikan dalam kehidupan nyata apakah ketika seorang petani menanam pohon mangga yang baru saja ia tanam itu akan langsung berhasil atau berbuah, tentu tidak. Tetapi mengapa ia menanamnya? Jelas karena ia yakin, pohon mangga itu pada saatnya pasti akan berbuah, maka petani itu menanam terus, tidak satu atau sepuluh pohon, tapi seluruh lahan yang dimilikinya ditanami dengan pohon mangga.
Sekarang saat kita berjuang, melalui sekolah, kuliah bahkan mungkin pekerjaan yang halal, sejatinya sama seperti seorang petani yang baru menanam pohon mangga tadi.
Tugas kita selanjutnya adalah merawat, mengairinya, memberikan pupuk, dan menjaga dari serangan hama penyakit.
Ketika seseorang sadar akan filosofi hidup yang demikian, maka tidak akan ada rasa takut berlebihan dalam dirinya. Adapun rasa takut itu datang maka itu tak akan mengganggu produktivitas dan progresifitasnya dalam upaya konret menanam dan menanam kebaikan.
Disini kita memahami dengan jelas mengapa dalam hidup ini kita harus sholat?, membaca Al-Qur’an, sedekah dan lain sebagainya. Sepintas seakan terpisah dari usaha menanam kebaikan berupa kerja keras, belajar sungguh-sungguh dan lainnya.
Padahal semua itu seperti air, pupuk dan nutrisi penting bagi pohon yang kita tanam. Setelah itu, langkah selanjutnya adalah tawakal, yakin bahwa sebaik-baik pelindung dan penolong adalah Allah, maka Insya Allah masa depan itu adalah hal yang menggembirakan, bukan sebaliknya menakutkan, apalagi sampai mencabut kemantapan iman dalam dada kita. ( Ibn Suradi ).
Sumber: Majalah Mulia, Berbagi Kemuliaan Hidup
Labels:
Seputar-Islam
Thanks for reading Hidup Adalah Soal Menanam. Please share...!
0 Comment for "Hidup Adalah Soal Menanam"