Sajadah Muslim ~ Cinta adalah kata yang sering terdengar di telinga kita. Kata itu kerap tertuju kepada “sepasang kekasih”, yang sedang dimabuk kasmaran. Berbagai cerita romantisme sering tersaji di alam realita dengan sejuta pengorbanan yang dilakukan.
Ada yang mengekspresikan dengan sekuntum bunga dan hadiah, ada pula para lelaki yang rela menjual hartanya demi mendapatkan wanita yang dia cintai.
Ada kisah seorang gadis yang mogok makan lantaran diputus cinta oleh kekasihnya. Pasangan kekasih saling mencintai berakhir dengan kondisi mengenaskan akibat bunuh diri karena tidak direstui oleh kedua orang tua. Sekian banyak cerita yang mengharu biru, lucu, bahkan sampai tak masuk akal sekalipun itulah sengatan cinta.
Tetapi, apakah cinta hanya melulu soal asmara? Tentu tidak, karena cinta tak hanya dimiliki oleh pasangan kekasih saja, ada cinta yang lingkupnya sangat luas dan amat dibutuhkan. Seperti cinta anak kepada kedua orang tua, cinta manusia kepada hartanya, anak-anak, jabatan dan juga berbagai nikmat dunia lainnya. Itu semua adalah ketetapan-Nya.
Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu, wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan disisi Allahlah tempat kembalinya yang baik “surga” (QS. Ali Imran [3]:14).
Dapat dipahami bahwa cinta adalah anugerah dan karunia tak terhingga yang Allah berikan kepada setiap insan. Cinta yang menjadikan hidup terasa nikmat dan berarti.
Tanpa cinta, hidup akan terasa hambar dan hampa. Cinta berarti pengorbanan, ketulusan, kegigihan, kesucian dan kemurnian hati atas kecenderungan dalam jiwa. Hanya tidak sedikit anugerah cinta yang Allah berikan dan disalah gunakan.
Kondisi itu terjadi ketika seseorang berlebihan mencintai dimensi kebendaan dan makhluk-Nya ini bukan hal muda, karena akan berakibat pada hadirnya kekecewaan dan kegagalan. Hal ini terjadi karena cinta selain kepada Allah bersifat sementara belaka.
Cinta yang berdasarkan nafsu akan merusak diri dan menjerumuskan kepada kebencian Allah. Apabila ia tidak sesuai dengan ridha-Nya, cinta itu akan menjerumuskan kita dalam lembah kemaksiatan.
Sebaliknya, kala cinta didasari kesadaran karena untuk Allah, maka takkan pernah merugi bahkan mendapatkan keuntungan yang besar .
Cinta karena ketaatan kepada Allah, akan mendatangkan keridhaan dan kebahagian yang hakiki. Manusia yang memahami hakikat cinta, tidak akan dengan mudahnya sering mengumbar kata itu.
Kecintaannya dibuktikan dengan sikap dan perilakunya yang meninggikan dan menganggungkan kesucian Rabb-Nya. Apabila cinta yang telah kita tuliskan dalam hati, pikiran dan perbuatan itu sesuai yang diridhai oleh Allah, maka ketahuilah bahwa itu adalah ibadah.
Cinta itu ibadah, inilah arti cinta sesungguhnya. Yakni ibadah hati yang jika kita mengerjakannya akan menambahkan ketentraman, kenyamanan dan kemesraan kita kepada Rabbul alamin. Namun apabila cinta itu salah dalam penempatannya, maka ia akan menjerumuskan kita dalam hal yang dimurkai oleh Allah, yaitu kesyirikan.
Dari Abu Hamzah Anas bin Malik, pembantu Rasulullah dari Nabi, beliau berkata. “Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya.”
Maknanya kita harus peduli dan mengasihi saudara seiman. Saat melihat saudaranya dilanda dalam kedholiman, maka ia bersuara dan peduli atasnya. Kala saudaranya diuji dengan sakit maka ia jenguk, doakan dan dibantu. Cinta yang seperti ini akan melahirkan kekuatan, kesatuan hati dan menyingkirkan penyakit hati terhadap saudaranya.
Ayo, kita letakkan cinta sebagai anugerah yang besar dari Allah, pada maqam yang penuh kemuliaan dan jauhkan rasa cinta untuk kenikmatan yang sesaat yang membawa diri kita semakin galau dalam hidup dan jauh dari hidayah Allah.
Sumber: Majalah Mulia, Berbagi Kemuliaan Hidup
Labels:
Seputar-Islam
Thanks for reading Arti Cinta Yang Sesungguhnya. Please share...!
0 Comment for "Arti Cinta Yang Sesungguhnya"