Sajadah Muslim ~ Wasathiyah juga berarti istiqamah dalam menjalankan manhaj dengan menjauhkan dari kecendurungan berlaku menyimpang, wasathiyah selalu menjadi jalan lurus, yaitu manhaj Nabawi yang selalu menjadi doa setiap individu Muslim, ihdinas shiraatalmustaqiim. Doa tersebut minimal diulang 17 kali setiap hari, saat membaca surat al-Fatihah.
Kedua golongan yang harus dihindari kaum Muslimin, tidak saja tertuju kepada orang-orang Yahudi yang cenderung bersikap berkelebihan (ifrath) dalam segala hal. Juga bukan terbatas kepada golongan. Nasarani yang cenderung melakukan pengurangan (tafrith) penyalahgunaan.
Sikap ifrath dan tafrith juga bisa menimpa siapa saja, termasuk dalam bidang dakwah dan amar ma’ruf nahi ‘anil munkar. Segolongan orang ada yang senantiasa mengambil jalan kekerasan, memaksakan kehendak, dan berkelebih-lebihan. Golongan ini termasuk mereka yang terkutuk (al-maghdhub).
Sedangkan golongan lain, ada yang bersikap acuh terhadap dunia dakwah. Mereka tidak tergerak untuk mendorong orang lain berbuat makruf dan tidak berkeinginan hati untuk mencegah masyarakat sekitarnya yang berbuat mungkar. Mereka acuh terhadap lingkungannya, mereka ini bisa juga disebut sebagai kelompok yang tersesat (dhaalliin)
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk bersikap tawazun, bersikap seimbang dalam berdakwah. Tidak memaksakan kehendak tapi juga tidak acuh. Tidak menebarkan teror, tapi tidak juga permisif, tidak mengancam dan menakut-nakuti tapi tidak juga mentoleransi kejahatan dan kemaksiatan Islam adalah jalan tengah.
Dakwah adalah mengajak, setiap ajakan harus di dahului dengan pemahaman, pencegahan ilmu. Dakwah bukan menipu, bukan juga memaksa.
Sebagai Muslim, kita harus memiliki rasa empati agar semua manusia, mengikuti jalan Islam. Kita berharap agar tak satu pun manusia,terutama orang-orang disekitar kita berada dalam kekafiran, kemaksiatan dan kemungkaran. Rasa empati itulah yang memotivasi kita untuk berdakwah, beramar ma’ruf dan bernahi anil munkar. Tak boleh ada sedikitpun motif-motif selain da’a ilallah. Itulah dakwah Rasulullah Menyeru kepada jalan Allah dengan hikmah dan maudhah hasanah.`
Rasa empati, keinginn untuk menyelamatkan orang lain, kelembutan dan kasih sayang merupakan pondasi dakwah. Itulah yang diperlihatkan oleh Rasulullah saat mengajak pamannya, Abu Thalib untuk mengucapkan kalimat syahadat. Tak ada makian, celaan, maupun umpatan. Sebaliknya, ketika pamannya tetap tidak bersedia untuk mengucapkan syahadat, beliau bersedih sambil berserah diri kepada Allah.
Jika dakwah bil hikmah sudah tidak lagi memadai, mauizhah hazanah, juga tidak mempan, maka kaum Muslimin dapat berdakwah dengan “jadilhum billati hiya ahsan.” Kita boleh berdebat, berbantah-bantahan dan beradu argumentasi dengan cara ihsan.
Kita boleh ngotot dalam mempertahankan kebenaran, tapi cara yang kita gunakan tetap dalam koridor dakwah, yaitu ahsan. Bukan sekadar baik, tapi terbaik. Wallahu a’lam.
Thanks for reading Wasathiyah Di Bidang Dakwah. Please share...!
0 Comment for "Wasathiyah Di Bidang Dakwah"