Sajadah Muslim ~ Islam membagi dosa menjadi dua macam menurut al-Qur’an dan as-Sunnah, dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil, dosa-dosa besar (al-Kabaa’ir) menurut sejumlah ulama mencapai 70 jenis namun ada juga yang mencatat lebih, rubrik ini menguraikan apa-apa saja yang termasuk dosa-dosa besar agar kita bisa menghindarinya.
Menjaga keluarga merupakan tanggung jawab kepala rumah tangga, baik buruknya keluarga bergantung bagaimana ia melaksanakan tanggung jawab tersebut dengan baik.
Seorang ibu di Lampung Sumatera Selatan curiga terhadap perubahan tubuh putrinya yang masih duduk di sekolah menengah atas. Setelah didesak, si anak kemudian mengakui telah dic*buli oleh lima orang pemuda, salah satunya adalah pacarnya.
Kasus seperti itu sudah sering terjadi di masyarakat akibat orang tua mengizinkan anaknya berpacaran. Tidak bisa dipungkiri orang tua zaman sekarang banyak menganggap pacaran sebagai hal yang biasa dan lumrah
Mereka lupa bahwa akibat dari pembiaran tersebut bisa berdampak buruk pada anaknya sebagaimana yang dialami oleh keluarga di atas.
Bila sudah demikian, berarti sang anak sudah melakukan kemaksiatan. Padahal, Islam dengan tegas melarang umatnya membiarkan anggota keluarganya terjerumus dalam perbuatan dosa.
Perbuatan dosa yang dilakukan oleh anggota keluarga banyak bentuknya, seperti zina, minum khamar, berjudi, tidak berpuasa, meninggalkan shalat, tidak mengeluarkan zakat, dan lain-lain sebagainya.
Menurut para ulama, jika dalam keluarga ada yang berbuat kemaksiatan seperti itu, berarti sama halnya memelihara dan mengasuh keluarganya dalam dosa. Dalam hal ini yang bertanggung jawab adalah kepala keluarga. Dan jika perbuatan itu tidak bisa berhenti, keluarga itu menjadi keluarga yang terkutuk dan tercela.
Termasuk mengasuh keluarga dalam dosa yaitu mengajak orang lain dalam sebuah persatuan atau kelompok untuk mengerjakan perbuatan dosa, seperti minum khamar atau membuat tempat pel*curan di lingkungan keluarganya.
Orang yang sengaja melakukan hal-hal tersebut berarti telah melakukan dosa besar. Rasulullah saw bersabda: ”Ada tiga golongan yang Allah haramkan surga baginya yaitu peminum khamar, orang durhaka pada kedua orang tuanya, dan kepala pel*cur yang selalu menetapkan kekejian pada keluarganya” (riwayat Ahmad al- Bazzar, dan Hakim).
Tegas Terhadap Keluarga
Dalam keluarga, orang yang paling bertanggung jawab adalah suami. Ia pemimpin bagi istri dan anak-anaknya. Karenanya seorang suami tidak boleh takut kepada istri. Ia harus mengarahkan dan membimbing istrinya agar menjadi pendamping yang baik baginya dan ibu yang baik pula bagi anak-anaknya.
Di antara yang harus dilakukan oleh seorang suami tidak membiarkan istrinya bergaul bebas dengan teman laki-lakinya dan keluar rumah tanpa berjilbab.
Allah telah menetapkan suami sebagai pemimpin dalam rumah tangga yang kelak akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang dipimpinnya. Nabi Muhammad saw bersabda: “Setiap kalian ra’in (penanggung jawab) dan masing-masing akan ditanya tentang tanggung jawabnya. Penguasa adalah penanggung jawab atas rakyatnya, dan akan ditanya tentangnya. Suami menjadi tanggung jawab dalam keluarganya dan akan ditanya tentangnya.” (Muttafaq ‘alaih)
Ibnu Hajar menjelaskan yang dimaksud ra’in adalah penjaga yang bertugas memperbaiki perkara yang dapat membaikkan amanah yang ada dalam penjagaannya. Ia dituntut berlaku adil dan menunaikan perkara yang dapat memberi maslahat bagi apa yang diamanahkan kepadanya (fathul Bari)
Dalam sebuah Hadits Rasulullah bersabda: “Ada tiga golongan yang tidak akan dilihat oleh Allah pada hari kiamat nanti, yaitu orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, perempuan yang menyerupai laki-laki dan ad-dayyuts.” (riwayat an- Nasa’i)
Para ulama menjelaskan ad-dayyuts maknanya seorang suami atau ayah yang membiarkan kemaksiatan terjadi dalam keluarganya. Ketika melihat kemungkaran dalam keluarganya, dia hanya diam saja dan tidak mengubahnya.
Imam Ad-Dzahabi dalam kitabnya Al-Kabaa’ir bab liwath, menjelaskan bahwa jika seorang suami mengetahui istrinya telah berselingkuh (berzina) dan dia hanya diam saja. (membiarkannya).
Allah telah haramkan surga atasnya karena Allah telah menulis di pintu surga. “Kamu haram dimasuki seorang dayyuts” yaitu orang yang mengetahui perbuatan buruk (zina) pada istrinya, tapi dia diam saja dan tidak cemburu.
Seorang istri, bagaimanapun kedudukannya tetap saja lemah. Karenanya ia membutuhkan bimbingan dan pengarahan dari seorang laki-laki yang memiliki akal kekuatan, kesabaran dan kasih sayang.
Seorang suami yang dayyuts, akan menyebabkan rusaknya agama dan akhlak anggota keluarga, sehingga layaklah ia mendapatkan ancaman keras sebagaimana yang disebutkan dalam hadits di atas.
Menurut Imam Ibnul Qayyim, dalam kitabnya Ad-Dauwad Dawaa’ dijelaskan, ad-dayyuts adalah makhluk Allah yang paling buruk dan diharamkan masuk surga. Karena sifat inilah yang menyebabkan keburukan pada agama istri dan anak-anaknya. Dengan membiarkan atau menuruti kemauan mereka dalam perkara yang bertentangan dengan syariat, berarti menjerumuskan mereka ke dalam jurang kehancuran.
Seseorang laki-laki yang bersikap dayyuts biasanya karena lemahnya sifat ghiirah (kecemburuan) dalam diri seseorang. Padahal sifat ini merupakan bagian dari iman. Barangsiapa yang tidak memiliki ghiirah berarti imannya tidak sempurna.
Ghiirah akan menghidupkan hati manusia yang kemudian akan menghidupkan anggota tubuhnya, sehingga mampu menolak perbuatan buruk dan keji. Sebaliknya hilangnya sifat ghiirah akan mematikan hatinya yang kemudian akan mematikan kebaikan anggota tubuhnya. Ini yang menyebabkan ia sama sekali tak ada penolakkan terhadap keburukkan dalam dirinya.
Adalah merupakan kewajiban bagi setiap imam dalam keluarga untuk mendidik dan menanamkan pondasi Islam dalam keluarga sebagai bekal dasar kehidupan mereka. Seorang kepala rumah tangga harus selalu ingat firman Allah yang artinya, ”Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (At-Tahrim ayat 6).
Semoga kita diberi kemampuan menjaga keluarga dengan baik dan tidak membiarakan dalam dosa....!!!!.
Nabi Muhammad saw bersabda: “Setiap kalian ra’in (penanggung jawab) dan masing-masing akan ditanya tentang tanggung jawabnya, penguasa adalah penanggung jawab atas rakyatnya, dan akan ditanya tentangnya, suami menjadi penanggung jawab dalam keluarganya, dan akan ditanya tentangnya.” (Muttafaq ‘Alaih)......!!!
Sumber: Majalah Mulia, Berbagi Kemuliaan Hidup
Thanks for reading Jangan Biarkan Keluarga Dalam Kemaksiatan. Please share...!
0 Comment for "Jangan Biarkan Keluarga Dalam Kemaksiatan"