Membahas Tentang Seputar Ilmu Agama Islam

Kultum: Perlunya Mengenali Diri

Sajadah Muslim ~ Kepada yang terhormat bapak..., para alim ulama, para ustadz dan ustadzah, para bapak, ibu, hadirin dan hadirat yang saya muliakan.


Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah, Tuhan semesta alam yang telah menganugrahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita dapat bertatap muka dalam majelis yang mulia ini, tanpa ada halangan apapun. Shalawat dan salam, semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah mengeluarkan kita dari gelap gulita kebodohan dan kekafiran menuju cahaya kebenaran dan keselamatan, melalui agama yang dibawanya, yaitu agama Islam.

Saudara, bapak dan ibu sekalian yang saya hormati

Mengenali diri sendiri (ma’rifatun nafs), menjadi kunci pengenalan kepada Allah (ma’rifatullah), sebagaimana firman Allah SWT:

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu anadalah benar.” (QS. Fushsihilat: 53)

Di dalam hadis juga disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW. Bersabda: “Barangsiapa yang mengenal dirinya, maka dia benar-benar telah mengenal Tuhannya.”

Sesungguhnya, tidak ada suatupun yang lebih dekat kepada Allah selain dari pada diri kita sendiri. Maka jika kita tidak mengenal diri sendiri, maka bagaimana mungkin kita dapat mengenal Tuhan? Ketika seseorang berkata: “Aku mengenal diriku.” Maka sebenarnya yang ia kenal hanyalah tubuh fisik yang berupa tangan, kaki, kepala dan badan. Ia tidak mengenal apa yang ada dalam batin yang berupa perkara yang karenanya, bila ia marah, itu berarti ia mencari permusuhan, bila ia bernafsu syahwat, berarti ingin k*win (berset*buh), bila lapar, berarti ingin makan dan bila haus, berarti ingin minum. Dalam hal-hal semacam ini ia tidak beda dengan hewan. Oleh sebab itu menjadi sebuah keharusan bagi kita untuk mengenali diri secara hakekat, sehingga menjadi tahu, dari manakah kita dan hendak kemana? Untuk apa kita diciptakan, dan dengan apa kita bahagia serta apa saja yang akan membuat kita menderita?

Hujjatul Islam Imam Ghazali menyatakan bahwa di dalam diri manusia terkumpul beberapa karakter; karakter binatang, karakter binatang buas dan karakter malaikat. Ruh adalah hakikat elemen diri, sedangkan yang lain adalah asing dan sekedar pinjaman yang melekat pada diri manusia. Bagi masing-masing karakter tersebut mempunyai santapan dan kebahagiaannya sendiri-sendiri. Kebahagiaan binatang terletak pada makan, minum, tidur dan bers*nggama. Jika seseorang termasuk bagian dari binatang, maka ia akan mengerjakan apa saja demi pemenuhan kebutuhan perut dan nafsu farji. Kebahagian binatang buas terletak pada pemukulan dan penyerangan, sedangkan kebahagiaan setan terletak pada perbuatan tipu-menipu, kejahatan dan memperdayakan. Jika seseorang termasuk dari mereka ini, maka apapun yang ia lakukan sama seperti kesibukan mereka itu.

Sementara kebahagiaan malaikat terletak pada musyahadah (persaksian) hadhirat Ilahi. Angkara murka dan nafsu tidak akan sampai kepada mereka. Apabila seseorang termasuk dari ansir-ansir malaikat, maka ia harus bersungguh-sungguh dalam mengenali asal penciptaannya. Sehingga mampu mengenal jalan menuju hadhirat Ilahi, mencapai tingkat musyahadah terhadap Dzat Yang Maha Agung Lagi Maha Indah, melepaskan diri dari belenggu nafsu dan angkara murka. Dengan demikian ia akan tahu bahwa untuk apa sesungguhnya karakter atau sifat-sifat ini disusun sedemikian indah di dalam dirinya.

Sifat dan karakter tersebut diciptakan Allah bukan agar kita menjadi tawanannya, tetapi sebaliknya, Allah menciptakannya agar menjadi tawanan dan pengendali atau bekal dalam perjalanan kita. Salah satunya dijadikan kendaraan, dan yang lain digunakan sebagai senjata, sehingga kita dapat mempertahankannya dan membawanya menuju rumah kebahagiaan.

Saudara, bapak dan ibu sekalian yang saya hormati

Ketika seseorang ingin mengenal dirinya, maka perlu diketahui bahwa ia terdiri dari dua hal, yaitu pertama hati (al-qalb); dan yang kedua adalah apa yang dinamakan jiwa (an-nafs) dan ruh (ar-ruh). Jiwa (an-nafs) adalah hati (al-qalb), yang dapat ia kenali dengan mata batin dan sekaligus merupakan hakikatnya yang terdalam. Karena jasad adalah permulaan dan akan berakhir (rusak). Dinamakan qalb (jantung), tetapi jantung yang dimaksud bukanlah sepotong daging yang ada di dalam rongga dada sebelah kiri. Sebab, kalau ini yang dimaksud, maka terdapat juga pada binatang dan mayat.

Segala sesuatu yang dapat kita lihat dengan mata lahir adalah termasuk alam, yang dinamakan dengan alam dunia yang bisa dilihat (syahadah). Adapun hakikat hati bukanlah dari alam syahadah ini, tapi ia termasuk dari alam ghaib. Di dunia dia asing, sementara potongan daging itu adalah kendaraannya, dan semua anggota badan merupakan prajurit-prajuritnya. Sedangkan hati adalah sang raja. Ma’rifatullah dan musyahadah (menyaksikan), keindahan hadirat Ilahi merupakan ciri-cirinya. Beban keagamaan (Taklif) dan firman (khitab), ditujukan kepadanya. Dialah yang mendapat balasan pahala dan hukuman siksa, yang merasakan kebahagiaan dan kepedihan. Ruh (nyawa) hewani pada apapun juga, selalu mengikuti dan mengiringinya. Mengetahui hakikatnya serta mengenali sifat-sifatnya adalah kunci untuk mengenal Allah SWT. Oleh sebab itu, kita harus melakukan mujahadah (berjuang) sampai dapat mengenalinya. Karena ia merupakan unsur mulia dan ansir malaikat di mana sumber aslinya adalah dari kehadirat Ilahi. Dari tempat itu dia datang dan kepada tempat itu pula dia akan kembali. Demikian sebagaimana yang dinyatakan oleh Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali.

Saudara, bapak dan ibu sekalian yang saya hormati

Mengakhiri kultum dalam kesempatan yang mulia ini, semoga Allah senantiasa menganugerahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua, amin. Demikianlah, yang dapat saya sampaikan, terima kasih atas perhatiannya dan mohon maaf atas kesalahan dan kurang lebihnya. Hadanallah waiyyakum ajma’in, was salamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Oleh Ustadz Abdullah Farouk & Ustadz MS. Ibnu Hasan

Labels: Kumpulan Ceramah Kultum

Thanks for reading Kultum: Perlunya Mengenali Diri. Please share...!

0 Comment for "Kultum: Perlunya Mengenali Diri"

Back To Top