Sajadah Muslim ~ Kepada yang terhormat bapak..., para alim ulama, para ustadz dan ustadzah, para bapak, ibu, hadirin dan hadirat yang saya muliakan.
Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah, Tuhan semesta alam yang telah menganugrahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita dapat bertatap muka dalam majelis yang mulia ini, tanpa ada halangan apapun. Shalawat dan salam, semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah mengeluarkan kita dari gelap gulita kebodohan dan kekafiran menuju cahaya kebenaran dan keselamatan, melalui agama yang dibawanya, yaitu agama Islam.
Saudara, bapak dan ibu sekalian yang saya hormati
Manusia diciptakan oleh Allah SWT dalam bentuk yang sebaik-baiknya, ia dilengkapi dengan akal pikiran agar didaya fungsikan untuk merenungkan dan memikirkan makhluk ciptaan-Nya, sehingga ia akan dapat mengenali Sang Pencipta dan mengagungkan-Nya. “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar.” (QS. Fushshilat: 53)
Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan agar manusia memikirkan tentang makhluk ciptaan-Nya. Di antaranya firman Allah SWT: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)nya dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS. Al-Baqarah: 164)
Allah SWT memuji orang-orang yang berpikir, sebagaimana dalam firman-Nya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Tuhan kami tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Al Imran: 190-191)
Ketika dikatakan kepada Ibrahim, engkau selalu berlama-lama dalam berpikir. Ibrahim berkata: “Berpikir merupakan penggerak dinamika akal.” Diriwayatkan dari Hasan, bahwa berpikir sesaat lebih baik daripada qiyamul lail. Umar bin Abdul Aziz berkata: “Berpikir mengenai nikmat Allah Aza wa Jalla termasuk ibadah paling baik.”
Saudara, bapak dan ibu sekalian yang saya hormati
Pada suatu hari Nabi SAW keluar menjumpai suatu kaum yang sedang berpikir, beliau bertanya: “Apa yang sedang kalian kerjakan, mengapa kalian tidak berbicara?” Mereka menjawab: “Kami sedang berpikir tentang penciptaan Allah SWT.” Nabi bersabda: “Sebagaimana yang kalian lakukan, berpikirlah tentang ciptaan-Nya, jangan berpikir tentang Dzat Allah Azza wa Jalla. Perhatikan dan amatilah di belahan barat itu, terdapat bumi putih, cahayanya ialah keputihannya, keputihannya itu adalah cahayanya, sejauh perjalanan matahari selama empat puluh hari. Di sana terdapat makhluk di antara makhluk-makhluk Allah yang tidak pernah mendurhakai Allah, walau barang sekejap pun.”
Diriwayatkan dari Thawus, bahwa ia berkata, sesungguhnya kaum Hawariyyun pernah berkata kepada Isa putra Maryam: “Wahai Ruhullah, pada hari ini apakah ada orang yang seperti Anda di muka bumi ini ?” Isa menjawab: “Ya, yaitu orang yang ucapannya adalah berzikir, diamnya berpikir, penglihatannya untuk mengambil ibrah (pelajaran berharga), maka dialah orang yang seperti aku.”
Ketika Abu Syuraikh berjalan, tiba-tiba ia duduk dan menangis, lalu dikatakan padanya: “Apa yang membuat engkau menangis?” Ia menjawab: “Aku menangisi kepergian umurku, sementara amalku masih sangat sedikit dan ajalku semakin mendekat.” Abu Sulaiman berkata: “Biasakanlah matamu menangis dan hatimu berpikir.” Ia juga berkata: “Berpikir di dunia akan membuahkan hikmah dan menghidupkan hati.”
Diriwayatkan dari Sa’id Al-Khudri, ia berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Berikanlah bagian bagi matamu untuk beribadah.“ Mereka bertanya: “Ya Rasulullah, apa bagian ibadah baginya?” Beliau bersabda: “Melihat (membaca) mushhaf (Al-Qur’an) dan memikirkannya, serta mengambil i’tibar dari keajaiban-keajaibannya.
Junaid berkata: “Majlis yang paling mulia dan tinggi ialah duduk merenung berpikir dalam medan tauhid diterpa hembusan angin sepoi-sepoi kema’rifan, meminum air dengan gelas mahabbah yang diambil dari lautan cinta, memandang dengan pandangan yang baik dan romantis pada Allah Azza wa Jalla. Kemudian ia berkata: “Betapa indah dan syahdunya majlis ini, betapa lezatnya meminum keberuntungan yang besar ini, bagi orang dianugerahinya.”
Saudara, bapak dan ibu sekalian yang saya hormati
Mengakhiri kultum dalam kesempatan yang mulia ini, semoga Allah senantiasa menganugrahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua, amin. Demikianlah, yang dapat saya sampaikan, terima kasih atas perhatiannya dan mohon maaf atas kesalahan dan kurang lebihnya. Hadanallah waiyyakum ajma’in, was salamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Oleh Ustadz Abdullah Farouk & Ustadz MS. Ibnu Hasan
Labels:
Kumpulan Ceramah Kultum
Thanks for reading Kultum: Keutamaan Berpikir. Please share...!
0 Comment for "Kultum: Keutamaan Berpikir"