Sajadah Muslim ~ Ramadhan pada umumnya orang mengulas beragam keutamaannya dari sisi ubudiyah dan muamalah. Namun sejatinya Ramadhan adalah momentum terbaik dalam melangsungkan gerakkan ilmu. Karena dalam sejarahnya hal ini amatlah kuat kaitannya.
Pertama, Al-Qur’an di turunkan di bulan Ramadhan, karena itulah Ramadhan disebut juga sebagai syahrul Qur’an (bulan Al-Qur’an). Para ulama pun telah memberikan keteladanan bagaimana Ramadhan digunakan untuk banyak berinteraksi dengan Al-Qur’an.
Kedua, Wahyu pertama yang turun adalah surah Al-Alaq ayat 1-5, perintah yang termaktub di dalam ayat pertama adalah membaca. Bukan sekadar membaca, tapi diiringi dengan kalimat bismirabbik.
Hal ini menunjukkan bahwa kita diperintah oleh Allah Ta’ala untuk membaca ayat yang bersifat qauliyah (wahyu) maupun kauniyah (fenomena alam) dengan landasan iman dan untuk meneguhkan iman.
Secara bahasa dapat dipahami bahwa makna “Iqra” adalah perintah bagi manusia untuk belajar dan mengkaji, meneliti ilmu pengetahuan yang diajarkan oleh Allah dalam al-Qur’an maupun alam semesta.
Dengan demikian turunnya wahyu pertama di bulan Ramadhan yang mengandung perintah untuk membaca mengisyaratkan bahwa bulan tersebut harus dimanfaatkan untuk banyak membaca, khususnya kitab suci al-Qur’an. Lebih jauh mengkaji, meneliti, mendalami, menggali, dan memahami ayat-ayat Allah dalam kehidupan, baik yang sifatnya telah menjadi sejarah, kekinian maupun yang akan datang.
Jika hal ini menjadi arus utama umat Islam dalam mengisi Ramadhan, maka insya Allah, puasa yang dijalani akan semakin berkualitas dan mendatangkan kebahagiaan yang berlapis-lapis, bertingkat-tingkat. Dan hal ini dapat kita mulai dengan menyemarakkan gerakkan belajar dan mengajar Al-Qur’an Tadarus, tadabbur penting dan menjadikan itu semua sebagai gerakkan dalam bulan suci Ramadhan adalah benar-benar kunci utama untuk kebangkitan umat.
Tahapan
Pertanyaannya kemudian apakah semua akan mudah dan mampu menjalankan idealitas yang dimaksud? Tentu saja tidak, terlebih intensitas dan kualitas, interaksi masing-masing orang dengan Al-Qur’an berbeda-beda.
Maka bagi yang belum bisa membaca dengan kaidah yang diharuskan, belajar al-Qur’an meliputi cara bacaan yang benar (tajwud dan makhraj) harus diupayakan, selanjutnya dapat dengan bersungguh-sungguh memahami terjemahan dan maknanya serta menggali kandungan ilmu dan hikmah.
Semangat
Para dai, para ustadz, mubaliqh dan guru harus punya semangat untuk mengajarkan Al-Qur’an karena demikian mulianya amalan ini.
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya”.
Terakhir mulailah untuk mengkaji Al-Qur’an dengan fenomena alam agar kita semakin merasakan kekuasaan dan keagungan Allah Ta’ala.
Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui, dan telah kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua.
Tidak mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang, dan masing-masing beredar pada garis edarnya .” (QS. Yasin [36] ayat 38-40).
Bagaimana kita memahami ayat di atas, baik secara keimanan maupun sains dan teknologi? Inilah pentingnya bulan Ramadhan yang menjadi momentum bagi umat untuk melahirkan gerakkan ilmu.
Sumber: Majalah Mulia, Berbagi Kemuliaan Hidup
Labels:
Puasa Zakat
Thanks for reading Ramadhan Dan Gerakkan Ilmu. Please share...!
0 Comment for "Ramadhan Dan Gerakkan Ilmu"