Sajadah Muslim ~ Ada banyak hadiah yang Allah, tawarkan melalui bulan Ramadhan ini.
Semuanya tampak menggiurkan ibarat door prize, sejumlah hadiah itu bukan lagi sekedar janji yang tak kelihatan. Tapi trophy yang dimaksud itu sudah begitu nyata di depan mata. Semua bisa memandangnya, seolah tak ada lagi jarak yang memisahkan. Kecuali tinggal menunggu waktu penyerahan hadiah saja.
Demikianlah Ramadhan, setiap waktu bulan istimewa itu kembali dihadirkan oleh Allah. Seperti yang lalu, janji-Nya tak pernah berubah apalagi berkurang. Semuanya sudah siap itu belum termasuk berbagai macam bonus hadiah yang juga telah lama disediakan.
Masing-masing peserta lomba seolah ditantang, beberapa hadiah yang kalian mau, asalkan memenuhi kriteria dan persyaratan yang ada, maka silakan meraup hadiah sebanyak-banyaknya.
Kesadaran inilah sesungguhnya yang perlu untuk terus disegar-segarkan. Ramadhan adalah bulan ibadah, bulan kemenangan. Ini bukan sekedar tradisi. Apalagi janji semu layaknya manusia yang suka berjanji begitu saja. Tak heran, orang-orang shaleh dahulu begitu rindu dipertemukan kembali dengan bulan Ramadhan. Baru saja melepas Syawal, jauh-jauh hari mereka sudah berdo’a dan munajat khusus. Kiranya Allah berkenan mempertemukan kembali dengan Ramadhan tersebut.
Disayangkan, jika ada anggapan bahwa Ramadhan tak lebih dari bulan-bulan yang lain. Sekurangnya itu tampak dari sikap sebagian kaum Muslimin, mereka seolah acuh tak peduli dengan maraknya orang-orang lain menyambut kedatangan bulan mulia tersebut.
Sungguh hal tersebut adalah suatu kerugian besar jika tidak dimanfaatkan seoptimal mungkin. Sebab itu menjadi cermin diri, seberapa mampu dia mengendalikan hawa nafsunya. Apa sesungguhnya yang dominan dalam hati dan pikirannya. Apakah imannya berhasil memenangkan pertarungan itu, ataukah justru ia bertekuk lutut, tertunduk lesu dihadapan nafsu yang merajai jiwanya.
Termasuk kecenderungan hati soal harta dan materi dunia. Salah satu tolok ukur paling mudah adalah melihat respon manusia terhadap kewajiban zakat atau berinfak di bulan Ramadhan.
Disaat orang-orang begitu berbahagia dalam membagi dan memberi kepada orang lain. Adakah dirinya justru masih ragu dan memilih untuk menahan hartanya dibanding menyisihkan sebagiannya kepada orang lain yang lebih berhak. Apakah ia merasa rugi dan berat hati melepas hartanya atau dia yakin dengan janji-janji Alalh?
Sekali lagi Ramadhan bukanlah sekedar tradisi yang berulang begitu saja, sebagaimana kewajiban puasa dan zakat tidak pula menjadi ibadah pemanis di bulan Ramadhan saja ini adalah peluang yang mesti disergap oleh setiap umat Islam.
Kesempatan emas untuk menikmati ibadah dengan penuh kekhusyuan. Ada kondisi yang telah disiapkan, ada tawaran yang sudah disediakan, seharusnya umat Islam berlomba dalam memanfaatkan peluang ini untuk kian dekat kepada Allah.
Sebab jika di bulan Ramadhan saja, manusia masih enggan menyisihkan sebagian hartanya kepada orang-orang yang tidak mampu. Jika di bulan kemenangan ini, ada yang tak kunjung tertarik dengan janji-janji Allah. Maka boleh jadi pikiran dan hatinya benar-benar telah dikuasai oleh hawa nafsunya. Padahal justru inilah saat-saat yang penuh barakah.
Dimana orang begitu berbahagia, ketika menunaikan ibadah, ada pancaran senyum saat harta yang di bagi tersebut menjadi sebab tersenyumnya saudara seiman kita.
“Salah satu tolok ukur paling mudah adalah melihat respon manusia terhadap kewajiban ber-zakat atau ber-infak di bulan Ramadhan.”
Sumber: Majalah Mulia, Berbagi Kemuliaan Hidup
Labels:
Puasa Zakat
Thanks for reading Ramadhan Bukan Sekedar Tradisi. Please share...!
0 Comment for "Ramadhan Bukan Sekedar Tradisi"