Sajadah Muslim ~ Betapa sering kala seseorang marah dan kecewa secara spontan akan berkata keras, setidak-tidaknya suara langsung melengking atau intonasinya meninggi. Hal seperti ini bisa terjadi pada orang tua kepada anak atau pun atasan kepada bawahan, senior kepada junior.
Namun, kalau kita benar mau belajar dari Al-Qur’an, maka masalah tegur menegur ini pun sudah ditunjukkan caranya. Dan, Allah langsung memberikan contoh perihal ini. “Dia bermuka masam dan berpaling. Lantaran datang kepadanya orang buta itu. Padahal adakah yang engkau tahu, boleh jadi dia ingin menyucikan dirinya (dari dosa). Atau dia akan ingat, lalu memberi manfaat kepadanya ingatnya itu.” (QS: Abasa [80]: 1-4).
Dalam riwayat itu terjadi saat Nabi Muhammad sedang duduk bersama para pemuka Quraisy menjelaskan perihal Islam. Namun tak disangka, datang Abdullah bin Ummi Maktum, seorang pria tunanetra yang langsung masuk ke ruangan dan menjadikan Nabi menghentikan pembicaraan dan bermuka masam. Allah Ta’ala pun menegur beliau yang terkasih itu.
Namun, caranya sangatlah sopan, indah, dan penuh adab. “Dalam ketiga ayat ini ahli-ahli bahasa yang mendalami isi Al-Qur’an merasakan benar-benar betapa mulia dan tinggi susun bahasa wahyu itu kepada Rasul-Nya. Beliau disadarkan dengan halus supaya jangan sampai bermuka masa kepada orang yang datang bertanya, hendaklah bermuka manis terus, sehingga orang-orang yang tengah dididik itu merasa bahwa dirinya dihargai,” Demikian urai Buya Hamka dalam Tafsir AlAzhar.
Mari perhatikan lebih lanjut penjelasan Buya Hamka. “Pada ayat 1 dan 2 kita melihat bahwa kepada Rasulullah tidaklah dipakai bahasa berhadapan, misalnya “Mengapa engkau bermuka masam, mentang-mentang yang datang itu orang buta. Dan tidak pula bersifat larangan, “Jangan engkau bermuka masam dan berpaling.”
Hal ini memberikan hikmah dan pelajaran bahwa hendaknya dalam memberikan teguran, nasihat dan peringatan kita sebisa mungkin berusaha dengan bahasa yang halus lembut dan menyentuh hati. Lihatlah bagaimana Allah menegur hamba terkasih-Nya. Allah tidak menggunakan bahasa yang keras dan menggunakan kata-kata yang melukai. Rasulullah pun memberikan keteladanan yang sama kepada
umatnya, terutama terhadap anak-anak. “Aku melayani Rasulullah selama sepuluh tahun. Demi Allah, beliau tidak pernah mengatakan kepadaku “uff” sama sekali. Beliau juga tidak pernah sekalipun mengatakan kepadaku, mengapa Engkau melakukan hal itu? Atau (mengatakan), seharusnya Engkau (Anas) melakukan ini dan itu.” (HR. Bukhari).
Dengan demikian, mari biasakan untuk berbahasa yang baik, lembut, indah, dan penuh kasih sayang. Karena hakikat dari sebuah teguran, nasihat atau pun peringatan adalah bagaimana orang yang kita sayangi mengerti dan berubah menjadi lebih baik. Jadi, bukan melampiaskan emosi. Allahu a’lam. Ibn Suradi
Sumber: Majalah Mulia, Berbagi Kemuliaan Hidup
Labels:
Seputar-Islam
Thanks for reading Indahnya Allah Menegur Kekasih-Nya. Please share...!
0 Comment for "Indahnya Allah Menegur Kekasih-Nya"