Membahas Tentang Seputar Ilmu Agama Islam

Kultum: Ketika Ruh Orang Durhaka Keluar Dari Raga

Sajadah Muslim ~ Kepada yang terhormat bapak..., para alim ulama, para ustadz dan ustadzah, para bapak, ibu, hadirin dan hadirat yang saya muliakan.


Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah, Tuhan semesta alam yang telah menganugrahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita dapat bertatap muka dalam majelis yang mulia ini, tanpa ada halangan apapun. Shalawat dan salam, semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Yang telah mengeluarkan kita dari gelap gulita kebodohan dan kekafiran menuju cahaya kebenaran dan keselamatan, melalui agama yang dibawanya, yaitu agama Islam.

Saudara, bapak dan ibu sekalian yang saya muliakan

Imam Ghazali memberikan gambaran tentang kondisi orang-orang yang durhaka ketika berada dalam tekanan kematian, sebagaimana yang diterangkan di dalam Ad-Durratul Al-Fakhirah fii Kasyfi Ulumil Akhirah, bahwa detik-detik kematian orang yang durhaka, nyawanya akan dicabut secara kejam dan paksa. Ketika itu, tiba-tiba ekspresi wajahnya terlihat seperti orang yang memakan buah hanzhal (sejenis labu yang sangat pahit). Lalu malaikat berkata kepadanya: “Keluarlah wahai nyawa yang buruk dari tubuh yang kotor!” Tiba-tiba terdengarlah erangan memilukan seperti ringkikkan khimar (keledai). Hal itu, karena Malikat Izra’il telah mencabutnya dengan membawa Malaikat Zabaniyah yang menampakkan dirinya dengan rupa sangat jelek dan mengerikan, berkulit hitam berbau busuk dan menjijikkan, di tangannya terdapat lilitan rambut. Lalu nyawa tersebut dimasukkan ke dalam lilitan rambutnya, dan akan berubah menjadi bentuk manusia yang besar kecilnya sesuai dengan bersih tidaknya amal perbuatannya. Sebagaimana disebutkan di dalam Shahih Muslim, diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. sebagai berikut: “Gigi orang kafir di dalam neraka nanti sebesar  gunung Uhud, dan kulitnya setebal perjalan selama tiga hari.”

Selanjutnya,  malaikat terus membawa nyawa yang terlepas dari orang yang kafir ini, naik sampai di permukaan langit dunia. Lalu Al-Amin (Jibril) mengetuk pintunya, dan ditanya: “Siapa kamu? “ Ia menjawab: ”Saya Jibril.” Kepadanya ditanya kembali: “Siapa yang datang bersamamu?” Ia menjawab: “Si Fulan bin Fulan, sejek-jelek namanya dan segala apa yang paling dibenci ketika di dunia.” Maka dikatakan kepadanya: “Tidak ada penyambutan dan ucapan selamat datang.” Pintu-pintu langitpun tidak ada yang dibuka baginya. Marilah kita simak firman Allah SWT:

“Sekali-kali tidak akan dibukakan bagimmereka pintu-pintu langit, dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang yang berbuat kejahatan.” (QS. Al-A’raf: 40)

Mendengar ucapan seperti ini, Al-Amin (Jibril) langsung melemparkan ruh orang yang ada ditangannya, lalu ruh itu jatuh melayang di bawa angin ke tempat yang sangat jauh. Marilah kita renungkan firman Allah SWT yang artinya: “Barangsiapa yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” (QS. Al-Hajj: 31)

Betapa hinanya apa yang menimpa pada ruh orang yang durhaka (kafir). Ketika ia sampai di muka bumi, ia langsung digertak oleh Malaikat Zabaniyah dan diseret ke penjara, batu besar yang menjadi tempat tinggal bagi ruh-ruh orang yang durhaka. Demikian sebagaimana halnya juga yang disebutkan di dalam kitab Daqaiqil Akhbar.

Saudara, bapak dan ibu sekalian yang saya muliakan

Mengenai kondisi arwah (ruh-ruh) setelah keluar dari raga beraneka ragam, orang-orang Yahudi dan Nasrani, maka setelah ruh-ruh mereka sampai di kursi, ditolak dan kembalilah mereka ke kubur masing-masing. Demikian ini adalah bagi orang mati di antara mereka yang masih menepati syari’at agamanya, dan ia dapat menyaksika jasadnya di mandikan dan dikuburkan. Adapun orang-orang musyrik, maka tidak bisa disaksikan sedikitpun karena (ruh) mereka telah jatuh dan dibawa oleh angin. Sedangkan ruh-ruh orang munafik adalah seperti kelompok kedua, yaitu ditolak dengan dimurkai dan dikembalikan ke liang kuburnya.

Sementara mengenai kondisi orang-orang mukmin yang ceroboh dan biasa meremehkan syari’at agamanya, maka macam mereka bervariasi. Di antara mereka ada yang shalatnya  ditolak, karena ketika ia melakukannya ia melubang dan mencuri shalatnya itu, kondisi shalatnya itu menjadi dilipat seperti dilipatnya pakaian usang, lalu dilemparkan ke wajahnya dan kemudian naik ke atas seraya berkata: “Allah menyia-nyiakan aku.”

Ada pula yang ditolak zakatnya, karena ia berzakat dengan tujuan hanya ingin dikatakan sebagai orang yang ahli sedekah, atau mungkin ia bersedekah khusus ditujukan kepada kaum perempuan, untuk menarik perhatiannya. Di antara mereka ada yang ditolak puasanya, karena ia hanya berpuasa dari makan dan minum, sementara itu lisannya tidak pernah berpuasa, ia telah berbuat kemaksiatan dan kerugian. Sedangkan setelah Ramadhan berakhir ia tidak bisa menyempurnakannya. Ada pula di antara mereka ada yang ditolak hajinya, karena ia berhaji hanya sekedar supaya dikatakan si Fulan telah naik haji, atau berhaji dengan harta yang tidak bersih (halal). Dan di antara mereka ada yang ditolak sebab kedurhakaannya terhadap orang tua, dan lain sebagainya. Hal tersebut merupakan makna dan maksud yang dikandung dan diterangkan hadis-hadis dan atsar seperti yang diriwayatkan oleh Mu’adz bin Jabal ra tentang tertolaknya amal perbuatan manusia dan lain-lain.

Bagi orang-orang yang zalim dan durhaka benar-benar berada dalam kehinaan dan siksaan yang amat sangat. Allah SWT berfirman yang artinya: “Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): Keluarkanlah nyawamu. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.” (QS. Al-An’am: 93)

Saudara, bapak dan ibu sekalian yang saya muliakan

Mengakhiri kultum dalam kesempatan yang mulia ini, semoga Allah senantiasa menganugerahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua dan semoga ketika kita meninggalkan dunia yang fana ini, dapat mengakhiri dengan khusnul khatimah, amin. Demikianlah, yang dapat saya sampaikan, terima kasih atas perhatiannya dan mohon maaf atas kesalahan dan kurang lebihya. Hadanallah waiyyakum ajma’in, was salamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Oleh Ustadz Abdullah Farouk & Ustadz MS. Ibnu Hasan

Labels: Kumpulan Ceramah Kultum

Thanks for reading Kultum: Ketika Ruh Orang Durhaka Keluar Dari Raga. Please share...!

0 Comment for "Kultum: Ketika Ruh Orang Durhaka Keluar Dari Raga"

Back To Top