Sajadah Muslim ~ Di dalam sebuah hadits telah dijelaskan, bahwa sesungguhnya apabila malaikat Izrail akan mencabut nyawa seseorang mukmin, maka ruh tersebut berkata : “Tidaklah aku akan patuh kepadamu selama kamu tidak diperintahkan untuk pencabutan ruh itu. Kemudian malaikat Izrail berkata; “Aku telah diperintahkan untuk melakukan pekerjaan itu.”
Ruh itu tetap belum percaya, akhirnya ruh itu meminta tanda bukti kepada malaikat Izrail, seraya ruh itu berkata; “Sesungguhnya Tuhanku telah menjadikanku dan telah memasukkan ke dalam jasad ini, sedang engkau pada waktu kejadian itu tidak berada di sisiku. Akan tetapi sekarang engkau hendak mencabutku.”
Setelah itu, malaikat Izrail menghadap dan mengadukan hal ini kepada Allah swt, lalu Allah swt berfirman: “Apakah sudah kau cabut ruh hamba-Ku?” Malaikat Izrail menjawab, “Wahai Tuhan-Ku, sesungguhnya hamba-Mu yang mukmin itu berkata kepadaku demikian............... dan demikian............ lalu dia meminta tanda bukti dariku sebagai kebenaran perintah-Mu.
Kemudian Allah swt berfirman; “Benar ruh hamba-Ku itu. Sekarang pergilah kamu ke surga dan ambillah buah apel yang diatas buah apel itu terdapat tanda-tanda perintah-Ku dan tunjukkanlah buah apel itu kepada ruh hamba-Ku yang mukmin itu.”
Maka pergilah Malaikat Izrail ke surga dan mengambil buah apel itu, dimana di atas buah apel itu terdapat kalimat Basmallah yaitu: “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.”
Lalu malaikat Izrail kembali ke ruh orang yang mukmin itu dan ia menunjukkan bukti berupa buah apel kepadanya, maka akhirnya keluarlah ruh itu dengan cepat dan nikmat tanpa ada rasa sakit.
Ucapan Jasad Ketika Ruh Akan Dicabut
Di dalam sebuah hadits telah disebutkan, bahwasanya apabila Allah swt, hendak mencabut ruh seorang hamba-hamba-Nya, maka datanglah malaikat Izrail kepada seorang hamba yang mukmin dari bagian mulutnya untuk mencabut ruhnya. Maka keluarlah ucapan dari mulut tersebut. “wahai malaikat Izrail, bukan jalanmu untuk mencabut ruh dari jalan ini, karena mulut ini telah aku pergunakan untuk mengingat asma-asma Allah swt.”
Lalu kembalilah malaikat Izrail datang dari arah tangannya, lalu tangan itu seraya berkata: “Bukan jalanmu wahai malaikat Izrail untuk mencabut dari jalan ini, karena sesungguhnya ia telah sering aku pergunakan untuk bersedekah, mengucap (mengasih) anak-anak yatim, menulis ilmu-ilmu agama dan untuk memerangi orang-orang kafir.”
Selanjutnya malaikat Izrail dari arah kakinya, lalu kedua kaki itu seraya berkata, “Bukan jalanmu wahai malaikat Izrail untuk mencabut dari jalan ini, karena sesungguhnya ia kau pergunakan berjalan untuk shalat berjama’ah, shalat Jumat, shalat-shalat hari raya dan tempat-tempat pengkajian ilmu.”
Selanjutnya malaikat Izrail, datang dari arah telinganya, lalu kedua telinga itu seraya berkata; “Bukan jalanmu wahai malaikat Izrail untuk mencabut dari jalan ini, karena sesungguhnya ia telah aku pergunakan untuk mendengarkan bacaan-bacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an, Adzan dan dzikir-zikir.”
Selanjutnya malaikat Izrail datang dari arah kedua matanya, Lalu kedua mata seraya berkata: “Bukan jalanmu wahai malaikat Izrail untuk mencabut dari jalan ini, karena sesungguhnya ia telah aku pergunakan untuk melihat orang-orang yang shaleh.”
Maka kembalilah malaikat Izrail kepada Allah swt, dan mengadukan hal tersebut seraya berkata : “Wahai Tuhan-Ku, sesungguhnya hamba-Mu telah berkata demikian..................dan demikian........ (dari kejadian-kejadian itu), kemudian Allah swt: “ Wahai malaikat Izrail, gantunglah nama-Ku di atas telapak tanganmu dan perlihatakanlah nama-Ku itu kepada hamba-Ku sehingga ruh itu keluar.”
Kemudian malaikat Izrail mengerjakan apa yang telah diperintahkan oleh Allah swt, yaitu menuliskan di atas telapak tangannya nama Allah swt. Kemudian Malaikat Izrail datang kepada hamba tersebut, lalu diperlihatkannya tanda atau bukti kepada ruh hamba yang mukmin tersebut. Maka keluarlah ruh itu lantaran melihat nama Allah Swt. Dan hilanglah rasa sakit dan kepedihan sakaratul maut hamba tersebut. Dan tidaklah hilang siksa pedih dari seorang hamba apabila tertanam di dada mereka nama Allah swt.
Sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an surat Az-Zumar ayat 22. “Maka barang siapa yang hatinya telah dibukakan untuk menerima agama Allah (Islam), maka ia telah berjalan di atas hidayah dari Allah swt.” Dan apakah tidak hilang atas mereka, adanya suatu siksa dan perkara yang menyulitkan di hari kiamat nanti.
Di dalam sebuah hadits telah disebutkan, bahwa sesungguhnya ada 5 (lima) hal adalah racun yang mematikan, dan ada 5 (lima) hal yang lain adalah penangkalnya (penawarnya). Adapun 5 (lima) hal itu adalah sebagai berikut :
- Dunia adalah sebagai racun yang mematikan, sedangkan zuhud adalah penawarnya.
- Harta adalah sebagai racun yang mematikan, sedangkan zakat adalah penawarnya.
- Berbicara adalah sebagai racun yang mematikan, sedangkan dzikir kepada Allah adalah penawarnya.
- Umur dan keseluruhannya adalah sebagai racun yang mematikan, sedang bulan Ramadhan adalah penawarnya
Di dalam sebuah hadits telah disebutkan, bahwasanya apabila telah sampai sakratul maut bagi seorang hamba, maka ada pemanggil yang memanggil dari hadapan Allah swt, “Wahai ruh berhentilah sebentar saja hingga ia merasakan istirahat.” Ketika ruh telah sampai di dada, maka Allah swt berfirman; “Berhentilah sejenak saja, hingga ia merasakan istirahat.” Demikian juga, apabila ruh telah sampai pada kedua lutut, pusar sampai pada kerongkongan, maka Allah swt berfirman : “Berhentilah sejenak saja, hingga ia memohon diri (pamit) antara anggota badan yang satu dengan anggota badan yang lainnya.”
Maka antara mata yang satu dengan mata yang lainnya memohon diri (pamit) seraya mengucapkan kalimat dalam perpisahan, yaitu “Semoga keselamatan tetap tercurahkan kepadamu sampai hari kiamat”.
Demikian juga kedua tangan tanpa dapat bergerak, kedua kaki tanpa dapat bergerak, kedua mata tanpa dapat melihat, kedua telinga tanpa dapat mendengar dan tubuh terkulai tak berdaya tanpa ada ruh.
Seandainya lisan tersebut tidak beriman serta hati tidak ada makrifat, lalu bagaimana keadaan seorang hamba tersebut diliang lahat. Ia tidak dapat melihat seorang pun , tidak dapat melihat bapaknya, ibunya, anak-anaknya, saudara-saudaranya dan teman-temannya. Di dalam liang lahat tidak ada kasur dan tidak ada selembar selimut. Dan kalau ia tidak dapat melihat Tuhan Yang Maha Mulia, maka ia benar-benar orang yang dalam keadaan rugi yang sangat besar.
Al-Iman Abu Hanifah telah berkata: “Kebanyakan runtuhnya iman seseorang hamba adalah waktu sakaratul maut.” Mudah-mudahan Allah swt, senantiasa memelihara kita dan kamu semua dari runtuhnya iman.
Oleh Abu Khalid, MA
Labels:
Kematian
Thanks for reading Reaksi Ruh Manusia Ketika Akan Dicabut. Please share...!
0 Comment for "Reaksi Ruh Manusia Ketika Akan Dicabut"