Sajadah Muslim ~ Assalamu’alaikum wr. wb. Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin, wassholaatu wassalaamu ‘alaa asyroofil anbiyaa-i wal mursaliin, nabiyyinaa wahabiibinaa muhammadin, wa’ala alihi washahbihi aj’ma’iin, wa man tabi’ahum biihsanin ilaa yaumiddin, Amma ba’du.
Kepada yang terhormat bapak..., para alim ulama, para ustadz dan ustadzah, para bapak, ibu, hadirin dan hadirat yang saya muliakan.
Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah, Tuhan semesta alam yang telah menganugrahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita dapat bertatap muka dalam majelis yang mulia ini, tanpa ada halangan apapun. Shalawat dan salam, semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah mengeluarkan kita dari gelap gulita kebodohan dan kekafiran menuju cahaya kebenaran dan keselamatan, melalui agama yang dibawanya, yaitu agama Islam.
Saudara, bapak dan ibu sekalian yang saya muliakan
Kematian merupakan suatu kepastian yang akan dialami oleh setiap manusia yang hidup di dunia. Bergulirnya waktu dan bertambahnya usia seseorang, pada dasarnya berarti ia telah bertambah mendekati pada titik akhir kehidupannya. Disadari ataupun tidak, cepat atau lambat setiap orang pasti akan sampai juga pada ajalanya dan mengalami kematian. Karena Allah tidak menjadikan seorang manusiapun yang hidup kekal selamanya di dunia yang fana ini.
Allah SWT berfirman: “Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad), maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal?” (QS. Al-Anbiyaa’: 34).
Allah juga berfirman:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.” (QS. Ali Imran: 185)
Ketika Malakul Maut datang menghampiri seseorang karena ajalnya telah tiba, maka orang itu tidak akan luput darinpadanya, kemampuan ia berlari untuk bersembunyi, meskipun ia dirawat dan dikelilingi oleh team dokter yang ahli dengan peralatan teknologi medis mutakhir yang paling canggih. Semua itu tidak akan dapat menolong dan menghindarkannya dari kematian. Sebagaimana ditegaskan dalam firma Allah SWT.
“Katakanlah, sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, maka sesungguhnya kematian itu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Yunus, 49).
Saudara, bapak dan ibu sekalian yag saya muliakan
Ketika seseorang berada dalam situasi tekanan kematian (sakaratul maut) dan nyawa sudah sampai pada kerongkongan, maka ia perlihatkan tempat yang akan dihuni, apakah tempat itu indah dan membahagiakan ataukah sebaliknya tempat itu menyeramkan dan menyengsarakan. Allah SWT berfirman yang artinya: “Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, padahal kamu ketika itu melihat.” (QS. Al-Waqi’ah: 84-85)
Sebagaimana halnya juga yang disebutkan dalam hadis Nabi SAW, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya ruh orang mukmin itu tidaklah keluar (mati), sehingga ia melihat tempatnya di surga. Dan ruh orang kafir itu tidak akan keluar (mati), sehingga ia melihat tempatnya di neraka.”
Dari hadis tersebut jelaslah bagi kita bahwa jika mukmin, maka ia diperlihatkan pemandangan surga dengan berbagai keindahan dan kenikmatan yang menggiurkan yang belum pernah ia lihat di dunia. Sehingga ketika itu seolah-olah ia tidak sabar lagi dan ingin segera menghuninya. Sehingga disaat ia menghembuskan nafas yang terakhir kalinya, ia pun mengakhiri kehidupannya di dunia yang fana ini dengan riang gembira dan wajahnya terlihat tersenyum. Sementara keluarga yang ditinggalkan meneteskan air mata, berbelasungkawa karena merasa kehilangan orang yang dicintainya.
Tetapi apabila ia orang munafik atau orang kafir, maka ia diperlihatkan tempat yang menyeramkan dan menakutkan yang belum pernah ia bayangkan dan saksikan di dunia, sehingga ia merasa terhenyak dan terkejut yang luar biasa, lalu ia mengaduh dan meminta agar kematiannya ditunda walau barang sebentar saja untuk beramal salih dan berbuat kebajikan. Namun apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur, saat keadilan ditegakkan bagi dirinya. Maka dengan penyesalan yang mendalam ia pun mengakhiri kehidupan dunia yang fana ini, dengan wajah murung, dicekam oleh ketakutan dan kesedihan yang luar biasa.
Allah SWT berfirman: “Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata, “Ya Tuhanku mengapa engkau tidak menangguhkan (kematian)-ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang salih?” (QS. Al-Munafiqun: 10)
Oleh sebab itu, sebagai orang yang beriman tindakan yang paling tepat adalah mengoptimalkan sisa-sisa usia untuk bertobat, berbuat kebajikan dan memperbanyak amal salih, agar tidak mengalami penyesalan kemudian hari. Perhatikan khutbah Rasulullah SAW berikut ini: “Wahai manusia, bertobatlah kepada Allah sebelum kamu sekalian mati, dan bersegeralah memperbanyak amal salih sebelum kau sibuk (tidak punya kesempatan), jalinlah komunikasi antara kamu dan Tuhanmu dengan memperbanyak zikir (mengingat) kepada-Nya, perbanyaklah sedekah baik secara terang-terangan maupun rahasia, maka kamu akan dianugerahi rizki, pertolongan dan diberi ganti yang lebih baik.”
Saudara, bapak dan ibu sekalian yang saya muliakan
Mengakhiri kultum dalam kesempatan yang mulia ini, marilah kita berdo'a semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia serta petunjuk-Nya kepada kia, sehingga kita termasuk dalam golongan sebaik-baiknya manusia, yang memperoleh keberuntungan besar, utamanya kelak di akhirat. Demikianlah yang dapat saya sampaikan, terima kasih atas perhatiannya dan mohon maaf atas kesalahan dan kurang lebihnya. Hadanallah waiyyakum ajma'in, was salamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Oleh Ustadz Abdullah Farouk & Ustadz MS. Ibnu Hasan
Labels:
Kumpulan Ceramah Kultum
Thanks for reading Kultum: Ketika Ajal Datang. Please share...!
0 Comment for "Kultum: Ketika Ajal Datang"