Sajadah Muslim ~ Menurut Imam al-Ghazali, fungsi spesial dari al-Qur’an hanya dapat dicapai jika seseorang menyertakan adab-adab batin setiap kali membacanya. Sufi Al-Ghazali memaparkan sepuluh amal batin yang selayaknya diterapkan seorang hamba jika ia ingin hubungannya dengan al-Qur’an tak menjadi satu hubungan yang sia-sia.
Memahami Keagungan dan Ketinggian al-Qur’an dalam Hati
Al-Qur’an adalah kalam Khalik yang kokoh, cahaya yang nyata yang tak bercampur kebatilan dari depan dan belakangnya. Dialah perkataan Rabb semesta alam yang dilapalkan dengan sangat pribadi dalam ketinggian-Nya kepada tiap-tiap hambanya, selayaknya sepucuk surat. Al-Qur’an juga karunia serta Kasih-Nya kepada makhluk dengan diturunkannya ayat-ayat suci itu dari Arsy Kemuliaan-Nya ke dunia makhluk hingga kita berkesempatan bertemu dengannya.
Mengagungkan Zat yang Berfirman, Yakin Allah swt
Ketika mulai membaca al-Qur’an, seseorang hendaknya menghadirkan keagungan Allah di dalam hatinya. Memahami betul bahwa yang ia baca bukanlah perkataan manusia seraya merasuki sifat-sifat Zat yang berfirman yang Maha Adil, Maha Suci, dan Maha Pengasih dan Pengampun bagi seluruh makhluk-Nya dari yang terkecil hingga terbesar, dari yang tampak mulia dan tampak hina di mata kita.
Membaca dengan Berkonsentrasi
Sebagian ulama terdahulu jika membaca ayat al-Qur’an dan ayat tersebut tak hadir dalam dirinya maka ia akan mengulangi lagi bacaan itu. Bisikan-bisikan hati dan kilatan-kilatan pikiran yang kadang melintas sedapat mungkin dihilangkan.
Baca juga :
- Puasa Bagi Pekerja Berat
- Memahami Pembatal-Pembatal Puasa
- Jima Di Siang Hari Bulan Ramadhan
- Kenapa Wanita Hamil dan Menyusui Boleh Tidak Berpuasa
- Yang Makruh, Yang Perlu Diperhatikan Saat Berpuasa
Tadabbur Hati
Tadabbur hati tak lain adalah merenungkan makna-makna yang terkandung di dalam al-Qur’an tersebut. Point ini adalah langkah berikut dari adab yang ketiga. Setelah menghadirkan hati hingga tak ada hal lain yang melintas di batin maka hal itu mesti dilanjutkan dengan langkah maju ke dalam seperti majunya seseorang memasuki sebuah taman dan memperhatikan setiap bunga indah yang bermekaran, lahan-lahan ( tartil ) karena tartil secara zahir dapat membantu tadabbur dengan batin. Ali Bin Abi Thalib berkata: “Tak ada kebaikan pada ibadah yang tak disertai pemahaman dan tak ada kebaikan pada bacaan tanpa melakukan tadbbur di dalamnya.”
Tafahhum
Tafahhum adalah mencari kejelasan dari setiap ayat secara tepat karena al-Qur’an menyebutkan sifat-sifat Allah, berbagai perbuatan-Nya yang menunjukkan kekuasaan serta kasih-Nya kepada setiap makhluk. Menceritakan ihwal pada Nabi serta yang terpenting adalah memaparkan perintah serta larangan-Nya yang dialamatkan bagi kita. Tafahhum ini tak lain adalah meraih pemahaman tentang setiap hikmah dan kandungan yang dimiliki al Qur’an yang akan kita bawa dalam kehidupan kita sampai ajal menjemput. Tafahhum juga adalah langkah menyibak rahasia al-Qur’an yang terpendam yang tak akan tersingkap kecuali dengan taufik dan hidayah-Nya. Ibnu Mas’ud berkata: “Barang siapa yang menghendaki ilmu orang-orang terdahulu dan ilmu orang-orang kemudian hendaklah ia mendalami al-Qur’an.”
Menghilangkan Hambatan
Karena tujuan membaca al-Qur’an memperoleh pemahaman maka menjadi adab batin yang ke enam menghindarkan hambatan-hambatan bagi memperoleh kepahaman tersebut. Menurut Said Hawwa, kebanyakkan kita tidak dapat memahami makna-makna al-Qur’an karena beberapa sebab dan penghalang yang dipasang oleh setan pada hati kita. Penghalang itu di antaranya perhatian yang hanya tertuju kepada pengucapan huruf-huruf hingga pemahamannya hanya sampai pada tempat-tempat keluarnya huruf saja. Terus menerus melakukan dosa dan bersikap angkuh dalam hati juga dapat menghalangi seseorang memahami al-Qur’an. Sedang faktor lain yang disebut Said Hawwa adalah keyakinan sebagian orang bahwa makna al-Qur’an sudah tertentu dan terpatok menurut ahli-ahli tafsir dalam buku-bulu mereka.
Takhshish
Selanjutnya adab ketujuh adalah takhshish, yaitu menyadari bahwa dirinyalah sasaran pembicaraan yang ada di dalam al-Qur’an itu. Al-Qur’an tak berkata-kata kepada benda mati, tak berkata pada gunung, samudera atau atap langit. Al-Qur’an berbicara kepada kita dengan penuh seluruh. Setiap perintah dan larangan yang terkandung di dalamnya adalah untuk kita, bukan untuk yang lain. Setiap kisah yang tertera dalam al-Qur’an juga semata-mata dikisahkan untuk kita secara pribadi dan intim agar bisa kita memetik hikmahnya.
Ta’atsur
Ta’atsur yaitu terpengaruh dengan beragam kesan sesuai dengan beragam ayat yang dihayatinya. Apa yang dipahami dan ia tangkap setelah membaca al-Qur’an itulah yang membekas di kalbunya dan menghadirkan rasa takut, sedih, harap, juga syukur dan lainnya. Al-Hasan berkata, “Demi Allah, pada hari ini tidaklah seorang hamba membaca al-Qur’an dengan mengimaninya kecuali ia akan banyak menangis dan sedikit tertawa dan berlipat amalnya.”
Taraqqi
Meningkatkan penghayatan terus menerus dalam membaca al-Qur’an merupakan pengertian dari Taraqqi, sebagai adalah adab batin yang kesembilan. Tingkatan ini mesti terus ditingkatkan hingga mencapai tingkatan layaknya mendengarkan al-Qur’an langsung dari Allah. Inilah tingkatan membaca al-Qur’an dalam getar tertinggi serta puncak kelezatannya. Para sufi mendambakan sekali dapat merasakan hal ini kerana itulah salah satu tanda-tanda bagi kekasih Allah.
Tabarri
Adab yang kesepuluh atau yang terakhir adalah tabarri. Said Hawwa menjelaskan adab batin ini dengan menyebut bila seseorang membaca ayat-ayat janji dan pujian bagi orang shaleh maka orang itu akan berhias diri dan memperbaiki amalnya agar ia termasuk golongan orang yang mendapat pujian itu. Sedang apabila ia membaca ayat ancaman dan hinaan bagi orang-orang yang kufur maka ia merasa cemas seakan-akan menyaksikan dirinya termasuk dalam golongan orang yang dikecam tersebut. Perasaan-perasaan ini semuanya bermuara pada kedekatan bersama Allah. Harapan agar ia termasuk golongan shaleh memicu dirinya terus memperbaiki diri dengan amal yang disukai-Nya dan kecemasan bahwa dirinya termasuk orang-orang yang durhaka membuatnya bertaubat serta manjauhi kekufuran dan kezaliman diri.
Adab-adab batin ini sekiranya penting untuk dipraktekkan agar cahaya suci al-Qur’an bisa merasuk ke dalam kalbu dan membuat hari-hari di bulan Ramadhan yang dilalui menjadi indah dan bermakna.
Sumber : Majalah Hidayah Penerbit PT. Variasari Malindo
Labels:
Kitab Al Quran,
Puasa Zakat
Thanks for reading 10 Amal Batin Membaca Al Quran Di Bulan Ramadhan. Please share...!
0 Comment for "10 Amal Batin Membaca Al Quran Di Bulan Ramadhan"