Membahas Tentang Seputar Ilmu Agama Islam

Kultum: Fungsi Sosial Zakat

Sajadah Muslim ~ Alhamdulillahi wakafaa, wassholatu wassalaamu ‘alaa rosulihil musthofaa, wa’alaa aalihi wasohbihi wamanih tadaa, amma ba’du.


Hadratal muhtaramin, para alim ulama, para ustadz dan ustadzah, para bapak, ibu, hadirin dan hadirat yang saya muliakan.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah, Tuhan semesta alam yang telah menganugrahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita dapat bertatap muka dalam majelis yang mulia ini, tanpa ada halangan apapun. Shalawat serta salam, semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Yang telah mengeluarkan kita dari gelap gulita kebodohan dan kekafiran menuju cahaya kebenaran dan keselamatan, melalui agama yang dibawanya, yaitu agama Islam.

Hadirin dan hadirat sekalian yang saya muliakan

Zakat wajib hukumnya bagi yang memiliki harta benda yang telah mencapai batasan tertentu yang telah ditetapkan dalam syari’at Islam. Ia merupakan rukun Islam yang ketiga. Ini berarti bahwa zakat merupakan pokok ajaran dalam hukum Islam, yang tentunya memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dan urgen, baik sebagai penyucian dan pengembangan harta benda itu sendiri bagi pemiliknya, utamanya dalam kontribusinya sebagai jaminan sosial bagi yang tidak mampu dan kesulitan dalam mencari penghidupan.

Bagi yang tidak mampu berusaha dan bekerja, sementara ia tidak memiliki harta warisan atau simpanan untuk kebutuhan hidupnya, maka ia berhak mendapat jaminan dari keluarganya yang mampu. Namun dalam kenyataanya, tidak semua fakir miskin mempunyai keluarga yang berkecukupan dan bisa diandalkan. Jika demikian, bagaimana dan kepada siapa mereka bersandar? Apakah mereka dibiarkan begitu saja hidup terlantar di bawah tekanan kemiskinan dan kemelaratan. Sementara di sekitar mereka, orang-orang kaya hanya menyaksikan kesengsaraan dan penderitaan mereka tanpa sedikitpun merasa iba dengan nasib dan kondisi mereka. Padahal sesungguhnya di dalam harta yang mereka miliki sebagai anugrah dari Tuhan, terdapat hak bagi fakir miskin dan golongan-golongan tertentu, yang harus diambil dan dikeluarkan buat mereka. Perintah pengambilan harta orang-orang kaya sebagai zakat itu begitu tegas dinyatakan dalam Al-Qur’an, sebagai berikut:

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka dan mendo’akan untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu menjadi ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi  Maha Mengetahui.” (QS. At-Taubah: 103)

Zakat, disamping berfungsi sebagai pembersih dan penyucian harta serta pengembangannya, juga memiliki peran penting dalam kontribusi sebagai pemberdayaan ekonomi kerakyatan, untuk mengatasi kemiskinan. Oleh sebab itu, konsep zakat dalam syari’at Islam dinyatakan sebagai rukun Islam. Seandainya semua orang yang berkewajiban mengeluarkan zakat (muzakki) menyadari sepenuhnya akan kewajiban zakat hartanya, maka zakat akan menjadi sumber perekonomian alternatif yang potensial, utamanya bila zakat itu dikelola secara sungguh-sungguh dan profesional dengan sistem managerial yang bagus. Sehingga zakat akan benar-benar berfungsi sebagai jaminan sosial bagi kalangan rakyat yang tidak mampu dan masih berada di bawah garis kemiskinan. Sebuah konsep jaminan sosial dalam bentuknya yang tidak pernah terpikirkan oleh siapapun baik secara individual maupun kelompok sebelum Nabi Muhammad SAW. Bila konsep zakat ini dikelola secara benar dan sungguh-sungguh, Insya Allah, persoalan sosial, kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan dapat segera teratasi. Sehingga akhirnya mereka yang semula berada di bawah garis kemiskinan yang berhak menerima zakat, tetapi akan berubah menjadi orang-orang yang berkewajiban mengeluarkan zakat (muzakki).

Hadirin dan hadirat sekalian yang saya muliakan

Demikianlah, kultum yang dapat saya sampaikan dalam kesempatan kali ini, mudah-mudahan ada guna dan manfaatnya bagi kita semua, utamanya bagi diri saya sendiri, amin. 

Akhirnya, terima kasih atas perhatiannya dan mohon maaf atas kurang dan lebihnya. Wallahul muwaffiq ila thariq, tsumas salamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Oleh Ustadz Abdullah Farouk & Ustadz MS. Ibnu Hasan

Kultum: Cinta Rasul

Sajadah Muslim ~ Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin, wassholaatu wassalaamu ‘alaa asyroofil anbiyaa-i wal mursaliin, nabiyyinaa wahabiibinaa muhammadin, wa’ala alihi washahbihi aj’ma’iin, wa man tabi’ahum biihsanin ilaa yaumiddin, Amma ba’du.


Hadhratal muhtaramin, para alim ulama, para ustadz dan ustadzah, para bapak, ibu, hadirin dan hadirat yang saya muliakan.

Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah, Tuhan semesta alam yang telah menganugrahkan rahmat, taufiq dam hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita dapat bertatap muka dalam majelis yang mulia ini, tanpa ada halangan apapun. Shalawat dan salam, semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Yang telah mengeluarkan kita dari gelap gulita kebodohan dan kekafiran menuju cahaya kebenaran dan keselamatan, melalui agama yang dibawanya, yaitu agama Islam.

Hadirin dan hadirat sekalian yang saya muliakan

Nabi Muhammad SAW Adalah Rasul terakhir, penyempurnaan para Nabi sebelumnya, beliau merupakan manusia paripurna (al-insanul al-kamil) yang pada dirinya terletak untaian hikmah sebagai obor penerangan dalam hidup dan kehidupan sekalian penghuni alam, yang mengeluarkan manusia dari gelap gulita kekafiran menuju cahaya kebenaran, yaitu Islam yang diridhai Allah SWT.

Sebagai utusan Allah yang terakhir, Nabi Muhammad mengemban risalah suci, sebagai wujud nyata dari sifat Rahman dan Rahim Allah terhadap para hamba-Nya, bahkan merupakan penyempurnaan dari semua kenikmatan yang diberikan-Nya kepada sekalian penghuni alam.

Allah SWT berfirman:

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiyaa’: 107).

Beliau datang dengan membawa agama Islam, sebagai agama yang sempurna kebenarannya, yang membenarkan dan menyempurnakan agama-agama yang dibawa oleh para Nabi, utusan Allah sebelumnya, agar dijadikan pegangan bagi para hamba-Nya dalam perjalan hidup menuju keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Begitu besar cinta dan harapan beliau akan keselamatan umatnya. Kehidupan beliau terkuras habis untuk memperjuangkan keselamatan umat manusia, mengeluarkan mereka dari kegulitaan kekafiran menuju cahaya Islam dan kebahagiaan surgawi.

Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS. At-Taubah: 128)

Hadirin dan hadirat sekalian yang saya muliakan

Sebagai kaum yang benar-benar mengaku sebagai umat Muhammad SAW, kita harus senantiasa taat dan tunduk akan syari’at dan ajarannya dalam kesempatan memperingati hari-hari bersejarah semacam ini, hendaklah kita niatkan sebagai bukti syukur atas anugrah Allah yang telah menunjukan jalan keselamatan bagi kita melalui utusan-Nya, juga hendaklah kita niatkan sebagai penghormatan atas kecintaan kepada beliau, dengan tujuan agar lebih banyak lagi memperoleh suri teladan dan kisah perjuangan beliau untuk kita terapkan dalam perjalanan hidup kita sehari-hari dan agar mendapatkan syafa’at beliau.

Sebagaimana disebutkan dalam sabda Nabi SAW yang diriwayatkan oleh sahabat Anas bin Malik, bahwa beliau bersabda: “Barangsiapa yang mencintai sunnahku, maka sungguh ia telah mencintai aku, dan barang siapa yang mencintai aku, maka ia akan bersamaku di dalam surga.”

Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Aisyah ra juga disebutkan:

“Barangsiapa yang mencintai Rasulullah SAW, tentu ia memperbanyak bershalawat kepada Nabi SAW. Sebagai buahnya adalah memperoleh syafa’at beliau dan dapat menyertai beliau di dalam surga.”

Utsman bin Hasan bin Ahmad As-Syakir menyatakan: “Barangsiapa yang ingin dapat melihat Rasulluah SAW. Hendaklah ia mencintai beliau dengan kecintaan yang mendalam. Adapun tanda-tanda cinta Rasul itu adalah mengikuti sunnah beliau yang mulia dan memperbanyak bershalawat pada beliau. Karena Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang mencintai sesuatu, maka ia tentu banyak menyebutnya.”

Allah SWT berfirman, Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pemgampun lagi Maha Penyayang, jika kamu berpaling maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang kafir.” (QS. Ali Imran: 31-32)

Kecintaan kepada Nabi SAW haruslah diaktualisasikan dalam bentuk sikap dan perbuatan yang berorentiasi kepada releguisitas yang tinggi, dengan meneladani dan mengikuti sunnah beliau. Karena ujung dari rasa cinta itu adalah peningkatan kualitas diri dalam pengalaman ajaran Islam yang beliau ajarkan. Agar kita kelak mendapat syafa’at beliau dan bersamanya di dalam surga.

Sebagaimana disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah: “Barangsiapa yang mencintai Rasulullah saw tentu ia memperbanyak membaca shalawat kepada beliau. Sebagai buahnya ia akan memperoleh syafa’at dan bisa berkumpul bersama beliau di dalam surga.”

Hadirin dan hadirat sekalian yang saya muliakan

Demikianlah, kultum yang dapat saya sampaikan dalam kesempatan kali ini, mudah-mudahan ada guna dan manfaatnya bagi kita semua, utamanya bagi diri saya sendiri, semoga kita kelak mendapat syafa’at Nabi Muhammad SAW. Bisa bersama beliau di dalam surga, amin. 

Akhirnya, terima kasih atas perhatiannya dan mohon maaf atas kesalahan dan kurang lebihnya. Wallahul muwaffiq ila aqwamit thariq, tsummas salamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Oleh Ustadz Abdullah Farouk & Ustadz MS. Ibnu Hasan

Kultum: Dampak Pergaulan Bebas

Sajadah Muslim ~ Alhamdulillahi adzizil gaafuur, Alladzi ja’ala fil islamil haniifil hudaa wannur, Allahumma shalli ala sayyidina Muhammadin khatimil ambiya’i wal mursaliin wa ala alihi thayyibina wa as-habihil ahyari ajma’iin. Amma Ba’du.


Yang saya muliakan dan saya taati para alim ulama, para pejabat pemerintah baik sipil maupun militer, para ustadz dan ustadzah, para bapak, ibu, hadirin dan hadirat yang saya muliakan.

Mengawali pertemuan kita melalui mimbar kultum kali ini, pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah, Tuhan sarwa sekalian alam. Shalawat dan salam, semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW sebab beliau kita dapat mengetahui yang hak dan yang batil, yang halal dan yang haram, antar jalan menuju ke surga dan jalan menuju ke neraka.

Saudara, bapak dan ibu sekalian yang saya hormati

Ketika kita memperlihatkan realitas kehidupan dewasa ini, baik melalui media massa, cetak maupun elektronik, dari hasil penelitian para ahli, perbuatan zina, telah menghinggapi berbagai lapisan masyarakat. Mulai dari kota-kota besar hingga ke pelosok desa, bahkan sudah merambah ke beberapa lembaga pendidikan, yang nota bene menjadi salah satu penopang kakuatan budaya. Siswi sekolah hamil di luar nikah, ada beberapa mahasiswa hidup bersama tanpa ikatan pernikahan, bahkan sudah terjadi hubungan badan antara anak dan orang tua. Berita-berita semacam itu sudah menjadi sajian rutin, hingga sudah bukan merupakan hal yang serius untuk segera diperhatikan dan perlu penanganan yang sungguh-sungguh. Padahal sebagaimana sabda Rasulullah SAW, perbuatan-perbuatan itu merupakan awal kebinasaan.

Untuk mengatasi agar perbuatan itu tidak menjalar, harus dilakukan upaya pencegahan hal-hal yang dapat mengarah ke sana, baik melalui jalur resmi maupun tidak resmi. Sebagai tindakan prenventif yang harus diperhatikan oleh setiap individu, sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah SWT.

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. ‘ Katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (QS. An-Nur: 30-31)

Pesan moral yang dapat kita tangkap dari ayat tersebut antara lain bahwa antara laki-laki dan perempuan harus mampu menjaga diri, mengendalikan pandangan, memelihara farjinya dan menjaga penampilannya, utamanya dari pihak perempuan, jangan sampai menampakkan perhiasannya dan berpakaian yang menonjolkan lekuk tubuhnya apalagi sampai memperlihatkan daerah-daerah erotiknya yang mengundang dan membangkitkan birahi laki-laki.

Dalam ayat lain Allah menyatakan secara tegas, sebagai mana dalam ayat 32 dari surat Al-Isra’:

“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya perbuatan zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra’: 32)

Ayat tersebut secara tegas melarang untuk mendekati hal-hal yang menjurus terjadinya perzinaan. Karena zina merupakan perbuatan yang sangat keji. Dari perzinaan itu akan timbul dampak negatif baik bagi pelakunya, bagi kehidupan sosial, apalagi kalau sampai hamil dan melahirkan anak dari hasil perzinaan itu juga termasuk dampak dari perbuatan tersebut, di antaranya adalah munculnya berbagai penyakit kelamin, seperti AIDS dan lain sebagainya.

Bapak, ibu, hadirin dan hadirat sekalian yang saya hormati

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, dia berkata, sesungguhnya Rasulullah SAW, bersabda: “Demi Dzat, di mana aku berada di dalam kekuasaan-Nya, tidak akan binasa umat ini sampai terjadi seorang laki-laki mendatangi perempuan lalu dia menggaulinya di jalanan. Maka orang-orang baik pada hari itu berkata; Andaikan saja aku bersembunyi darinya di balik pagar ini.” (HR. Abu Yu’la)

Dalam hadis lain dijelaskan, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Al-Jauzi: “Takutlah kamu terhadap perbuatan zina karena perzinaan itu akan menimbulkan tiga akibat buruk di dunia dan tiga lagi di akhirat. Tiga akibat buruk di dunia itu adalah hilangnya kewibawaan, memperpendek umur, dan selalu dililit kefakiran. Sementara yang tiga lagi di akhirat ialah kemurkaan Allah, sulitnya hisab dan tersiksa di dalam neraka.”

Ada pula riwayat yang menyatakan bahwa suatu ketika Nabi Musa pernah berkata: “Ya Tuhanku, apakah siksa yang bakal diterima oleh orang yang berzina?” Lalu Allah SWT berfirman: “Aku akan memakaikan kepadanya baju dari api neraka, seandainya baju itu diletakkan di atas gunung yang tinggi menjulang, tentu ia akan hancur lebur menjadi debu.”

Bapak,ibu, hadirin dan hadirat sekalian yang saya hormati

Demikianlah, kultum yang dapat saya sampaikan dalam kesempatan kali ini, semoga kita benar-benar menjadi muslim yang senantiasa melimpahkan rahmat, anugrah dan petunjuk-Nya kepada kita, sehingga kita terhindar dari perbuatan zina, juga dari hal-hal yang mengantarkan timbulnya perzinaan. 

Akhirnya, terima kasih atas perhatiannya dan mohon maaf atas kesalahan dan kurang lebihnya. Wallahul muawffiq ila aqwamit thariq, tsummas salamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Oleh Ustadz Abdullah Farouk & Ustadz MS. Ibnu Hasan

Kultum: Fungsi Sosial Zakat

Sajadah Muslim ~ Bismillahir rohmanir rohiim. Asslamu’alaikum wa rohmatullahi wa barokatuh. Al-hamdulillahi lladzi farodho limanis tatho’a fi sabilihi al-hajj, Asy-hadu anlaa-ilaha illallahul-ahadus shomad, wa Asy-hadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rosuluhu khoirul-‘ibad, wa shollallahu wa sallam ‘ala sayidina wa nabiyina wa habibina Muhammad, wa ‘ala alihi wa jami-‘i as-habihi wa man tabi’ahum bi ihsanin ila yaumil- mi’ad. Labbayka Allohuma Labbayk Labbayka la-syari kalaka labbayk, inal-hamda wanni’mata laka walmulk la-syarikalak. Amma Ba’d.


Hadratal muhtaramin, para alim ulama, para ustadz dan ustadzah, para bapak, ibu, hadirin dan hadirat yang saya muliakan.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah, Tuhan semesta alam yang telah menganugrahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita dapat bertatap muka dalam majelis yang mulia ini, tanpa ada halangan apapun. Shalawat serta salam, semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Yang telah mengeluarkan kita dari gelap gulita kebodohan dan kekafiran menuju cahaya kebenaran dan keselamatan, melalui agama yang dibawanya, yaitu agama Islam.

Hadirin dan hadirat sekalian yang saya muliakan

Zakat wajib hukumnya bagi yang memiliki harta benda yang telah mencapai batasan tertentu yang telah ditetapkan dalam syari’at Islam. Ia merupakan rukun Islam yang ketiga. Ini berarti bahwa zakat merupakan pokok ajaran dalam hukum Islam, yang tentunya memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dan urgen, baik sebagai penyucian dan pengembangan harta benda itu sendiri bagi pemiliknya, utamanya dalam kontribusinya sebagai jaminan sosial bagi yang tidak mampu dan kesulitan dalam mencari penghidupan.

Bagi yang tidak mampu berusaha dan bekerja, sementara ia tidak memiliki harta warisan atau simpanan untuk kebutuhan hidupnya, maka ia berhak mendapat jaminan dari keluarganya yang mampu. Namun dalam kenyataannya, tidak semua fakir miskin mempunyai keluarga yang berkecukupan dan bisa diandalkan. Jika demikian, bagaimana dan kepada siapa mereka bersandar? Apakah mereka dibiarkan begitu saja hidup terlantar di bawah tekanan kemiskinan dan kemelaratan. Sementara di sekitar mereka, orang-orang kaya hanya menyaksikan kesengsaraan dan penderitaan mereka tanpa sedikitpun merasa iba dengan nasib dan kondisi mereka. Padahal sesungguhnya di dalam harta yang mereka miliki sebagai anugrah dari Tuhan, terdapat hak bagi fakir miskin dan golongan-golongan tertentu, yang harus diambil dan dikeluarkan buat mereka. Perintah pengambilan harta orang-orang kaya sebagai zakat itu begitu tegas dinyatakan dalam Al-Qur’an, sebagai berikut:

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka dan mendo’akan untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu menjadi ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi  Maha Mengetahui.” (QS. At-Taubah: 103)

Zakat, disamping berfungsi sebagai pembersih dan penyucian harta serta pengembangannya, juga memiliki peran penting dalam kontribusi sebagai pemberdayaan ekonomi kerakyatan, untuk mengatasi kemiskinan. Oleh sebab itu, konsep zakat dalam syari’at Islam dinyatakan sebagai rukun Islam. Seandainya semua orang yang berkewajiban mengeluarkan zakat (muzakki) menyadari sepenuhnya akan kewajiban zakat hartanya, maka zakat akan menjadi sumber perekonomian alternatif yang potensial, utamanya bila zakat itu dikelola secara sungguh-sungguh dan profesional dengan sistem menagerial yang bagus. Sehingga zakat akan benar-benar berfungsi sebagai jaminan sosial bagi kalangan rakyat yang tidak mampu dan masih berada di bawah garis kemiskinan. Sebuah konsep jaminan sosial dalam bentuknya yang tidak pernah terpikirkan oleh siapapun baik secara individual maupun kelompok sebelum Nabi Muhammad SAW. Bila konsep zakat ini dikelola secara benar dan sungguh-sungguh, Insya Allah, persoalan sosial, kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan dapat segera teratasi. Sehingga akhirnya mereka yang semula berada di bawah garis kemiskinan yang berhak menerima zakat, tetapi akan berubah menjadi orang-orang yang berkewajiban mengeluarkan zakat (muzakki).

Hadirin dan hadirat sekalian yang saya muliakan

Demikianlah, kultum yang dapat saya sampaikan dalam kesempatan kali ini, mudah-mudahan ada guna dan manfaatnya bagi kita semua, utamanya bagi diri saya sendiri, amin. Akhirnya, terima kasih atas perhatiannya dan mohon maaf atas kurang dan lebihnya. Wallahul muwaffiq ila thariq, tsumas salamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Oleh Ustadz Abdullah Farouk & Ustadz MS. Ibnu Hasan

Kultum: Besarnya Dosa Riba dan Bahayanya

Sajadah Muslim ~ Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin, wal ‘aaqibatu lil muttaqien, falaa ‘udwaanaa illa ‘aladzoolimiin. Wassholaatu wassalaamu ‘alaa asyrofil anbiyaa-i wal mursaliin. nabiyyinaa wa habiibinaa muhammadin arsalahullahu rohmatal lil a’lamiin. wa’alaa alihii wa-azwajihit-thohirooti ummahaatil mu’miniin, wa’alaa alihiit-thoyyibiin, wa ashabihil ghurril mayaamiin, wa-man tabi’ahum bi-ihsanin ila yaumiddin. Amma ba’du.


Hadharatal muhtaramin, para alim ulama, para ustadz dan ustadzah, para bapak, ibu, hadirin dan hadirat yang saya muliakan.

Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah, Tuhan semesta alam yang telah menganugrahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita dapat bertatap muka dalam majelis yang mulia ini, tanpa ada halangan apapun. Shalawat dan salam, semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW., yang telah mengeluarkan kita dari gelap gulita kebodohan dan kekafiran menuju cahaya kebenaran dan keselamatan, melalui agama yang dibawanya, yaitu agama Islam.

Saudara, bapak dan ibu sekalian yang saya hormati

Banyak ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi SAW, yang menjelaskan tentang larangan memakan riba, besarnya dosa dan akibat buruk yang ditimbulkannya.

Di antaranya, firman Allah SWT:

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba, tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.” (QS. Al-Baqarah: 275)

Al-Asbahani meriwayatkan: “Orang yang memakan riba, didatangkan pada hari kiamat, dalam keadaan kesetanan, lantaran tekanan penyakit gila dan celaka. Kemudian beliau membaca ayat: 

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba, tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.” (QS. Al-Baqarah: 275)

Di samping itu banyak hadis-hadis Nabi SAW, yang menerangkan tentang besarnya dosa riba dan akibat-akibat buruknya. Di antarnya, Imam Baihaqi meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW, bersabda: “Riba itu ada tujuh puluh bab (jenis), serendah-rendahnya ialah seperti orang yang berzina dengan ibunya.” (HR. Baihaqi)

Hakim meriwayatkan hadis yang dia nyatakan sebagai hadis sahih menurut syariat Bukhari dan Muslim: “Riba itu ada tujuh puluh tiga bab (macam), seringan-ringannya ialah seperti orang laki-laki menikahi ibunya.” (HR. Baihaqi)

Ibnu Majah dan Baihaqi meriwayatkandari Ma’syar, dan diperkuat dari Abi Sa’id Al-Maqbari, dari Abu Hurairah ra, ia berkata, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Riba itu, dosanya ada tujuh puluh macam, seringan-ringannya ialah, seperti dosa orang laki-laki yang berzina dengan ibunya.” (HR. Ibnu Maja dan Baihaqi)

Saudara, bapak dan ibu sekalian yang saya hormati

Hakim meriwayatkan hadis yang disahihkan: “Ada empat orang yang menjadi hak Allah untuk tidak memasukkanya ke dalam surga dan tidak pula merasakan kenikmatannya, yaitu: Peminum khamar; Pemakan riba; Orang yang memakan harta anak yatim dengan tanpa hak; Dan orang yang durhaka terhadap kedua orang tua.” (HR. Hakim)

Hakim meriwayatkan, yang dia sahihkan dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: “Rasulullah SAW melarang untuk menjual buah, hingga nampak jelas besarnya (dapat dipanen).” Dan ia berkata: “Apabila zina dan riba telah begitu popular dalam suatu perkampungan, maka azab Allah akan ditimpahkan pada penduduknya.” (HR. Hakim)

Al-Ashbahani meriwayatkan dari Abi Sa’id Al-Khudhri ra, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Ketika aku dinaikkan ke langit (malam mi’raj), aku melihat di langit dunia orang-orang yang perutnya seperti rumah besar, seakan mau jatuh karena besarnya, mereka saling terlempar dan tertimbun dan diinjak-injak keluarga fir’aun di neraka. Setiap pagi dan sore mereka berteriak memanggil-manggil: ‘Ya Tuhan, kiamat tidak kunjung terjadi selamanya?’ Aku bertanya: ‘Hai Jibril, siapakah mereka itu?’ Jibril menjawab: ‘Mereka adalah orang-orang memakan riba dari umatmu. Mereka itu tidak dapat berdiri, melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran tekanan penyakit gila.’

Ahmad meriwayatkan sebuah hadis yang cukup panjang, tetapi Ibnu Majah dan Ashbahani meriwayatkan secara singkat, sesungguhnya Nabi SAW bersabda: “Pada malam isra’, ketika aku sampai di langit ke tujuh, aku menyaksikan ada petir dan guntur yang suaranya keras menggelegar-gelegar.” Selanjutnya beliau bersabda: “Lalu aku mendatangi suatu kaum, perut mereka seperti rumah yang penuh dengan ular yang terlihat begitu jelas dari luar perutnya, maka aku bertaya kepada Jibril: “Hai Jibril, siapakah mereka itu?” Jibril menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang memakan riba.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Saudara, bapak dan ibu sekalian yang aya hormati

Demikianlah, kultum yang dapat saya sampaikan dalam kesempatan kali ini, semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat, anugrah dan petunjuk-Nya kepada kita, sehingga kita terhindar dari memakan harta riba dan dijauhkan dari dosa-dosa riba dan akibatnya yang mengerikan, sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadis-hadis tersebut di atas. Akhirnya, terima kasih atas perhatiannya dan mohon maaf atas kesalahan dan kurang lebihnya. Wallahul muwaffiq ila aqwamit thariq, tsummas salamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 
  
Oleh Ustadz Abdullah Farouk & Ustadz MS. Ibnu Hasan

Kultum: Azab Bagi Yang Meninggalkan Shalat

Sajadah Muslim ~ Alhamdulillahil ladzii an’amanaa bini’matil iimaan wal islaam. Wanushalli wanusallimu ‘alaa khairil anaam, sayyidinaa muhammadin wa’alaa aalihii wasohbihi aj-ma’iin, amma ba’du.


Kepada yang terhormat bapak..., para alim ulama, para ustadz dan ustadzah, para bapak, ibu, hadirin dan hadirat yang saya muliakan.

Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah, Tuhan semesta alam yang telah menganugerahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita dapat bertatap muka dalam majelis yang mulia ini, tanpa ada halangan apapun. Shalawat dan salam, semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah mengeluarkan kita dari gelap gulita kebodohan dan kekafiran menuju cahaya kebenaran dan keselamatan, melalui agama yang dibawanya, yaitu agama Islam.

Saudara, bapak dan ibu sekalian yang saya muliakan

Shalat merupakan kewajiban pokok dalam Islam, bahkan di dalam hadis, shalat dinyatakan sebagai tiang agama, bagi yang menunaikan berarti ia telah menegakkan agamanya, bila meninggalkannya berarti ia telah merobohkan agamanya. Shalat, memiliki makna yang sangat penting bagi kehidupan manusia, sebab dengan shalat akan terjalin hubungan kedekatan secara intens dengan Tuhan dan shalat dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.

Bagi orang yang meninggalkan dan tidak menunaikan shalat, akan mendapatkan siksa yang pedih.

Perhatikan firman Allah SWT : 

“Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)? Mereka menjawab: kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, dan adalah kami membicarakan yang batil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya.” (QS. Al-Muddatstsir : 42-45)

Imam Thabrani meriwayatkan: “Tidak ada keimanan bagi orang yang tidak dapat dipercaya memegang amanat, dan tidak ada shalat bagi orang yang tidak suci, tidak ada agama bagi orang yang tidak shalat. Sesungguhnya kedudukan shalat dalam agama bagaikan kepala bagi jasad manusia.”

Barangsiapa yang meninggalkan mengerjakan shalat dari waktunya, karena sibuk dengan urusan harta bendanya, seperti jual beli, aktivitas kekaryawannya atau disibukkan oleh anaknya, maka ia termasuk orang-orang yang merugi. Rasulullah SAW bersabda: “Sesuatu yang pertama kali dihisab bagi seorang hamba pada hari kiamat dari awalnya ialah shalat, jika shalatnya baik, maka ia sungguh beruntung dan selamat, jika shalatnya kurang, maka sungguh ia menyesal dan merugi.”

Allah SWT berfirman:

“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.” (QS. Al-Ma’un: 4-5)

Nabi SAW bersabda: “Mereka itu adalah orang-orang yang mengakhirkan shalat dari waktunya.” Ahmad meriwayatkan dengan sanad yang baik, Thabrani dengan Ibnu Hibban meriwayatkan di dalam kitab Sahihnya, sesungguhnya pada suatu hari Rasulullah menjelaskan tentang shalat, lalu beliau bersabda: “Barangsiapa yang memelihara shalat, maka shalat itu menjadi cahaya dan bukti serta keselamatan baginya pada hari kiamat. Sementara barangsiapa yang tidak memelihara shalat, maka ia tidak memiliki cahaya, bukti dan tidak pula keselamatan, bahkan pada hari kiamat ia dikumpulkan bersama Karun, Firaun, Haman dan Ubai bin Khalaf.”

Saudara, bapak dan ibu sekalian yang saya muliakan

Abu Na’im meriwayatkan: “Barangsiapa yang meninggalkan shalat dengan sengaja, maka Allah menulis namanya pada pintu neraka sebagai orang yang akan masuk ke dalamnya.”

Ada pula sebagian para rawi hadist meriwayatkan: “Sesungguhnya barangsiapa yang memelihara shalat, maka Allah memuliakannya dengan lima hal, yaitu: “Kesulitan kehidupan akan dihilangkan dari padanya; dibebaskan dari siksa kubur; Allah menerima kitab catatan amalnya dengan tangan kanannya; melewati shirath (jembatan yang melintas di atas neraka) bagaikan kecepatan petir; dimasukkan surga tanpa hisab. Sementara bagi orang yang menghina dan meremehkan shalat, Allah akan menyiksanya dengan lima belas macam siksa, lima di dunia, tiga pada saat kematian, tiga di dalam kubur dan yang ketiga lagi ketika bangkit dari kubur.

Lima siksaan yang ditimpakan di dunia ialah: Dicabut keberkahan umurnya; tanda-tanda kesalehan dihapus dari wajahnya; Setiap amal yang dilakukannya tidak diberi pahala oleh Allah; Do’anya tidak dinaikkan, tidak dapat menembus langit; Tidak mendapatkan bagian dari do’anya orang-orang saleh. Tiga siksaan yang ditimpakan pada saat kematian ialah: Dia mati dalam keadaan hina: Mati dalam keadaan lapar; mati dalam keadaan kehausan, seandainya dia diberi minum air laut yang ada di dunia, kehausannya belumlah sirnah.

Adapun tiga siksaan di dalam kubur ialah: liang kuburnya menjadi menyempit dan menghimpit hingga tulang-tulang rusuknya terpatah-patah; Api dinyalakan di dalam kuburnya sehingga ia menjadi terpanggang bergelimpangan siang dan malam; Dia dililit ular besar di dalam kuburnya, yang bernama Syujja’ul Aqra’, kedua matanya dari api, kuku-kukunya dari besi, panjang dari setiap kukunya, sepanjang perjalanan sehari. Ia berkata kepada si mayit, aku adalah Syujja’ul Aqra’, suaranya seperti petir yang menyambar-nyambar. Ia berkata, aku diperintah Tuhanku untuk memukul kamu, karena kamu menyia-nyiakan shalat Subuh hingga matahari terbit, dan aku juga memukulimu karena kamu menyia-nyiakan shalat Zhuhur hingga datang waktu Ashar, juga karena kamu menyia-nyiakan shalat Ashar hingga datang waktu Maghrib, aku memukul kamu, karena kamu menyia-nyiakan shalat Maghrib hingga datang waktu Isya’, dan aku juga memukul kamu karena menyia-nyiakan shalat Isya’ hingga datang waktu shalat Fajar. Ketika ular itu memukulnya sekali pukulan, ia terbenam ke dalam bumi tujuh puluh dzira’. Dia selalu disiksa di dalam kubur tanpa pernah berhenti, hingga datang hari kiamat.

Sedangkan tiga siksaan ketika dibangkitkan dari kubur, ialah: Dia mendapatkan hisab yang sangat berat di mauqif (tempat menghimpun manusia pada hari kiamat untuk menunggu hisab); Kemurkaan Tuhan; Dan masuk ke dalam neraka.” Na’udzu billahi min dzalik.

Saudara, bapak dan ibu sekalian yang saya muliakan

Mengakhiri kultum dalam kesempatan yang mulia ini, semoga Allah senantiasa menganugerahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua, dan semoga kita mampu memelihara shalat dengan baik, sehingga kita mendapatkan balasan surga di sisi Allah, amin. Demikianlah, yang dapat saya sampaikan, terima kasih atas perhatiannya dan mohon maaf atas kesalahan dan kurang lebihnya. Hadanallah waiyyakum ajma’in, was salamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Oleh Ustadz Abdullah Farouk & Ustadz MS. Ibnu Hasan

Kultum: Hiasi Diri Dengan Akhlak Terpuji

Sajadah Muslim ~ Assalamu’alaikum wr. wb. Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin, wabihi nasta’inu ‘alaa umuriddunya waddiin. Wassholatu wassalamu ‘alaa asyrofil mursaliin, wa’alaa aalihi wa sohbihi ajma’iin. Amma ba’du.


Yang saya muliakan dan saya taati para alim ulama, para pejabat pemerintah baik sipil maupun militer, para ustadz dan ustadzah, para bapak, ibu, hadirin dan hadirat yang saya muliakan.

Mengawali pertemuan kita melalui mimbar kultum kali ini, pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah, Tuhan sarwa sekalian alam. Shalawat dan salam, semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW sebab beliau kita dapat mengetahui yang hak dan yang batil, yang halal dan yang haram, antara jalan menuju ke surga dan jalan menuju ke neraka.

Bapak, ibu, hadirin dan hadirat sekalian yang saya muliakan

Nabi SAW bersabda:

“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.” (HR. Al-Baihaqi)

Ini bukan berarti, aspek-aspek lain dikesampingkan dan tidak mendapatkan perhatian oleh Nabi SAW. Tetapi hadist tersebut menunjukkan betapa pentingnya akhlak yang terpuji bagi kehidupan yang tentram, aman dan selamat, bahagia di dunia dan di akhirat. Betapapun pandainya seseorang bila ia tidak terpuji, maka hidupnya tiada berarti; betapun cantiknya seorang perempuan bila akhlaknya rusak maka akan merusak kehidupan sosial; dan betapapun tingginya ilmu pengetahuan dan teknologi bila di tangan orang yang tidak berakhlak, maka yang terjadi bukanlah kedamaian dan kemaslahatan kehidupan umat manusia tetapi sebaliknya, kebinasaan dan kebiadapan yang akan menimpa kehidupan umat manusia. Di sinilah, maka Nabi SAW. Diutus untuk menyempurnakan budi pekerti yang luhur.

Aisyah ra berkata: “Akhlak Rasulullah SAW adalah Al-Qur’an.” Oleh sebab itu Allah SWT. Memuji beliau dalam firman-Nya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar budi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4)

Pernah suatu ketika ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW. Tentang kebaikan budi pekerti. Lalu beliau membaca firman Allah SWT yang artinya: “Jadillah engkau pemaaf dan serulah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-A’raf: 199). Lalu beliau bersabda: “Yaitu, hendaklah Anda menyambung orang yang memutus hubungan dengan kamu, memberi orang yang menghalangi kamu dan memaafkan orang yang menganiaya kamu.”

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: “Kemuliaan seorang mukmin adalah terletak pada agamanya, turunan dan kebaikan budinya, keperwiraan dan akalnya.” Usamah Bin Syarik berkata, aku pernah menyaksikan orang-orang Badui Arab bertanya kepada Nabi Muhammad SAW: “Apa yang lebih baik di antara sesuatu yang diberikan pada seorang hamba?” Beliau bersabda: “Budi pekerti yang baik.”

Bapak, ibu, hadirin dan hadirat sekalian yang saya muliakan

Seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah SAW: “Berilah wasiat kepadaku.” Beliau bersabda: “Bertakwalah kepada Allah di manapun kamu berada.” Laki-laki itu, berkata lagi: “Tambahkanlah kepadaku.” Beliau bersabda: “Ikutilah kejahatan dengan kebaikan, tentu kebaikan itu akan menghapus kejahatan itu.” Dia berkata lagi: “Tambahkanlah kepadaku.” Beliau bersabda: “Pergaulilah manusia dengan budi pekerti yang baik.”

Fudhail berkata, bahwa dikatakan kepada Rasulullah SAW: “Sesungguhnya Fulanah berpuasa siang dan berdiri malam (shalat malam), sedang dia perempuan yang berbudi jelek, suka menyakiti tetangganya dengan mulutnya.” Beliau bersabda: “Tidak ada kebaikan padanya, dia termasuk penghuni neraka.”

Dikatakan: “Ya Rasulullah, siapakah di antara orang-orang mukmin yang lebih keimanannya?” Beliau bersabda: “Yang paling baik budi pekertinya.” Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat menguasai manusia dengan harta benda kamu. Maka kuasailah mereka dengan kecerahan wajah dan kebaikan budi pekerti.”

Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah menyerukan ikhlas dalam kehidupan beragama ini karena-Nya, dan tidak patut untuk agama kamu kecuali kemurahan hati dan kebaikan budi pekerti. Hendaklah kamu menghiasi agamamu dengan keduanya.” Nabi Muhammad SAW bersabda: “Kebaikan budi pekerti adalah akhlak Allah yang agung.”

Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara Anda dan paling dekat tempatnya di antara kamu denganku pada hari kiamat adalah orang-orang yang paling baik budi pekertinya.” Ibnu Abbas ra berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Tiga hal, barangsiapa yang tiga itu tidak berada padanya atau salah satunya, maka janganlah menganggap (berharap) satupun dari amalnya. Ketakwaan yang dapat menghalanginya dari berbuat maksiat kepada Allah; Penyantun yang dapat menahan diri dari orang bodoh; Dan etika pergaulan terhadap sesama manusia.”

Nabi SAW juga bersabda: “Sesuatu yang paling berat timbangannya ketika ditimbang pada hari kiamat adalah takwa kepada Allah dan budi pekerti yang baik.” Seorang laki-laki datang di hadapan kepada Rasulullah SAW. Lalu berkata: “Ya Rasulullah, apakah agama itu?” Beliau bersabda: “Kebaikan budi pekerti.” Lalu ia datang dari arah kanan beliau dan berkata: “Apakah agama itu?” Rasulullah SAW menjawab: “Kebaikan budi pekerti.” Lalu dia datang dari arah belakang beliau dan berkata: “Ya Rasulullah, apakah agama itu?” Beliau menoleh padanya dan bersabda: “Tidakkah kamu telah memahaminya; selanjutnya janganlah kamu marah.”

Bapak, ibu, hadirin dan hadirat sekalian yang saya muliakan

Demikianlah kultum yang saya sampaikan dalam kesempatan yang mulia ini, semoga Allah senantiasa menganugerahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua. Akhirnya, terima kasih atas perhatiannya dan mohon maaf atas kesalahan dan kurang lebihnya. Hadanallah waiyyakum ajma’in, was salamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Oleh Ustadz Abdullah Farouk & Ustadz MS. Ibnu Hasan

Kultum: Mari Membiasakan Gemar Berinfaq

Sajadah Muslim ~ Alhamdulillahi was sholatu was salaamu ‘alaa rosulillahi wa’alaa aalihi wa sohbihi wa maw waalaah. Amma ba’du.


Yang saya muliakan dan saya taati para alim ulama, para pejabat pemerintah baik sipil maupun militer, para ustadz dan ustadzah, para bapak, ibu, hadirin dan hadirat yang saya muliakan.

Mengawali pertemuan kita melalui mimbar kultum kali ini, pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah, Tuhan sarwa sekalian alam. Shalawat dan salam, semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW. Sebab beliau kita dapat mengetahui yang hak dan yang batil, yang halal dan yang haram, antara jalan menuju ke surga dan jalan menuju ke neraka.

Saudara, bapak, ibu sekalian yang saya hormati

Harta benda yang kita miliki adalah anugrah Allah yang harus kita kelola secara benar dan kita tumbuhkan kesukaan untuk menafkahkan dan membelanjakannya di jalan Allah, sebelum datang jalan penyesalan, yang tak memberikan kesempatan barang sedikitpun untuk menginfaqkannya, walaupun kemauan dan keinginan untuk berinfaq itu begitu besar. Renungkanlah firman Allah swt. Ini: 

“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: ‘Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. Al-Munafiqun: 10)

Sebelum kita mengalami penyesalan yang begitu besar dan mendalam, sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat tersebut, maka tidak ada jalan lain melainkan kita harus membiasakan diri gemar berinfaq. Karena sesal kemudian tiada berguna, apalagi sebuah penyesalan yang tidak memberikan toleransi barang sejenakpun kepada kita buat beramal. Mumpung kesempatan beramal dan berinfaq masih ada, janganlah kita menyumbat atau menutup kran kenikmatan harta anugrah Allah buat yang sangat membutuhkan dan kesulitan mendapatkannya.

Harta benda adalah titipan Allah yang sekaligus merupakan anugrah kenikmatan dari Allah yang harus disyukuri. Jangan sampai kita lupa diri dan beranggapan seolah-olah harta benda yang diperoleh itu semata-mata karena usaha kita semata dan bukan pemberian Allah swt. Memang ada mereka menonjolkan jerih payah dan usaha yang dilakukan dari pada sumber pemberiannya, yaitu Allah swt. Mereka baru disadarkan bahwa semua harta itu adalah pemberian dan milik Alah swt. Menjelang detik-detik kematiannya, pada saat sakaratul maut itulah mereka baru sadar dan ingin menafkahkan semua harta bendanya di jalan Allah. Tetapi kesempatan itu sudah tertutup baginya, dan mereka pun mati dengan penuh penyesalan dan berwajah murung.

Apabila manusia lebih mengedepankan dan membanggakan usaha dan kemampuannya atas harta yang didapatkan, serta memandang remeh dan tidak sadar bahwa sesungguhnya yang memberi semua yang diperoleh itu adalah Allah swt, maka muncullah manusia-manusia egois yang hanya mementingkan diri pribadi, mereka tidak mau tahu keadaan sekeliling, apalagi hal-hal yang berkaitan dengan agama. Jadilah mereka sebagai manusia bakhil dan kikir. Mereka tidak sadar bahwa sebenarnya dalam harta yang dimilikinya itu terdapat hak-hak orang lain, seperti fakir miskin, anak yatim, janda-janda dan orang-orang jompo yang tak kuat berusaha. Secara tegas telah dinyatakan di dalam Al-Qur’an bahwa dalam harta orang-orang kaya atau para aghniya’ terdapat hak fakir miskin yang harus diberikan kepada mereka. Allah swt Berfirman:

“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.” (QS. Adz-Dzariyat: 19)

Saudara, bapak, ibu sekalian yang saya hormati

Allah swt memberikan gambaran tentang perumpamaan pelipat gandaan pahala bagi orang menginfaqkan harta bendanya di jalan Allah, sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat 261 dari surat Al-Baqarah, yang artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap butir seraut biji, Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 261)

Sebagai orang yang beriman kita harus meyakini kebenaran ayat tersebut, yang secara jelas, bahwa Allah akan melipat gandakan pahala orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah sebanyak tujuh ratus kali lipat, bahkan jadi lebih banyak dari itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya.

Oleh karena itu, marilah kita berusaha sekuat tenaga untuk membiasakan diri gemar berinfaq dan berlomba-lomba dalam melakukan kebajikan, agar kita mendapatkan pengampunan dan pahala surga yang kita dambakan. Allah swt berfirman yang artinya:

“Dan bergegaslah kamu dalam ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang yang bertakwa, (yaitu) orang yang menafkahkan (hartanya) baik diwaktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran : 133-134)

Kiranya jelaslah bagi kita, bahwa dalam ayat tersebut secara tegas Allah mengaitkan ketaqwaan dengan kesadaran berinfaq. Apabila kaum Muslimin yang berharta bersedia serta rela menafkahkan sebagian hartanya demi kepentingan agama Allah, niscaya tidak akan sia-sia, karena Allah Maha Mengetahui dan pasti kelak akan mendapat ganti yang lebih baik. Sebaliknya, apabila orang-orang Islam yang berharta tidak mau menafkakan hartanya bagi kepentingan agama Allah, samalah artinya mereka telah berbuat zalim, kelak di akhirat tidak akan memperoleh pertolongan dari Allah swt.

Allah swt berfirman: “Apa saja yang kamu nafkahkan atau apa saja yang kamu nazarkan, maka sesungguhnya Alah mengetahuinya. Orang-orang yang berbuat zalim tidak ada seorang penolongpun baginya.” (QS. Al-Baqarah: 270)

Saudara, bapak, ibu sekalian yang saya hormati

Mengakhiri kultum dalam kesempatan kali ini, marilah kita berdo’a semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia serta petunjuk-Nya kepada kita, sehingga kita termasuk golongan orang-orang yang bertakwa dan gemar berinfaq serta memperoleh keberuntungan besar, utamanya kelak di akhitrat. Demikianlah yang dapat saya sampaikan, terima kasih atas perhatiannya dan mohon maaf atas kesalahan dan kurang lebihnya. Hadanallah waiyyakum ajma’in, was salamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Oleh Ustadz Abdullah Farouk & Ustadz MS. Ibnu Hasan

Kultum: Keutamaan Bersedekah

Sajadah Muslim ~ Bismillahirrohmanirrohiim. Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin, was-sholaatu wassalaamu ‘alaa asyrofil anbiyaa-i wal mursaliin, sayyidina muhammadin, wa’ala alihi wa’ashabihi aj’ma’iin, Amma ba’du.


Kepada yang terhormat para alim ulama, para ustadz dan ustadzah, para bapak, ibu, hadirin dan hadirat yang saya muliakan.

Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah, Tuhan semesta alam yang telah menganugrahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita dapat bertatap muka dalam majelis yang mulia ini, tanpa ada halangan apapun. Shalawat dan salam, semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. yang telah mengeluarkan kita dari gelap gulita kebodohan dan kekafiran menuju cahaya kebenaran dan keselamatan, melalui agama yang dibawanya, yaitu agama Islam.

Hadirin dan hadirat yang saya muliakan

Apa saja yang kita miliki, kemampuan, kepandaian dan harta benda adalah anugrah dari allah SWT. yang harus kita gunakan sebaik-baiknya agar kita mendapatkan keridhaan-Nya. Terhadap harta benda yang kita miliki hendaklah kita mensedekahkan, sebagiannya di jalan Allah atau pada orang yang membutuhkannya, baik secara rahasia maupun terang-terangan. Banyak ayat-ayat Al-Qur'an maupun hadis Nabi SAW memerintahkan bersedekah dan menjelaskan keutamaannya. Di antara ayat-ayat Al-Qur'an adalah firman Allah SWT yang artinya: "Tidaklah mereka mengetahui bahwasannya Allah menerima taubat hamba-hamba-Nya dan menerima sedekah." (QS. At-Tubah: 104)
Dan firman-Nya:

"Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah." (QS. Al-Baqarah: 276)

Di dalam sebuah riwayat At-Thabrani disebutkan: "Perbuatan-perbuatan yang baik dapat menjadi pelindung yang menjaga dari peristiwa yang buruk, sedekah secara rahasia akan memadamkan kemurkahan Tuhan, menyambung hubungan kerabat dapat memperpanjang umur, dan setiap perbuatan yang ma'ruf adalah termasuk sedekah. Pelaku kebaikan di dunia adalah pemilik kebaikan di akhirat. Sementara orang yang ahli kemunkaran di dunia, dialah juga yang ahli kemunkaran di akhirat. Sedang orang yang pertama kali masuk surga ialah orang yang melakukan amal ma'ruf."

Dalam riwayat At-Thabrani yang lain dan Ahmad, dikatakan: "bagaimana dengan sedekah itu, ya Rasulullah?" Beliau bersabda: "Sedekah itu pahalanya dilipat gandakan berlipat-lipat dan di sisi Allah masih terdapat tambahan lagi." Kemudian beliau membaca ayat yang artinya: "Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rizki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan." (QS. Al-Baqarah: 245)

Dikatakan: "Ya Rasulullah, manakah sedekah yang paling utama?" Beliau bersabda: "Yaitu sedekah sirri (secara rahasia) kepada orang yang membutuhkan (fakir) atau sedekah untuk membantu kesulitan orang yang tidak mampu." Kemudian beliau membaca: "Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka sedekah secara sembunyi itulah paling baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian dari kesalahan-kesalahanmu, dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-BAqarah: 271)

Sesungguhnya sedekah benar-benar akan memadamkan kemurkahan Tuhan dan menjadi penghalang mati dalam keadaan jahat. Dalam suatu riwayat lain: "Sesungguhnya Allah menolak tujuh puluh pintu dari kematian yang buruk dari sedekah." Disebutkan dalam sebuah hadis: "Setiap orang berada di dalam naungan sedekahnya sampai saat diputuskan semua urusan manusia." Dalam hadis yang lain disebutkan: "Tidak akan seseorang mengeluarkan sesuatu dari sedekah melainkan dengan sedekah dia telah mematahkan tujuh belas rahang setan." Ditanyakan: "Ya Rasulullah, manakah sedekah yang paling utama?" Beliau bersabda: "Membantu kesulitan orang yang tidak mampu, tetapi dahulukanlah orang yang menjadi tanggung jawab Anda (keluargamu)."

Nabi Muhammad SAW bersabda: "Sekeping dirham dapat mendahului seratus dirham." Seorang laki-laki bertanya: "Bagaimana hal itu bisa terjadi ya Rasulullah?" Beliau bersabda: "Ada seorang laki-laki yang hartanya berlimpah, lalu ia mengambil dari sisinya seribu dirham dan dia bersedekah dengannya. Ada seorang laki-laki lain yang tidak memiliki uang kecuali dua dirham, dia mengambil satu di antara keduanya dan bersedekah dengannya."

Hadirin dan hadirat sekalian yang saya muliakan

Sedekah tidak akan mengurangi harta benda barang sedikitpun. Allah tidak akan menambah sesuatu pun kepada seorang hamba yang memberikan pengampunan kecuali Ia akan menganugrahkan kemuliaan kepadanya. Seseorang yang merendahkan diri karena Allah tidak akan mendapatkan apapun melainkan keagungan, dan Allah Azza wa Jalla akan mengangkat derajatnya." Di dalam sebuah riwaat At-Thabrani dikatakan: "Tidaklah sebuah sedekah akan mengurangi harta, dan tidaklah seorang hamba mengulurkan tangan untuk bersedekah kecuali sedekah itu akan jatuh pada tangan Allah." Yakni Allah menerimanya dan ridha dengannya sebelum jatuh ke tangan orang yang meminta. Dan tidaklah seorang hamba membuka sebuah pintu permintaan (meminta-minta) yang semestinya harus dihindari kecuali Allah membukakan baginya sebuah pintu kefakiran. Seorang hamba berkata: "Hartaku, hartaku," padahal sesungguhnya hak baginya dari harta yang dimiliki itu, hanya tiga hal, yaitu: Apa yang dia makan lalu musnah, apa yang dia pakai lalu menjadi usang, apa yang dia berikan lalu dia pelihara (pahalanya sebagai simpanan). Sedang selain itu semua, akan ditinggalkan buat orang lain."

Rasulullah SAW juga bersabda, "Barangsiapa yang bersedekah semisal satu butir kurma dari hasil kerja yang baik dan halal. dan Allah tidak akan menerima kecuali yang baik-baik maka Allah akan menerimanya dan memberkatinya serta memeliharanya untuk pemiliknya, sebagaimana salah seorang dari Anda memelihara anak kudanya (kuda itu kan terus beranak pinak hingga banyak). Sampai kurma tersebut menumpuk seperti gunung.

Allah akan menaungi tujuh kelompok orang di bawah naungan-Nya, pada saat tidak ada satu naungan pun kecuali naungan-Nya, di hari kiamat, di antaranya ialah: "Dan seorang laki-laki yang bersedekah dengan sesuatu yang dirahasiakannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang telah diinfakkan oleh tangan kanannya."

Hadirin dan hadirat sekalian yang saya muliakan

Demikianlah, kultum yang dapat saya sampaikan dalam kesempatan kali ini, mudah-mudahan ada guna dan manfaatnya bagi kita semua, utamanya bagi diri saya sendiri, amin. 

Akhirnya, terima kasih atas perhatiannya dan mohon maaf atas kesalahan dan kurang lebihnya. Wallahul muwaffiq ila aqwamit thariq, tsumas salamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Oleh Ustadz Abdullah Farouk & Ustadz MS. Ibnu Hasan

Kultum: Indahnya Hidup Saling Menghormati dan Menyayangi

Sajadah Muslim ~ Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin, wassholaatu wassalaamu ‘alaa asyroofil anbiyaa-i wal mursaliin, nabiyyinaa wahabiibinaa muhammadin, wa’ala alihi washahbihi aj’ma’iin, wa man tabi’ahum biihsanin ilaa yaumiddin, Amma ba’du.


Yang saya muliakan dan saya taati para alim ulama, para pejabat pemerintah baik sipil maupun militer, para ustadz dan ustadzah, para bapak, ibu, hadirin dan hadirat yang saya muliakan.

Mengawali pertemuan kita melalui mimbar kultum kali ini, pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah, Tuhan sarwa sekalian alam. Shalawat dan salam, semoga senantisa dilimpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Sebab beliau kita dapat mengetahui yang hak dan yang batil, yang halal dan yang haram, antara jalan menuju ke surga dan jalan menuju ke neraka.

Bapak, ibu, hadirin dan hadirat sekalian yang saya hormati

Nabi SAW., memberikan gambaran tentang keterkaitan hubungan antara orang mukmin yang satu dengan yang lainnya, sebagaimana yang diungkapkan dalam sabda beliau: Nabi SAW bersabda: “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling sayang menyayangi, cinta mencintai dan saling berhubungan di antara mereka, bagaikan satu tubuh. Bila salah satu anggotanya sakit, maka seluruh anggota tubuh yang lainnya ikut merasakan sakit dan terjaga.”

Nabi SAW juga bersabda: “Tidak akan masuk surga, kecuali orang yang penyayang.” Para sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, bukankah kami ini penyayang?” Beliau bersabda: “Bukanlah orang penyayang itu, orang yang menyayangi dirinya sendiri secara khusus, tetapi orang penyayang ialah orang yang menyayangi diri sendiri dan lainnya.”

Menyayangi diri sendiri berarti menyayanginya dengan menjauhkannya dari azab Allah dan meninggalkan kemaksiatan, bertobat dari kesalahan-kesalahan itu dan melakukan ketaatan serta ikhlas dalam menjalankannya.

Sedangkan menyayangi orang lain dapat diartikan dengan tidak mengganggu dan tidak pula menyakitinya. Nabi SAW bersabda: “Orang Islam itu ialah orang yang dapat membuat manusia merasa aman dan selamat dari ulah tangan dan lisannya.”

Sementara menyayangi binatang dapat dilakukan dengan jalan tidak membebaninya dengan muatan yang di luar batas kemampuannya. Ada sebuah riwayat yang datang dari Nabi SAW bahkan beliau bersabda: “Ada seorang laki-laki yang berjalan melewati suatu jalan, ia merasa sangat kehausan. Ia menemukan sebuah sumur, lalu ia turun ke dalamnya dan minum airnya. Kemudian ia melihat seekor anjing yang menjulur-julurkan lidahnya karena kehausan. Orang laki-laki itu berkata: ‘Sungguh anjing ini sangat kehausan, sebagaimana yang telah aku rasakan.’ Maka ia memenuhi sepatu slopnya dengan air dan ia gigit mulut slopnya itu dengan bibirnya untuk dibawa naik ke atas. Lalu ia memberikan minum kepada anjing yang kehausan itu, sehingga merasa segar. Ia bersyukur kepada Allah atas perbuatannya itu. Allah menerima amal perbuatannya itu dan mengampuninya.” Para sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, sesungguhnya kami mempunyai binatang-binatang, apakah kami bisa mendapatkan pahala sebab perlakuan kami terhadapnya?” Nabi bersabda: “Pada setiap yang memiliki kehidupan dan masih segar, ada peluang untuk mendapatkan pahala sebab dengannya.”

Bapak, ibu, hadirin dan hadirat sekalian yang saya hormati

Rasulullah SAW bersabda:

“Para penyayang akan disayang oleh Tuhan Yang Maha Penyayang. Sayangilah yang ada di bumi, maka yang di langit akan menyayangimu.”

Diriwayatkan dari Hasan, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda: “Para wali budala’ dari umatku masuk surga bukan lantaran banyaknya shalat dan tidak pula puasa. Tetapi mereka masuk surga, karena keselamatan dada mereka, kemurahan hati dan kasih sayang mereka terhadap semua kaum muslimin.”

Beliau juga bersabda: “Barang siapa yang tidak memiliki rasa kasih sayang maka ia tidak akan disayang dan barang siapa tidak mau mengampuni maka dia tidak akan diampuni.” Malik bin Anas berkata, bahwa Nabi SAW bersabda: “Ada empat hal yang menjadi hak orang-orang Islam atas kamu, yaitu hendaklah kamu membantu mereka yang berbuat baik; memohonkan ampun atas dosa-dosa mereka; menjenguk yang sakit di antara mereka dan mencintai mereka yang bertobat.”

Diriwayatkan dari Umar ra, pernah suatu ketika Umar melihat seorang ahli dzimmah (orang kafir yang tunduk pada pemerintahan Islam) yang sudah tua, meminta-minta dari satu pintu ke pintu yang lain. Lalu Umar berkata kepadanya: “Betapa aku telah berlaku tidak adil terhadap Anda, kami telah memungut pajak dari Anda ketika Anda masih muda, kemudian hari ini kami menyia-nyiakan Anda setelah tua renta.” Lalu Umar memerintahkan untuk mengirim bahan makanan pokok ke rumahnya yang diambilkan dari Baitu Mal kaum muslimin.

Bapak, ibu, hadirin dan hadirat sekalian yang saya hormati

Mengakhiri kultum dalam kesempatan yang mulia ini, marilah kita tumbuhkan kasih sayang dan kemurahan hati terhadap sesama agar kita disayang para malaikat juga disayang Allah SWT. Demikianlah yang dapat saya sampaikan, terima kasih atas perhatiannya dan mohon maaf atas kesalahan dan kurang lebihnya. Hadanallah waiyyakum ajma’in, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Oleh Ustadz Abdullah Farouk & Ustadz MS. Ibnu Hasan

Kultum: Ketika Ajal Datang

Sajadah Muslim ~ Assalamu’alaikum wr. wb. Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin, wassholaatu wassalaamu ‘alaa asyroofil anbiyaa-i wal mursaliin, nabiyyinaa wahabiibinaa muhammadin, wa’ala alihi washahbihi aj’ma’iin, wa man tabi’ahum biihsanin ilaa yaumiddin, Amma ba’du.


Kepada yang terhormat bapak..., para alim ulama, para ustadz dan ustadzah, para bapak, ibu, hadirin dan hadirat yang saya muliakan.

Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah, Tuhan semesta alam yang telah menganugrahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita dapat bertatap muka dalam majelis yang mulia ini, tanpa ada halangan apapun. Shalawat dan salam, semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah mengeluarkan kita dari gelap gulita kebodohan dan kekafiran menuju cahaya kebenaran dan keselamatan, melalui agama yang dibawanya, yaitu agama Islam.

Saudara, bapak dan ibu sekalian yang saya muliakan

Kematian merupakan suatu kepastian yang akan dialami oleh setiap manusia yang hidup di dunia. Bergulirnya waktu dan bertambahnya usia seseorang, pada dasarnya berarti ia telah bertambah mendekati pada titik akhir kehidupannya. Disadari ataupun tidak, cepat atau lambat setiap orang pasti akan sampai juga pada ajalanya dan mengalami kematian. Karena Allah tidak menjadikan seorang manusiapun yang hidup kekal selamanya di dunia yang fana ini.

Allah SWT berfirman: “Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad), maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal?” (QS. Al-Anbiyaa’: 34).

Allah juga berfirman:

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.” (QS. Ali Imran: 185)

Ketika Malakul Maut datang menghampiri seseorang karena ajalnya telah tiba, maka orang itu tidak akan luput darinpadanya, kemampuan ia berlari untuk bersembunyi, meskipun ia dirawat dan dikelilingi oleh team dokter yang ahli dengan peralatan teknologi medis mutakhir yang paling canggih. Semua itu tidak akan dapat menolong dan menghindarkannya dari kematian. Sebagaimana ditegaskan dalam firma Allah SWT.

“Katakanlah, sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, maka sesungguhnya kematian itu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Yunus, 49).

Saudara, bapak dan ibu sekalian yag saya muliakan

Ketika seseorang berada dalam situasi tekanan kematian (sakaratul maut) dan nyawa sudah sampai pada kerongkongan, maka ia perlihatkan tempat yang akan dihuni, apakah tempat itu indah dan membahagiakan ataukah sebaliknya tempat itu menyeramkan dan menyengsarakan. Allah SWT berfirman yang artinya: “Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, padahal kamu ketika itu melihat.” (QS. Al-Waqi’ah: 84-85)

Sebagaimana halnya juga yang disebutkan dalam hadis Nabi SAW, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya ruh orang mukmin itu tidaklah keluar (mati), sehingga ia melihat tempatnya di surga. Dan ruh orang kafir itu tidak akan keluar (mati), sehingga ia melihat tempatnya di neraka.”

Dari hadis tersebut jelaslah bagi kita bahwa jika mukmin, maka ia diperlihatkan pemandangan surga dengan berbagai keindahan dan kenikmatan yang menggiurkan yang belum pernah ia lihat di dunia. Sehingga ketika itu seolah-olah ia tidak sabar lagi dan ingin segera menghuninya. Sehingga disaat ia menghembuskan nafas yang terakhir kalinya, ia pun mengakhiri kehidupannya di dunia yang fana ini dengan riang gembira dan wajahnya terlihat tersenyum. Sementara keluarga yang ditinggalkan meneteskan air mata, berbelasungkawa karena merasa kehilangan orang yang dicintainya.

Tetapi apabila ia orang munafik atau orang  kafir, maka ia diperlihatkan tempat yang menyeramkan dan menakutkan yang belum pernah ia bayangkan dan saksikan di dunia, sehingga ia merasa terhenyak dan terkejut yang luar biasa, lalu ia mengaduh dan meminta agar kematiannya ditunda walau barang sebentar saja untuk beramal salih dan berbuat kebajikan. Namun apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur, saat keadilan ditegakkan bagi dirinya. Maka dengan penyesalan yang mendalam ia pun mengakhiri kehidupan dunia yang fana ini, dengan wajah murung, dicekam oleh ketakutan  dan kesedihan yang luar biasa.

Allah SWT berfirman: “Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata, “Ya Tuhanku mengapa engkau tidak menangguhkan (kematian)-ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang salih?” (QS. Al-Munafiqun: 10)

Oleh sebab itu, sebagai orang yang beriman tindakan yang paling tepat adalah mengoptimalkan sisa-sisa usia untuk bertobat, berbuat kebajikan dan memperbanyak amal salih, agar tidak mengalami penyesalan kemudian hari. Perhatikan khutbah Rasulullah SAW berikut ini: “Wahai manusia, bertobatlah kepada Allah sebelum kamu sekalian mati, dan bersegeralah memperbanyak amal salih sebelum kau sibuk (tidak punya kesempatan), jalinlah komunikasi antara kamu dan Tuhanmu dengan memperbanyak zikir (mengingat) kepada-Nya, perbanyaklah sedekah baik secara terang-terangan maupun rahasia, maka kamu akan dianugerahi rizki, pertolongan dan diberi ganti yang lebih baik.” 

Saudara, bapak dan ibu sekalian yang saya muliakan

Mengakhiri kultum dalam kesempatan yang mulia ini, marilah kita berdo'a semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia serta petunjuk-Nya kepada kia, sehingga kita termasuk dalam golongan sebaik-baiknya manusia, yang memperoleh keberuntungan besar, utamanya kelak di akhirat. Demikianlah yang dapat saya sampaikan, terima kasih atas perhatiannya dan mohon maaf atas kesalahan dan kurang lebihnya. Hadanallah waiyyakum ajma'in, was salamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Oleh Ustadz Abdullah Farouk & Ustadz MS. Ibnu Hasan

Kultum: Jagalah Hati

Sajadah Muslim ~ Assalamu’alaikum wr. wb. Alhamdilillahi was sholatu was salaamu ‘alaa rosulillahi wa’alaa aalihi wa sohbihi wa maw waalaah. Amma ba’du.


Yang saya muliakan dan saya taati para alim ulama, para pejabat pemerintah baik sipil maupun militer, para ustadz dan ustadzah, para bapak, ibu, hadirin dan hadirat yang saya muliakan.

Mengawali pertemuan kita melalui mimbar kultum kali ini, pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah, karena atas rahmat, taufiq dan petunjuk-Nya, kita dapat berkumpul dalam tempat yang baik ini tanpa ada suatu halangan apapun. Shalawat dan salam, semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Sebab beliau kita dapat mengetahui yang hak dan yang batil, yang halal dan yang haram, antara jalan menuju ke surga dan jalan menuju ke neraka.

Bapak, ibu, hadirin dan hadirat sekalian yang saya muliakan

Ada sebuah pepatah yang begitu indah dan masyhur: “Sesungguhnya diri (an-nafs) itu bagaikan kota (madinah), kedua tangan, kedua kaki dan seluruh anggota badan merupakan wilayahnya, kekuatan nafsu adalah walikotanya, kekuatan angkara murka adalah polisinya, sementara hati merupakan rajanya dan akal sebagai perdana menterinya.”

Hati (Raja), dialah yang mengatur mereka semua, sehingga kerajaan dan situasinya menjadi stabil. Sebab, walikotanya, yaitu nafsu, mempunyai watak pembohong, berlebihan dan suka mencampur adukkan perkara yang hak dan yang batil. Polisinya, sang angkara-murka, berwatak kejam, suka berkelahi dan perusak. Jika sang raja membiarkan mereka dalam kondisi tabiat mereka masing-masing, maka kota menjadi hancur berantakan.

Raja harus bermusyawarah dengan perdana menteri, lalu menempatkan wali kota dan polisi di bawah kendali perdana menteri. Sehingga keadaan kerajaan akan mantap dan kota pun menjadi maju dan makmur. Begitu pula halnya dengan hati, ia mesti minta pertimbangan pada akal, lalu menempatkan nafsu dan angkara-murka di bawah kendali dan perintah akal, sehingga keadaan diri menjadi stabil dan kebahagian akan tercapai, pengenalan ke hadirat Illahi dapat tercapai. Seandainya akal ditempatkan di bawah kekuasaan angkara-murka dan nafsu, maka diri manusia menjadi binasa dan di akhirat hatinya pun akan menderita.

Bapak, ibu, hadirin dan hadirat sekalian yang saya muliakan

Hati diciptakan untuk memandang keindahan hadirat Ilahi. Maka barangsiapa yang bersungguh-sungguh di dalam persoalan ciptaan yang satu ini, maka dia hamba yang sebenarnya, memfokuskan orientasi ke hadirat Illahi. Allah SWT berfirman:

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah (menyembah) pada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Allah menciptakan hati dan memberinya kekuasaan serta pasukan, dan Ia menjadikan diri (an-nafs) sebagai kendaraannya, sehingga dengan mengendarainya dia dapat meninggalkan alam debu pergi menuju ketinggian yang tertinggi. Jika hati ingin melaksanakan kewajiban sebagai makhluk yang mendapatkan nikmat ini, dia harus duduk seperti raja ditengah-tengah kerajaannya. Menjadikan hadirat Illahi sebagai kiblat dan tujuannya, akhirat sebagai kampung dan kediamannya, dan diri (an-nafs) sebagai kendaraannya, dunia sebagai tempat persinggahannya, kedua tangan dan kaki sebagai pelayan-pelayannya, akal sebagai perdana menterinya, nafsu sebagai pejabatnya, angkara-murka sebagai polisinya dan indera sebagai mata-mata. Masing-masing diserahi tugas sesuai dengan wilayahnya sendiri-sendiri, mengumpulkan data-data yang diperlukan, untuk segera diserahkan kepada sang hati. Daya khayal berada di depan otak, bertindak sebagai komandan yang mengumpulkan informasi dan mata-mata. Daya ingat berada di tengah-tengah benak, sebagai penanggung jawab administrasi yang mengumpulkan catatan-catatan dari tangan sang komandan, menyimpannya, lalu mengajukannya pada sang akal. Apabila informasi-informasi itu telah sampai pada perdana menteri, maka dia akan melihat kerajaan berada dalam kondisinya normal dan stabil.

Ketika kita melihat ada salah satu di atara mereka yang membelot, berarti ia telah durhaka dan berlaku khianat dengan melakukan desersi, seperti yang dilakukan nafsu atau angkara-murka misalnya. Karenanya kita harus melakukan mujahadah untuk melakukan bimbingan dan pembinaan secara sungguh-sungguh dengan tidak membunuhnya, sebab kerajaan tidak akan stabil tanpa keduanya. Jika semua itu dapat kita lakukan dengan baik, tentu kita akan senang dan berarti telah menunaikan hak kenikmatan. Sehingga pada saatnya kita berhak memperoleh mahkota. Jika tidak, kita pun menjadi orang yang celaka dan mendapat hukuman siksa.

Bapak, ibu, hadirin dan hadirat sekalian yang saya muliakan

Demikianlah kultum yang dapat saya sampaikan dalam kesempatan yang mulia ini, semoga Allah senantiasa menganugerahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua, amin. Akhirnya, terima kasih atas perhatiannya dan mohon maaf atas kesalahan dan kurang lebihnya. Hadanallah waiyyakum ajma’in was salamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Oleh Ustadz Abdullah Farouk & Ustadz MS. Ibnu Hasan

Kultum: Keberuntungan Besar Bagi Orang yang Shalat

Sajadah Muslim ~ Assalamu’alaikum wr. wb. Alhamdulillaahil ladzii kaana bi’ibadihi khabiiran bashiraa, tabaarokal ladzii ja’ala fis samaa’i buruujaw waja’ala fiihaa sirojaw waqomarom miniira. Asyhadu an-laa ilaa ha-illallah, wa asy-hadu anna muhammadan ‘abduhu wa rosuluh, alladzii ba’atsahu bil haq basyiiraw wanadziiroo. Wa da’iyan ilal haqqi bi’idznihi wa sirojam muniiraa. Allahumma shalli ‘alaihi wa’alaa alihi wa shohbihi wa sallim tasliman katsiroo. Amma ba’du.


Yang saya muliakan dan saya taati para alim ulama, para pejabat pemerintah baik sipil maupun militer, para ustadz dan ustadzah, para bapak, ibu, hadirin dan hadirat yang saya muliakan.

Mengawali pertemuan kita melalui mimbar kultum kali ini, pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah, karena atas rahmat, taufiq dan petunjuk-Nya, kita dapat berkumpul dalam tempat yang baik ini tanpa ada suatu halangan apapun. Shalawat dan salam, semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Sebab beliau kita dapat mengetahui yang hak dan yang batil, yang halal dan yang haram, antara jalan menuju ke surga dan jalan menuju ke neraka.

Bapak, ibu, hadirin dan hadirat sekalian yang saya muliakan

Shalat merupakan kewajiban pertama setelah seseorang berikrar menyatakan keimanannya kepada Allah SWT dan kepada Rasul-Nya. Dengan melakukan shalat jalinan hubungan seorang  hamba kepada Tuhannya menjadi begitu dekat dan intens. Kedekatan hubungan dengan Allah SWT. Ini membuat hidupnya menjadi tentram, damai dan sejahtera. Segala godaan duniawi tidak akan dapat mempengaruhi batinnya. Segala gerak gerik dan perilakunya selalu mendapat petunjuk dan penerangan dari Allah SWT.

Kewajiban menunaikan shalat lima waktu itu telah ditentukan waktunya, sebagaimana yang telah kita ketahui bersama. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa’: 103)

Dalam Islam shalat berkedudukan sebagai tiang agama, sebagaimana sabda Nabi SAW :

“Shalat adalah tiang agama, barangsiapa yang mendirikannya, maka sungguh ia telah menegakkan agama. Dan barangsiapa yang meninggalkannya, berarti ia telah merobohkan agama.”

Nabi SAW memberikan sebuah gambaran bagi orang yang rajin mendirikan shalat, sebagaimana sabda beliau: “Perumpamaan shalat lima waktu, bagaikan sungai yang jernih airnya dan melimpah, mengalir di depan pintu rumah salah seorang dari kalian, lalu ia mandi dalam sungai itu lima kali dalam sehari. Apakah dengan begitu kalian masih melihat kotoran padanya?” Mereka menjawab: “Tentu, tidak sedikitpun ada kotoran yang masih melekat padanya.” Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya shalat lima waktu akan menghilangkan dosa, sebagaimana air yang menghilangkan kotoran.”

Imam Bukhari, Muslim, ahli sunah dan yang lainnya, meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, bahwa ada seorang laki-laki terkena musibah mencium seorang wanita, lalu ia datang kepada Nabi, untuk menjelaskan hal itu kepada beliau dan menanyakan tentang kafaratnya. Kemudian turunlah ayat: “Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan dari pada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (QS. Hud: 114). Seorang laki-laki berkata: “Ya Rasulullah, sampai ini?” Beliau bersabda: ”Yang demikian itu, bagi umatku yang melakukan shalat.”

Bapak, ibu, hadirin dan hadirat sekalian yang saya muliakan

Nabi SAW bersabda: “Allah tidak mewajibkan suatu kefardhuan pun setelah ketauhidan yang lebih Ia cintai dari pada shalat. Seandainya ada sesuatu yang lebih dicintai oleh Allah selain shalat, tentu para malaikat akan beribadah dengannya kepada Allah, namun sebagian mereka ada yang ruku’, sebagian lainnya sujud, berdiri dan duduk.”

Nabi SAW juga bersabda: “Shalat lima waktu telah diwajibkan oleh Allah atas hambanya, barangsiapa yang datang (pada hari kiamat) dengan membawa shalat tanpa sedikitpun ada yang disia-siakannya karena merasa takut mengurangi hak-haknya (shalat), maka di sisi Allah ada janji bagi hamba itu untuk memasukkannya ke dalam surga. Dan barangsiapa yang datang dengan tidak membawanya, maka di sisi Allah tidak ada janji baginya. Jika Allah menghendaki, Ia akan menyiksanya dan jika Allah menghendaki, Ia akan memasukkannya ke dalam surga.”

Nabi SAW bersabda: “Orang yang memelihara shalat lima waktu dengan sempurna, baik mengenai kesucian dan ketepatan waktunya, maka shalat itu menjadi cahaya dan bukti baginya pada hari kiamat. Sementara orang yang menyia-nyiakannya, akan dihimpun bersama-sama dengan Firaun dan Haman.” Nabi SAW bersabda: “Kunci masuk surga ialah shalat.” 

Bapak, ibu, hadirin dan hadirat sekalian yang saya muliakan

Demikianlah kultum yang dapat saya sampaikan dalam kesempatan yang mulia ini, semoga Allah senantiasa menganugerahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua, amin. Akhirnya, terima kasih atas perhatiannya dan mohon maaf atas kesalahan dan kurang lebihnya. Hadanallah waiyyakum ajma’in was salamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Oleh Ustadz Abdullah Farouk & Ustadz MS. Ibnu Hasan

Back To Top