Membahas Tentang Seputar Ilmu Agama Islam

Meraba Makna Batin Puasa

Sajadah Muslim ~ Puasa adalah amal yang menemui kita terus-menerus. Setiap tahun, sebulan sebelum kita merayakan Idul Fitri, kita melaksanakan ibadah puasa. Tapi pernahkah kita merenung, kenapa kita, orang Islam, harus berpuasa?


Menurut Seyyed Hossen Nasr, ada hal-hal yang kebenarannya begitu nyata dan tak perlu dibicarakan lagi. Tapi terkadang kebenaran itu diselimuti awan keraguan hingga masih perlu terus ditemukan pemaknaannya.
Kadang kita berpuasa karena ayah-ibu kita mengajarkannya saat kita masih kecil, atau  karena  teman-teman kita berpuasa. Tak jarang juga kita berpuasa biar tidak malu dengan teman kantor atau teman sekolah atau alasan-alasan lain yang serupa itu tanpa kita mau meluangkan waktu  sejenak merenungi, kenapa sebenarnya kita harus berpuasa ditiap-tiap tahun yang kita lalui?

Setiap ajaran agama memiliki unsur ruhaniah. Tanpa unsur ruhaniah, bisa dipastikan kehidupan agama seseorang atau satu masyarakat termasuk juga kebudayaan dan peradabannya menjadi tak seimbang. Unsur ruhaniah terpenting dalam setiap ajaran agama adalah pengendalian diri atas hal yang bersifat indrawi dan jasmani (nafsu) yang menjadi  jalan bagi jiwa manusia ke arah kehidupan spritual yang utuh. Pengendalian inilah yang terdapat dalam ajaran puasa.

Puasa bulan Ramadhan tentu saja memiliki berbagai manfaat sosial dan individu, yang sudah sering disampaikan  dalam berbagai ceramah dan pembahasan mengenai puasa. Tapi, menurut Seyyed Hossen Nasr lagi, terkadang kita hanya memandang puasa sebagai sarana berempati bagi yang miskin dan lapar seraya menumbuhkan sikap kedermawanan. Tapi sesungguhnya arti kedermawanan  ini akan menjadi sangat  luhur jika dilakukan karena Allah semata. Dalam puasa hanya ketaatan kepada perintah Allah yang akan membuahkan hasil berupa kedermawanan terhadap orang-orang miskin serta orang-orang yang membutuhkan bantuan terhadap orang-orang yang lapar dan haus.

Baca juga :
Hal yang paling sulit dalam puasa, yang merupakan ujung tombak dorongan nafsu badani, adalah pengendalian apa yang dalam al-Qur’an di sebut al-nafs al-amarah (nafsu amarah). Ketika berpuasa, kecenderungan untuk memberontak yang ada dalam jiwa secara bertahap  dijinakkan dengan cara memasrahkan diri secara sistematis ke arah perintah ilahi. Karena setiap saat merasakan dorongan nafsu, jiwa orang-orang Islam diperingatkan bahwa nafsu badani yang ada dalam diri harus bisa dikendalikan demi memenuhi perintah Allah. Itulah sebabnya puasa tidak hanya berkaitan dengan makanan saja tetapi juga, pengendalian diri dari segala bentuk nafsu dan keinginan yang bersifat badani.

Sebagai hasil dari pengendalian yang sistematis ini, jiwa manusia menjadi sadar bahwa dia  tidak tergantung pada keadaan lingkungannya. Orang yang berpuasa dengan keimanan yang penuh akan segera sadar bahwa dia adalah seorang pengembara di dunia ini dan bahwa dia diciptakan sebagai makhluk yang diarahkan pada tujuan yang lebih tinggi dari sekadar keberadaan materi. Materialitas dunia disekitarnya menjadi hilang diganti oleh ‘kekosongan’ dan kefanaan. Pikiran dan hati manusia, karenanya akan mengarah secara langsung kepada pemikiran tentang Tuhan yang menciptakannya.

Menurut Nasr lagi, puasa juga dimaksudkan sebagai benteng kesucian terhadap nafsu duniawi. Dalam berpuasa, manusia diingatkan bahwa dia telah memilih Tuhan dan meninggalkan nafsu duniawi. Itulah sebabnya Rasulullah saw, sangat menyukai puasa. Ibadah puasa merupakan  unsur dasar al-faqr (perasaan hina dina di hadapan Allah) yang dikatakan beliau dalam pernyataannya, “al-faqr fakhri” (fakir adalah kebanggaanku).

Matinya nafsu akan mematikan jiwa manusia dan mengosongkannya dari kekotoran yang tersisa  dalam jiwanya. Individu  dan komunitas Islam seperti “diperbaiki” kembali dengan jalan pelaksanaan ibadah ini. Mereka diingatkan tentang kewajiban dan tujuan moral serta spritualnya. Karena itulah kedatangan bulan suci ini selalu disambut dengan kegembiraan. Sebab pada bulan itu, pintu-pintu surga dibukakan bagi orang-orang yang beriman dan rahmat Allah pun diturunkan kepada orang-orang yang mencarinya. 

Sumber : Majalah Hidayah Penerbit PT. Variasari Malindo
Labels: Puasa Zakat

Thanks for reading Meraba Makna Batin Puasa. Please share...!

0 Comment for "Meraba Makna Batin Puasa"

Back To Top