Sajadah Muslim ~ Sahur dan berbuka puasa bukan hanya simbol waktu untuk makan dan minum sebelum Subuh atau sesudah Maghrib. Lalu, bagaimana tuntunan Sahur dan berbuka yang benar?
Sahur dan berbuka harus dilakukan secara benar. Sebab bila tidak, justru akan menimbulkan gangguan kesehatan. Oleh karena itu, orang berpuasa yang terlihat lesu dan lemah tidak terkait langsung dengan ibadah puasanya, melainkan disebabkan kesalahan dalam sahur dan berbuka. Lalu, bagaimana tuntunan sahur dan berbuka yang benar?
Makan sahur memang terasa berat untuk dilakukan sebagian orang. Selimut hangat yang melindungi dari udara dingin terasa sayang untuk dilepaskan. Apalagi harus menyantap makanan yang tidak terbiasa dilakukan pada dini hari. Padahal, sahur sangat penting untuk mengisi energi yang akan dipakai seharian ketika berpuasa. Berkenaan dengan ini, Rasulullah saw bersabda, “Makan sahurlah karena ia menolong menguatkan kamu untuk berpuasa pada siang hari.”
Di sisi lain, ada juga sebagian kita yang memilih makan sahur lebih awal. Mungkin terlalu malas untuk bangun dari peraduan menjelang subuh. Hal itu sah-sah saja, tapi akan sangat merugikan dari sisi ibadah. Sebab, kita tidak mematuhi sunnah Rasul untuk mengakhirikan sahur. Sebagaimana sabdanya, “Senantiasa umatku dalam kebajikan selama mereka melambatkan sahur dan mencepatkan berbuka.” (HR. Abi Dzar). Bukan hanya itu, kita juga akan kehilangan waktu mustajab untuk ber-doa pada sepertiga malam yang akhir.
Meski demikian, tidak makan sahur pun tidak akan membatalkan puasa. Tapi kita harus puas untuk tidak memperoleh berkahnya. Rasulullah saw bersabda, “Bersahurlah kamu, karena bersahur itu ada berkahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Alangkah sombongnya kalau kita tidak sudi menerima penghormatan sebesar itu. Padahal, hanya dengan bangun pada akhir malam lalu makan.
Ada ungkapan menarik dari Ir. H. Bambang Pranggono, M.BA, dalam tulisannya di Harian Pikiran Rakyat yang berjudul “Berkah makan Sahur”. Menurutnya, semangat sahur punya korelasi kuat dengan martabat bangsa. Kemalasan untuk bangun sahur menghindarkan manusia dari keberkahan sahur, menjadi potret nyata perilaku yang gampang menyerah. Jadi kalau terus dipelihara, bisa jadi menjadi penyebab bangsa ini menjadi lemah dan tidak memiliki semangat juang tinggi.
Pranggono menambahkan, bangun sahur memiliki hikmah tersendiri bagi kesehatan, buktinya, hasil percobaan salah satu produsen kasur di Amerika Serikat yang meminta sebuah laboratorium mengukur temperatur beberapa sukarelawan sewaktu tidur malam, menyimpulkan bahwa suhu tubuh orang yang tidur rata-rata akan menurun tajam pada jam-jam menjelang Subuh. Akibatnya, kondisi tubuh yang tidak sadar menjadi rawan terserang berbagai penyakit. Lalu, mereka memproduksi tempat tidur yang dilengkapi thermostat, alat otomatis yang menyalakan flamen pemanas di bawah kasur sehingga temperatur kasur menjelang subuh menghangat lagi. Maka, terhindarlah orang yang tidur diatasnya dari penyakit, meski harus rela mambayar beberapa ribu dollar untuk memilikinya.
Kenapa kita tidak mau memanfaatkan solusi gratis yang telah diberikan Islam, yaitu bangun pada waktu sahur? “Ketika suhu tubuh menurun dan setan penyakit mau menyerang, kita disuruh bangkit. Urat-urat bergerak, darah mengalir lebih cepat, dan suhu tubuh menghangat dengan sendirinya. Apalagi, bila dilanjutkan dengan mengambil air wudhu. Darah akan lebih cepat mengalir menetralkan dinginnya air. Setan dan penyakit akan kabur. Orang yang teratur bangun untuk makan sahur atau shalat Tahajud akan lebih segar dan jarang sakit. Tubuhnya berdaya tahan lebih tinggi terhadap penyakit. Ia akan lebih awet muda dan dengan izin Allah akan lebih panjang umur dalam keadaan sehat wal afiat,” demikian ungkap Pranggono sebelum mengakhiri tulisannya.
Berbuka puasa juga tidak kalah manfaatnya bagi kesehatan. Tapi perlu dilakukan secara benar agar tidak seperti orang yang “balas dendam”, karena seharian tidak makan. Sebaiknya saat berbuka dimulai dengan minuman air putih dan diselingi dengan makanan ringan yang mudah dicerna, seperti buah kurma. Hal itu akan membuat kadar gula darah yang tadinya berkurang berangsur-angsur normal.
Tetapi, apabila makanan sudah tersedia, bisa langsung makan tanpa perlu shalat terlebih dulu. Rasulullah saw bersabda: “Apabila makan malam telah disediakan, maka mulailah makan sebelum shalat Maghrib, janganlah mendahulukan shalat dari pada makan malam itu (yang sudah terhidang)” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits yang diriwayatkan dari Amru bin Maimun ditegaskan, “Adalah para sahabat Muhammad saw, orang yang paling menyegerakan berbuka dan melambatkan makan sahur.” (HR. Baihaqi). Tentu saja, yang dilakukan tidak dengan cara yang berlebih-lebihan.
Dalam konteks ini, para ahli kesehatan mewanti-wanti agar janagan sekali-kali berbuka dengan langsung meminum air es. Tindakan itu sangat merugikan. Sebab, berakibat tertahannya rasa lapar dan membuat kita tidak berselera untuk menyantap makanan yang telah dihidangkan. Artinya, asupan zat gizi yang diperlukan tubuh terlambat terpenuhi dan akan membuat metabolismenya terganggu.
Yang jelas, dengan berbuka dan sahur secara sehat, berbagai gangguan kesehatan bisa dihindari. Tentu tidak berarti semua orang yang menderita sakit boleh berpuasa, karena semua itu tergantung saran dari dokter.
Sumber : Majalah Hidayah Penerbit PT. Variasari Malindo
Labels:
Puasa Zakat
Thanks for reading Panduan Berbuka dan Sahur Saat Puasa. Please share...!
0 Comment for "Panduan Berbuka dan Sahur Saat Puasa"