Membahas Tentang Seputar Ilmu Agama Islam

Mengatur Taktik Menghadapi Ramadhan

Sajadah Muslim ~ “Siapa takut maka ia akan berjalan di awal malam, dan siapa yang berjalan di awal malam ia akan sampai ke tujuan, ketahuilah barang dagangan Allah sangatlah mahal dan ketahuilah barang dagangan Allah adalah Surga.” (riwayat at- Tirmidzi)


Hidup ini begitu singkat, dimasa yang singkat ini manusia mengumpulkan bekal untuk kehidupan akhirat. Tidak mudah, sebab setan tak akan tinggal diam, segala upaya akan ditempuh agar manusia lalai sehingga umur yang Allah berikan tidak termanfaatkan secara maksimal.

Jika setan berusaha melalaikan kita di setiap waktu, maka di bulan Ramadhan itu akan lebih digencarkan. Setan mengetahui jika manusia berhasil pada bulan Ramadhan, pekerjaannya diluar bulan itu akan semakin berat dan sulit.

Memang setan terbelenggu, namun hawa nafsu tidak, Setan dari kalangan manusia juga berseliweran. Celah inilah yang dimanfaatkannya, Sebelum bulan Ramadhan, setan tentu telah merancang taktik agar kaum Muslimin tidak maksimal dalam bulan suci itu.

Makna Hadits

Dalam kitab Riyadushalihin, Imam Nawawi rahimahullah menempatkan Hadits  di atas pada bab al-Khauf. Secara lafdziah bermakna siapa yang khawatir disusul atau diserang kawanan perampok, ia akan berjalan di awal malam. Siapa yang segera berjalan, ia akan sampai ke tempat yang lebih aman.

Tentu maksud Rasulullah bukan itu Hadits di atas hakikatnya adalah perumpamaan. Dalam tuhfatul ahwadzi makna perumpamaan  itu dijelaskan oleh Atthibi. Ia berkata, “Ini perumpamaan, Nabi mengumpamakan orang yang menempuh jalan menuju akhirat. Sesungguhnya setan menguntit di atas jalannya, sedang hawa nafsu serta angan-angan palsu adalah pendukung setan.

Jika orang yang berjalan itu sadar dalam perjalanannya dan mengikhlaskan niatnya, ia akan aman dari tipu daya setan,”

Dalam penjelasan lain Syaikh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin berkata, “berjalan di awal malam  menunjukkan kesungguhan dan perhatian orang tersebut terhadap perjalanan yang ia tempuh. Jadi makna Haditsnya siapa yang dalam hatinya terdapat rasa takut kepada Allah, ia akan beramal shaleh yang akan menyelamatkannya dari apa yang ia tekuni.”

Imam Nawawi juga memberikan penjelasan yang hampir sama. Setelah membawakan Hadits ini, ia menjelaskan, “Adalah artinya berjalan di awal malam. Maksudnya bersegeralah melakukan  ketaatan.”

Hadits diatas ditutup dengan imformasi tentang mahalnya surga, Untuk mendapatkannya membutuhkan amal shaleh sebagai sebab meraih rahmat Allah. Tentu amal shaleh itu tidak akan pernah berwujud kecuali jika kita pandai menfaatkan waktu.

Dengan adanya kesadaran berharganya waktu, kita akan sangat hati-hati dalam menggunakannya. Inilah yang dilakukan oleh para salafus shaleh. Hasan al-Bashri berkata, “Aku menjumpai satu kaum, mereka lebih ketat dalam urusan waktu dari pada urusan dirham dan dinar.”

Memanfaatkan Waktu Ramadhan

Tahun ini Allah kembali menghadirkan Ramadhan untuk kita. Jika setan merancang menakuti untuk melalaikan kita, kitapun perlu melakukan hal yang sama. Merencanakan taktik agar waktu kita maksimal di bulan yang mulia ini.

Teramat sering kali mendengar, bulan ini sepatutnya dipadati dengan amal shaleh, mulai membaca al-Qur’an , shalat berjamaah dan ketaatan lainnya. Namun dalam tataran  pratek memanfaatkan waktu dalam amal  shaleh  bukanlah pekerjaan mudah. Termasuk di bulan Ramadhan Sadar atau tidak, waktu yang begitu berharga di bulan tersebut terkandang kita sia-siakan.

Baca juga :

Pada hadits di atas, rasulullah mengabarkan kiat agar terbangun dalam jiwa semangat memanfaatkan waktu. Yaitu menumbuhkan rasa takut kepada Allah. Ketika rasa takut ada pada diri seorang hamba, ia akan memanfaatkan waktunya dalam amal Shaleh. Ia yakin jika kelak menghadap Allah dalam keadaan minim amal shaleh, sejumlah ancaman Allah yang menakutkan  telah menanti.

Ketika waktu termanfaatkan, sejumlah keutamaan akan menjadi bagian kita. Ibnul Jauzi berkata, “Siapa yang menggunakan waktu luang dan masa sehatnya dalam ketaatan kepada Allah dialah orang yang beruntung dan siapa yang memanfaatkan keduanya pada maksiat dialah orang yang lalai. Sebab setelah waktu senggang ada masa sibuk dan setelah sehat ada sakit.” 

Waktu, jika telah berlalu tak mungklin kembali. Melalaikannya berarti kerugian yang sangat nyata. Ibnul Qoyyim bahkan menilai melalaikan waktu lebih dahsyat dari kematian. Ia beralasan, melalaikan waktu akan memutus hubungan antara manusia dengan Allah dan hari akhirat, sedangkan kematian hanya memutuskan hubungan terhadap kehidupan dunia dan penghuninya.”

Tantangan Mengatur Waktu

Kemajuan teknologi telah memberika banyak kemudahan. Namun tidak semua kemudahan itu bersifat positif. Ada kemudahan yang merugikan. Yaitu kemudahan dalam membuang-buang waktu. Inilah yang patut diwaspadai.

Sebab ketika setan kesulitan menggoda dalam perbuatan dosa dan maksiat, mereka akan menjerumuskan kita dalam perbuatan sia-sia.

Di sekitar kita terdapat beragam fasilitas yang berpotensi melalaikan kita. Perlu azam yang kuat untuk membatasi diri bersentuhan dengan fasilitas-fasilitas tersebut. Sebab jika tidak, banyak amalan kebaikan yang akan tersingkir yang kemudian digantikan dengan kesibukan mengutak-atik fasilitas-fasilitas tersebut.

Muhasabah dan evaluasi diri yang rutin dilakukan akan sangat bermanfaat dalam mengatasi kelalaian yang sangat mungkin terjadi. Adakalanya kita sangat lemah dan tidak berdaya.

Alhasil, amal shaleh kita sangat minim, dengan adanya muhasabah, kelemahan-kelemahan seperti ini akan terdekteksi  sejak dini sehingga memungkinkan dipulihkan.

Ramadhan berikutnya belum tentu menjumpai kita kembali. Maka sepantasnya kita maksimal dalam Ramadhan kali ini. Sehingga jika Allah mewafatkan kita, ada harapan melalui amalan yang kita lakukan.

Sebaliknya jika tidak patut, kita akan bersedih, karena Rasulullah telah menjamin kecelakaan bagi orang yang keluar dari Ramadhan tanpa terampuni dosa-dosanya. Dalam doa yang diucapkan oleh Malaikat Jibril as, dan diamini oleh Rasulullah “Celakalah seorang hamba yang mendapatti bulan Ramadhan kemudian Ramadhan berlalu dalam keadaan dosa-dosanya belum diampuni oleh Allah Ta’ala.”

Riwayat Bukhari dan Imam Ahmad. Semoga kita tidak termasuk dalam golongan tersebut. Amin… !!!

Sumber: Majalah Mulia, Berbagi Kemuliaan Hidup


Labels: Puasa Zakat

Thanks for reading Mengatur Taktik Menghadapi Ramadhan. Please share...!

0 Comment for "Mengatur Taktik Menghadapi Ramadhan"

Back To Top