Membahas Tentang Seputar Ilmu Agama Islam

Sekali Berjuang Berarti Menang

Sajadah Muslim ~ Tak banyak yang tahu kalau pekik merdeka atau mati yang sangat populer itu adalah slogan yang diilhami, atau lebih tepatnya merupakan terjemahan dari kata Arab. Isy hariman au mut syahidan (hidup mulia atau mati syahid).


Wajar jika slogan ini begitu populer, sebab memang rata-rata pejuang kita adalah muslim golongan Islamlah yang paling gigih menentang penjajahan, sebab adanya keyakinan bahwa penjajahan sangat bertentangan dengan semangat Islam.

Dalam Islam, kehormatan segala-galanya, hidup tanpa kehormatan tidak ada artinya. Kerenanya setiap muslim harus berjuang memperoleh kehormatan itu. Inilah sesungguhnya harga manusia, jika sampai hilang maka hilanglah nilai kemanusiannya, baik di sisi Allah maupun disisi manusia.

Allah berfirman; “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam. Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang Kami ciptakan..” (QS Israa ayat 70).

Jika Allah sendiri telah memuliakannya, apakah sepantasnya manusia merendahkan derajatnya? Seorang yang rela dijajah, diperbudak dan diperhamba oleh manusia, maka sesungguhnya mereka telah menempatkan dirinya pada posisi yang hina. Mereka telah kehilangan harga dirinya.

Bilal bin Rabah semula adalah satu contoh manusia jenis ini. Akan tetapi begitu ia mendapatkan siraman wahyu, seketika itu format berpikirnya langsung berubah. Sikapnya menjadi positif dengan memberi harga kepada dirinya sendiri.

Wahyu pertama, surat Al-Alaq, yang mengantarkan umat Islam mengenali dirinya. Manusia adalah ciptaan Allah, yang berasal dari bibit  yang sama. Karenanya tidak selayaknya jika manusia mengangkat dirinya melebihi manusia yang lain.

Fir’aun contoh manusia yang sombong yang menempatkan dirinya di atas manusia yang lain, bahkan dia telah memposisikan dirinya setaraf dengan Tuhan, setidaknya menurut pemahamannya. Melihat kenyataan ini, Allah memerintahkan kepada Nabi Musa as untuk mendatanginya. “Pergilah kepada Fir’aun, sesungguhnya ia telah melampau batas (QS. Thaha ayat 24)

Ketika seseorang mengangkat dirinya melebihi kemanusiaannya, berarti ia telah melampau batas. Dalam istilah Al-Qur’annya, thagha, mereka ini perlu diingatkan. Pertama, dengan teguran yang lunak, tetapi jika thagha-nya keterusan maka peringatan keras harus dilakukan, bahkan sampai batas melawan. Jihad melawan kezaliman seperti ini bahkan menjadi suatu kewajiban.

Islam juga agama pembebasan, tidak ada agama yang lebih heroik dalam hal memperjuangkan kebebasan ini dari pada Islam. Dengan konsep tauhidnya semua bentuk perikatan selain dengan Allah harus dibebaskan.

Orang yang bertauhid  hanya loyal pada Allah saja. Loyalitas kepada yang lain akan merusak jiwa tauhidnya.

Kalimat tauhid Laa ilaaha illallah, merupakan proklamasi pembebasan manusia dari semua jenis perbudakkan, baik yang samar maupun yang terang-terang. Hubungan manusia dengan Tuhannya adalah tegak lurus tanpa gangguan. Tanpa perantara atau makelar.

Doktrin tauhid inilah yang menjadikan kaum muslimin bebas dari perasaan takut, sebab rasa ketakutannya hanya ditujukan kepada Allah semata, selain kepada Allah, mereka bersikap berani.

Meskipun Umar bin Khaththab dikenal sebagai orang yang berwatak keras dan tegas, tapi ketika diangkat menjadi khalifah masih ada yang berani menegurnya. Tidak tanggung-tanggung menegurnya dengan ancaman pedang. Hebatnya, Umar tidak marah, malah berterima kasih.

Baca juga :

Penentangan kaum muslimin terhadap ketidakadilan tidak pernah sepi dari generasi ke generasi. Ada saja segolongan umat yang tampil kepermukaan menjadi pioner pejuang keadilan. Terdapat banyak bukti tertulis mengisahkan bahwa dunia ini tidak pernah kosong dari orang-orang yang mempertahankan kebenaran dan berdiri di atasnya, mereka tak henti-hentinya berjuang sampai datang ajal menjemputnya.

Orang-orang seperti ini memang punya harga diri. Mereka merasa lebih baik mati terhormat dari pada hidup secara hina. Bukan berarti mati sebagai pilihannya, sebab mereka juga ingin hidup secara mulia.

Kemuliaan mereka bukan terletak pada kekayaan yang melimpah, bukan pula pada kekuasaan yang berada dalam genggamannya. Kekayaan dan kekuasaan hanyalah alat untuk meraih kemuliaan itu sendiri.

Terus apa kemuliaan itu? Islam, Itulah yang mesti diperjuangkan, baik dengan kekayaan maupun dengan kekuasaan. Keduanya adalah alat untuk menjayakan Islam.

Apalah artinya kekayaan bila tidak untuk memenangkan Islam? Apakah gunanya kekuasaan jika bukan dikhidmatkan untuk Islam? Adalah suatu kemenangan jika kita hidup dalam Islam, dan mati membawa Islam.

Sumber: Majalah Mulia, Berbagi Kemuliaan Hidup


Labels: Seputar-Islam

Thanks for reading Sekali Berjuang Berarti Menang. Please share...!

0 Comment for "Sekali Berjuang Berarti Menang"

Back To Top