Membahas Tentang Seputar Ilmu Agama Islam

Lebaran dan Tradisi Baju Baru

Sajadah Muslim ~ “Lebaran itu tidak harus mengenakan baju baru, tapi Lebaran adalah bagaimana kita bisa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Swt.”


Apa yang paling dinantikan anak remaja saat Lebaran tiba? Jawabannya tidak lepas dari baju baru. Ya, kecenderungan anak remaja terhadap kebutuhan baju baru di hari Lebaran, lebih tinggi dibandingkan orang dewasa, apalagi orang tua. Karena itu, saat kecil dulu, saya sangat bangga saat menjelang Lebaran orang tua mengajak ke pasar untuk  membeli baju baru.  Orang tua sendiri tidak membeli baju baru, sementara saya dan adik-adik saya yang lainnya dibelikan baju dan sepatu baru.

Baca juga :
Padahal anak-anak remaja bukanlah pelaku puasa yang baik di bulan Ramadhan. Demikian juga bukan pelaku shalawat Tarawih dan Witir yang sempurna. Banyak di antara mereka yang belum menunaikan puasa dengan baik. Namun, menjelang Lebaran tiba, merekalah yang justru paling antusias baju baru atau dibelikan baju baru.

Mengapa Demikian ?

Sebab, bagi anak-anak remaja, momen Lebaran adalah saat yang paling tepat untuk memiliki baju baru atau sepatu baru. Di hari-hari lainnya mereka akan sangat sulit mendapatkannya. Sementara orang dewasa bisa beli baju baru kapan saja tidak harus hari Lebaran. Apalagi, bagi orang dewasa yang gila fashion, semua hari adalah seperti  hari Lebaran. Karena itu, kebutuhan akan baju baru orang dewasa tidak ditentukan atau dikhususkan di hari Lebaran, namun setiap saat.

Syair Mengkritik

Atas fenomena itu, ada sebuah syair menarik yang sudah akrab di telinga kita. Bunyi syair itu demikian, Laisal 'id liman labisal jadid. Walakinnal 'id liman imaanuhu yazid (Idul Fitri itu bukanlah untuk mereka yang bajunya baru, akan tetapi Idul Fitri itu adalah bagi mereka yang imannya bertambah).
Ada juga mendendangkan demikian, Laisal id liman labisal jadid. Wa lakinnal  d liman taqwahu yazid (Tidaklah dikatakan Idul Fitri bagi orang-orang yang hanya berpakaian baru, tapi orang-orang yang bisa meningkatkan ketaatannya kepada Allah).

Bahkan, ada lagi versi lebih panjangnya seperti ini. Laisal 'id liman labisal jadid innamal 'id lima thoo'atuhu yazin. Laisal 'jed  liman tajmalu bil  libasi war rukub. Innamal 'id liman ghufira lahud dzunub. Artinya bukanlah hari raya itu bagi orang-orang yang memakai pakaian baru. Namun hari  raya  adalah  bagi orang yang ketaatannya selalu bertambah. Bukanlah hari raya bagi orang yang berhias dengan pakaian dan kendaraan yang bagus. Namun hari raya adalah bagi orang yang diampuni dosa-dosanya.

Inti dari syair-syair diatas adalah bahwa Lebaran bukanlah ajang memamerkan baju dan perhiasan baru. Tapi, Lebaran itu harus kita jadikan sebagai ajang keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah. Perjuangan kita selama sebulan untuk puasa dan beramal shaleh di bulan Ramadhan adalah hasilnya di saat Lebaran dan hari-hari berikutnya. Jika kita semakin beriman dan bertaqwa kepada Allah, maka puasanya dinilai berhasil.

Namun, keinginan ini tentu saja berbeda dengan fakta yang terjadi di lapangan. Cobalah kita tengok mall, toko-toko baju, gerai-gerai fashion dan sebagainya menjelang Lebaran, semuanya akan penuh sesak dengan lautan manusia yang hendak membeli atau memborong baju-baju  baru. Karena itu, waktu menjelang Lebaran adalah saat-saat surgawi bagi para pedagang pakaian. Mereka akan mereguk keuntungan yang sangat besar, bisa mencapai 300-500 persen dari hari-hari biasa. Mengapa bisa demikian?

Hal itu disebabkan karena belum bergesernya pandangan kebanyakan orang terhadap hari Lebaran itu sendiri. Mereka masih menganggap Lebaran sebagai hari penampakkan kebahagian dengan baju dan perhiasan baru, bukan keimanan dan ketakwaan yang bertambah.

Hakikat Lebaran

Lebaran merupakan bahasa Jawa dari hari raya Idul Fitri. Lebaran mengandung maksud lebar-lebur-labur. Lebar artinya kita akan bisa Lebaran dari kemaksiatan. Lebur artinya lebur dari dosa. Luber artinya dari pahala, luber dari keberkahan, luber dari rahmat Allah swt. Labur artinya bersih, sebab bagi orang yang benar-benar melaksanakan ibadah puasa, maka hati kita akan dilabur menjadi putih bersih tanpa dosa. Makanya wajar kalau mau Lebaran rumah-rumah banyak yang dilabur. Hal ini mengandung arti pembersihan zahir di samping pembersihan batin yang telah dilakukan.

Merujuk pada makna di atas, maka sejatinya Lebaran haruslah diisi dengan kegiatan-kegiatan yang  bersifat menambah pahala atau menghilangkan dosa seperti silaturrahmi, menyediakan sajian (makanan) bagi tamu yang bertandang ke rumah kita atau bersedekah kepada orang lain, terutama pada anak-anak kecil dan kaum dhuafa.

Karena itu, hari Lebaran disebut juga sebagai jaizah atau Hari Penjamuan. Sebab, di hari itu kita pasti akan menerima banyak tamu baik dari tetangga, saudara, kerabat atau teman dan kewajiban kita (tuan rumah) adalah menjamu mereka sebaik-baiknya. Satu hal lagi, agama mengajarkan kita bahwa ketika Lebaran tiba haruslah  kita mengagungkan nama Allah dalam untaian takbir. Sebagaimana firman Allah swt yang artinya, “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” Rasulullah saw bersabda yang artinya, “Hiasilah hari rayamu dengan takbir.”

Karena itu, sore hari menjelang Lebaran orang-orang biasanya sah mendendangkan takbir di tiap mushala atau masjid sebagai tanda syukur kepada Allah karena hari kemenangan itu telah tiba. Hari kemenangan bagi orang-orang yang telah melaksanakan puasa sebulan penuh tentunya, bukan bagi orang-orang yang tidak melaksanakan puasa.

Keadaan demikian semakin diramaikan dengan takbir keliling yang dilakukan oleh sebagian kaum muslim, terutama di kampung-kampung pada malam harinya. Sebuah tradisi yang baik untuk dilestarikan sebagai syair Islam yang biasanya dilakukan secara bersama-sama dengan melibatkan banyak warga mulai dari Masjid Agung di daerah tersebut hingga mengelilingi kampung dan kembali lagi ketempat semula.

Inilah salah satu hakikat dari Lebaran. Bukan sebagai ajang pertunjukkan baju dan perhiasan baru. Meskipun boleh-boleh saja karena agama juga menganjurkan untuk mengenakan pakaian yang indah dan bersih, namun janganlah berkelebihan dan menjadi tujuan utama dari adanya Lebaran.

Atas dasar itu, selayaknya kita jangan berlebihan untuk membelanjakan harta kita karena ingin membeli baju dan perhiasan baru untuk lebaran nanti. Sebab itu bukanlah tujuan adanya  Lebaran Hakikat Lebaran adalah seperti yang dikemukakan di atas yaitu untuk mengagungkan Allah dengan banyak bersyukur kepada-Nya dalam bentuk melakukan banyak kebaikan.

Pesan Kemanusiaan

Lain halnya jika kita membeli banyak baju baru untuk disedekahkan kepada orang yang tidak mampu seperti orang miskin, kaum dhuafa, anak yatim dan sebagainya. Jika kita mampu melakukannya, ini juga bagian dari hakikat Lebaran yaitu saling berbagi kebaikan untuk orang lain.

Selain itu, baik juga bagi kita untuk membagi rezeki kita untuk orang tua, adik-adik kita yang belum bekerja, tetangga kita yang tak mampu dan sebagainya. Dengan demikian, selain kita bisa merasakan baju baru saat Lebaran, juga bisa membuat orang lain merasakan hal yang sama. Apalagi untuk orang tua, ini adalah keutamaan yang tertinggi, meski mereka sendiri tentu tak selalu mengharapkannya. Sebab, bagi orang tua, kehadiran sang anak di sisi mereka adalah jauh lebih utama dibandingkan dibelikan baju baru. Namun, sekali lagi, semua itu jelas harus dibungkus dalam rangka mengharap ridha Allah bukan untuk ajang “unjuk diri” bahwa kita adalah orang yang mampu atau orang kaya baru.

Bagi para remaja khususnya, haruslah diingat bahwa kalian belum sepenuhnya menjadi orang yang mandiri, bahkan belum. Apalagi kalau faktanya bahwa baju baru yang kalian beli sejatinya uangnya berasal dari orangtua. Karena itu haraplah mengerti bahwa membeli baju baru bukanlah tujuan utama Lebaran. Apa lagi bila orang tua kalian tidak mampu dan tidak ada uang sama sekali untuk membeli baju baru. Maka janganlah memaksa kedua orang tua kalian untuk membelikan baju baru. Lebih baik lagi, kalau kalian mengatakan pada orang tua kalian, “Pak/Ibu, biarkan Ananda mengenakan baju yang kemarin saja, itu juga masih bagus. Kalau ada uang disimpan saja untuk biaya sekolah Ananda.” Kalau ada anak yang berkata seperti ini, sungguh luar biasa. Inilah anak yang shaleh atau shalehah....!!!!!!

Sumber : Majalah Hidayah Penerbit PT. Variasari Malindo
Labels: Puasa Zakat

Thanks for reading Lebaran dan Tradisi Baju Baru. Please share...!

0 Comment for "Lebaran dan Tradisi Baju Baru"

Back To Top