Al-Battani, Sang Penemu Hitungan Jarak Keliling Bumi
Haly Abbas, itulah nama panggilan Ali Ibnu Abbas, Al-Mujusi di Barat. Ia berjasa dalam pengembangan teknologi pengolahan aspal menjadi minyak. Ilmuwan dari Persia itu cukup dikenal di Barat, lewat buah pikirnya yang berjudul Complete Book of the Medical Art. Ia mendirikan sebuah rumah sakit di Shiraz. Persia, serta Rumah Sakit Al-Adu di Baghdad pada tahun 981 M. Al-Majusi telah berhasil mengolah aspal menjadi minyak yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit dan luka kulit. Ia memeras endapan aspal yang dipanaskan untuk diambil airnya.
Al-Zahrawi, Pelopor Penggunaan Gigi Palsu
Al-Zahrawi juga tercatat sebagai dokter yang mempelopori penggunaan gigi palsu atau gigi buatan yang terbuat dari tulang sapi. Kemudian geligi palsu itu dikembangkan lagi menggunakan kayu. Sumbangan penting dokter Muslim di era kejayaan dalam pengembangan ilmu kedokteran juga diungkapkan Salma Almahdi (tahun 2003) dalam tulisannya berjudul Muslim Scholar Contribution in Restorative Dentistry. Menurut Almahdi, dokter gigi Muslim dari abad ke-10 M, lainnya yang mengembangkan dentistry adalah Abu Gaafar Amed Ibnu Ibrahim Ibnu Abi Halid al-Gazzar.
Di Balik Munculnya Nama Bulan Muharram
Tahukah Anda, bagaimana nama ‘Muharram’muncul ? Kata ‘Muharram’, yang berarti ‘diharamkan’ sebelum masuknya Islam di semananjung Arab. Bulan tersebut disepakati sebagai bulan yang diharamkan bagi semua orang untuk berperang. Tetapi, pada masa tersebut, bangsa Arab masih mengacu dan menggunakan kalender Lunisolar, yaitu penanggalan dengan acuan perputaran matahari. Bulan Muharram, yang biasa di sebut Ra’s as Sanah atau kepada tahun, bertepatan dengan berakhirnya musim panas, yang pada masa itu bertepatan dengan bulan September.
Jejak Kejayaan Islam di Luar Angkasa
Al-Sufi, tercatat berhasil melakukan observasi dan menjelaskan bintang-bintang, posisinya, jarak dan warna bintang-bintang itu. Ia juga membuat peta bintang. Kitabnya yang paling fenomenal, yakni kitab Suwar al-Kawakib. Dunia Islam di zaman kekhalifan sempat menjelma sebagai pusat studi astronomi dan astrologi. Studi astronomi dan astrologi mulai berkembang pada era kepemimpinan Khalifah Al-Mansyur sebagai penguasa ketiga Kekhalifahan Abbasiyah di abad ke-8 M. Kedua studi itu kian menggelit sejak ditemukannya strolabe oleh Al-Fazari di dunia Islam.
Kontribusi Peradaban Islam dalam Kedokteran Gigi
Henry W. Noble (tahun 2002) dalam buku Tooth Transplantation mengakui bahwa para dokter Muslim di zaman kekhalifahan merupakan perintis ilmu kedokteran gigi. Di barat, ilmu kedokteran gigi berkembang pada abad ke-17 M. Barat juga mengklaim Pierre Fauchard sebagai “bapak ilmu kedokteran gigi modern.” Padahal, menurut Noble, 700 tahun, sebelum itu, seorang dokter Muslim bernama Abu al-Qasim Khalaf ibnu al-Abbas Al-Zahrawi alias Abulcasis (tahun 930 – 1013 M) telah mengembangkan bedah gigi dan perbaikan gigi. Keberhasilannya telah memukau para dokter gigi modern.
Para Ilmuan Astronomi dan Astrologi dalam Islam
Menurut sejarawan sains, Donald Routledge, kedua ilmu yang telah menguak rahasia langit mencapai puncak kejayaan dalam peradaban Islam dari tahun 1025 M hingga 1450 M. Pada masa itu, di berbagai wilayah kekuasaan Islam lahir sederet astronom dan astrolog muslim serta sejumlah observatorium yang besar dan megah seperti Nasiruddin at-Tusi. Ulugh Beg, Al-Batanni, Ibnu Al-Haitham, Ibnu Al-Syatir, Abdur Rahman as-Sufi, Al-Biruni, Ibnu Yunus. Al-Farghani, Al-Zarqali, Jabir Ibnu Aflah, Abu Ma’shar, dan lainnya. Mereka memberi kontribusi bagi pengembangan astronomi dan astrologi.
Sepuluh Aturan Pokok Hukum Dalam Kitab Taurat
Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa. Di dalamnya berisi sepuluh firman aturan hukum Allah yang diterima di puncak gunung Thursina. Sepuluh pokok hukum tersebut adalah :
- Mengakui ke-Esa-an Allah
- Larangan menyembah berhala
- Larangan menyebut Allah dengan sia-sia
- Memuliakan hari Sabtu
- Menghormati ayah dan ibu
- Larangan membunuh sesama
- Larangan berzina
- Larangan mencuri
- Larangan menjadi saksi palsu
- Larangan menguasai hak orang lain.
Kitab Zabur Tidak Mengandung Hukum Syariat
Kitab Zabur merupakan kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Daud, di saat raja Bani Tsrail mencapai zaman keemasannya di Kanaan sekitar 400 tahun setelah meninggalkan Mesir. Kitab Zabur berisi mazmur, yaitu nyanyian pujian kepada Tuhan. Kitab tersebut merupakan kumpulan firman-firman Allah. Namun kitab tersebut ternyata sama sekali tidak mengandung hukum-hukum atau syariat seperti kitab-kitab suci lainnya, karena Nabi Daud diperintahkan Allah untuk mengikuti peraturan yang dibawa oleh Nabi Musa.
Nabi Isa Mengajarkan Injil, Hanya Tiga Tahun
Allah menurunkan kitab suci Nabi Isa yang bernama Kitab Injil. Kata ‘Injil’ semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu euangelion, yang berarti kabar gembira, dan kemudian masuk ke dalam bahasa Arab yang menjadi Injil. Makna kabar gembira yang dimaksud adalah karena Nabi Isa, menggembiraka para umatnya dengan berita akan datangnya Nabi akhir zaman, yaitu Muhammad di Tanah Makkah. Nabi Isa mengajarkan Injil kepada para pengikutnya hanya selama tiga tahun, yakni sejak ia berumur 30 tahun hinga 33 tahun.
Tiga Tingkatan Ibadah Manusia Menurut Ibnu Sina
Ibnu Sina, seorang filsuf muslim kenamaan. Menyebutkan bahwa ibadah seorang hamba di hadapan Allah itu memiliki tiga tingkatan. Pertama, yaitu ibadah. karena takut pada Tuhannya dan siksa Allah. ini ibarat seorang budak yang bekerja karena takut pada tuannya. Ini tingkatan paling rendah. Kedua, yaitu ibadah karena termotivasi mengharap surga Allah. Ini ibarat orang berdagang yang bersemangat, berjualan karena ingin mendapatkan keuntungan yang banyak. Ketiga, yaitu ibadah karena cinta. Ini ibarat seorang ibu yang memberikan apa saja kepada anaknya atas dasar cinta. Inilah tingkatan yang tertinggi.
Perbedaan Sistem Kalender Jawa dan Hijriyah Islam
Sistem kalender Jawa berbeda dengan kalender Hijriyah, meski memiliki kemiripan. Pada abad ke-1, di Jawa diperkenalkan sistem penanggalan kalender Saka (berbasis matahari) yang berasal dari India yang digunakan hingga tahun 1625 Masehi, bertepatan dengan tahun 1547 Saka. Sultan Agung, mengubah dan mengadopsi kelender Jawa dengan sistem kalender Hijriyah, seperti nama hari, bulan, serta berbasis lunar (Qamariyah). Namun demikian, angka tahun Saka diteruskan dari 1547 Saka ke 1547 Jawa, berbeda dengan kalender Hijriyah yang menggunakan visibilitas bulan pada penentuan awal bulan.
Dari Mana Asal Penamaan Bulan Rabiul Awal
Nama Rabiul Awal, berasal dari kata rabi yang berarti ‘menetap’ dan awal yang berarti ‘pertama’. Dulu masyarakat Arab, masa kembalinya kaum laki-laki yang telah meninggalkan rumah dan merantau dilakukan pada bulan tersebut. Jadi Rabiul Awal adalah masa awal menetapkannya kaum laki-laki di rumah. Pada bulan tersebut banyak peristiwa yang bersejarah bagi umat Islam. Antara lain, Nabi Muhammad saw, lahir dan wafat, diangkatnya menjadi Rasul, melalukan hijrah ke Madinah, dan sebagainya.
Oleh Uup Gufron
Labels:
Sejarah-Islam
Thanks for reading Ilmuwan dan Penemuan Termasyhur Dalam Islam Bagian 2. Please share...!
0 Comment for "Ilmuwan dan Penemuan Termasyhur Dalam Islam Bagian 2"