Membahas Tentang Seputar Ilmu Agama Islam

Kultum: Perlunya Mengingat Akan Kematian

Sajadah Muslim ~ Yang saya muliakan dan saya taati para alim ulama, para pejabat pemerinyah baik sipil maupun militer, para ustadz dan ustadzah, para bapak, ibu, hadirin dan hadirat yang saya muliakan.


Mengawali pertemuan kita melalui mimbar kultum kli ini, pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah, Tuhan sarwa sekalian alam. Shalawat dan salam, semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW sebab beliau kita dapat mengetahui yang hak dan yang batil, yang halal dan yang haram, antar jalan menuju ke surga dan jalan menuju ke neraka.

Bapak, ibu, hadirin dan hadirat sekalian yang saya muliakan

Mengingat kematian menjadi begitu penting, sebab dengan mengingat kematian seseorang akan benar-benar berusaha untuk mencari bekal buat kehidupan setelah mati, katika di alam barzah dan selanjutnya di alam akhirat. Bila tidak, seseorang akan menjadi sombong dan terlena dalam kesenangan tipu daya dunia. Sehingga ketika ajal datang menghampirinya yang ada hanyalah penyesalan yang tiada guna dan kembali tanpa modal buat keselamatan hidup setelah mati.

Oleh sebab itu kita diperintahkan agar banyak mengingat akan kematian, sebagaimana sabda Nabi SAW:

“Banyak-banyaklah mengingat pemusnah kelezatan-kelezatan hidup (kematian).”

Diriwayatkan dari Anas ra, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Banyak-banyaklah mengingat mati, karena mengingat mati itu dapat melebur dosa, dan mendorong bersikap zuhud terhadap dunia.” Nabi SAW juga bersabda: “Cukuplah kematian sebagai nasihat.”

Pernah suatu ketika Rasulullah SAW pergi menuju ke masjid, tiba-tiba menjumpai suatu kaum yang berbincang-bincang dan tertawa ria, lalu beliau bersabda: “Ingatkan akan kematian. Demi Tuhan yang menguasai diriku, seandainya Anda mengetahui apa yang aku ketahui, tentu Anda akan sedikit tertawa dan banyak menangis.”

Diriwayatkan dari Atha’ Al-Kharsani bahwa suatu ketika Rasulullah SAW melewati suatu majelis yang dipenuhi dengan tawa ria, lalu beliau bersabda: “Isilah Majelis kamu dengan mengingat sesuatu yang memperkeruh kelezatan-kelezatan.” Mereka bertanya: “Apakah yang memperkeruh kelezatan-kelezatan itu.” beliau bersabda: “Kematian.”

Bapak, ibu, hadirin dan hadirat sekalian yang saya muliakan

Ibnu Umar ra berkata: “Aku datang menghadap Rasulullah SAW. Sebagai orang yang kesepuluh dari sepuluh orang yang datang menghadap beliau. Seorang laki-laki dari sahabat Anshar berkata: “Siapakah orang yang paling cerdas dan mulia di antara manusia, ya Rasulullah?” Beliau bersabda: “Orang-orang yang paling banyak mengingat akan kematian dan yang paling bersungguh-sungguh untuk mempersiapkan bekal kematian, di antara mereka. Mereka itulah orang-orang yang cerdas, karena mereka pergi dengan kehormatan hidup di dunia dan kemuliaan di akhirat.”

Ketika disebutkan di hadapan Rasulullah SAW. Mengenai seorang laki-laki yang banyak mendapatkan pujian dan disanjung oleh banyak orang, beliau bertanya: “Bagaimana ingatan saudara kamu itu terhadap kematian.” Mereka berkata: “Kami hampir tidak pernah mendengar dia menyebut-nyebuti kematian.” Beliau bersabda: “Teman kamu itu, bukanlah orang yang layak mendapat sanjungan seperti itu.”

Nabi SAW bersabda: “Kematian adalah kufarat bagi setiap muslim.”

Orang Islam yang dimaksudkan dalam hadis ini, ialah muslim yang sejati yang benar-benar keimanannya. Orang mukmin yang dapat menciptakan kondisi aman bagi kaum muslim lain dari gangguan tangan dan lidahnya. Dia benar-benar memiliki sifat-sifat dan berakhlak dengan akhlak orang mukmin yang sejati. Dia tidak berlumuran dosa-dosa kemaksiatan, melainkan hanyalah kesalahan-kesalahan dan percikan-percikan dosa kecil. Maka kematian menjadi penyucian baginya dari kemaksiatan dan peleburan dosa-dosanya, setelah ia benar-benar menjauhi dosa-dosa besar dan memenuhi kewajiban-kewajibannya.

Aisyah ra berkata: “Adakah seseorang yang akan dihimpun bersama dengan orang-orang yang mati syahid?” Beliau menjawab: “Ya, yaitu orang yang mengingat kematian sehari semalam sebanyak dua puluh kali.” Sebab-sebab keutamaan ini, tidak lain hanyalah karena mengingat kematian menyebabkan seseorang terdorong untuk menjauhi kehidupan perkampungan dunia yang penuh dengan tipuan belaka dan memfokuskan diri untuk mempersiapkan bekal buat kehidupan akhirat. Sementara lalai dari kematian mendorong seseorang tenggelam ke dalam kesenangan-kesenangan duniawi.

Bapak, ibu, hadirin dan hadirat sekalian yang saya muliakan

Demikianlah kultum yang saya sampaikan dalam kesempatan yang mulia ini, semoga Allah senantiasa menganugerahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua, amin. Demikianlah, yang dapat saya sampaikan, terima kasih atas perhatiannya dan mohon maaf atas kesalahan dan kurang lebihnnya. Hadanallah waiyyakum ajma’in, was salamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Oleh Ustadz Abdullah Farouk & Ustadz MS. Ibnu Hasan

Labels: Kumpulan Ceramah Kultum

Thanks for reading Kultum: Perlunya Mengingat Akan Kematian. Please share...!

0 Comment for "Kultum: Perlunya Mengingat Akan Kematian"

Back To Top