Membahas Tentang Seputar Ilmu Agama Islam

Khutbah Jumat: Istiqamah

MUKKADIMAH

Kaum Muslimin Sidang Jum’at yang Berbahagia

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah mempersiapkan surga bagi hamba-hamba-Nya yang istiqamah, konsisten dan berkelanjutan taat kepada Tuhannya. Shalawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW serta kepada sekalian sahabat dan keluarganya. Kemudian dari pada itu marilah kita meingkatkan iman dan takwa kita kepada Allah SWT, agar kita mendapatkan magfirah dan ridha-Nya.


Adapun judul khutbah kita pada hari ini adalah “Istiqamah”

Kaum Muslimin Sidang Jum’at yang Berbahagia

Sebagai langkah awal ada baiknya bila terlebih dahulu kita ketahui arti istiqamah. Istiqamah berasal dari kata qaama yang berarti tegak. Istiqamah berarti konsisten, berkelanjutan tidak putus-putus. Untuk melengkapi arti istiqamah kami kutip sahabat-sahabat utama Rasulullah SAW yaitu Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali.

Abu Bakar berpendapat bahwa istiqamah berarti: tidak mensekutukan Allah dengan sesuatu. Umar berpendapat bahwa istiqamah adalah teguh dalam menegakkan amar makruf nahi munkar. Usman berpendapat bahwa istiqamah adalah ikhlas. Ali berpendapat bahwa istiqamah berarti mengerjakan fardhu yang diperintahkan oleh Allah SWT.

Barangkali pendapat-pendapat di atas dapat dihimpun dalam suatu definisi bahwa istiqamah berarti:

Luzumu thaa-atillah berarti selalu taat kepada Allah SWT uraian tentang istiqamah terdapat dalam Al-Qur’an surat Fussilat ayat 30-35 pada ayat 30 Allah berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata Tuhan kami adalah Allah kemudian istiqamah, maka Malaikat akan turun kepada mereka lalu berkata janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan bergembiralah kamu dengan surga yang telah dijanjikan kepadamu”.

Uraian tentang arti istiqamah telah diuraikan di atas, para Ulama berbeda pendapat tentang kapan Malaikat akan turun kepada kita. Malaikat diturunkan oleh Allah SWT , pada waktu kita menghadapi kesulitan yang berat atau pada saat kita akan meninggal dunia. Kedua pendapat ini sebenarnya tidak bertentangan, karena pada saat kita akan menghadapi sakaratul maut juga kita menghadapi kesulitan yang berat bahkan bersifat final. Pada ayat 31 Allah SWT berfirman:

“Kami adalah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat. Di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh pula dalamnya apa-apa yang kamu minta”.

Pertolongan Allah SWT pada orang-orang yang istiqamah atau selalu taat kepada Allah SW akan memperoleh pertolongan dan perlindungan Allah baik di dunia maupun di akhirat. Dan pada ayat 31 ini dititik beratkan pertolongan dan perlindungan Allah SWT kepada orang-orang istiqamah di akhirat berupa nikmat Allah SWT di dalam surga. Kenikmatan itu ada yang datang tanpa diminta dan ada pula yang datang sesuai dengan permintaan kita. Dan pada ayat 31 dijelaskan bahwa semua kenikmatan itu adalah pemberian yang datangnya langsung dari Allah SWT yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Pada ayat ke 33 Allah SWT menerangkan tentang bagaimana orang-orang yang istiqamah itu atau orang-orang yang selalu taat kepada Allah SWT itu dalam mengajak orang lain ke jalan Allah SWT. Dalam hal ini Allah SWT berfirman pada ayat Fussilat 33:

“Dan siapakah yang lebih baik amal perbuatannya dari pada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shaleh dan berkata aku termasuk orang-orang yang berserah diri”.

Jadi, orang yang taat kepada Allah SWT atau orang-orang yang istiqamah sepak terjangnya atau caranya adalah: Mengajak orang lain kepada Allah dengan ucapan dan kalimat yang terbaik dan lemah lembut. Selalu memberika contoh dalam berakhlak mulia. Tingkahlakunya senantiasa benar dan menarik lalu ia berkata sesungguhnya saya adalah orang yang berserah diri maksudnya memberikan contoh dalam mengerjakan ibadah seperti shalat.

Pada ayat yang ke 34 dari surat Fusshilat Allah SWT menerangkan bagaimana orang yang selalu taat kepada Allah, atau orang-orang yang istiqamah bereaksi atau berinteraksi dan berkomunikasi timbal balik bila diperlakukan sewenang-wenang atau diperlakukan tidak baik, pada ayat ke 34 Allah berfirman:

“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan dan tolaklah kejahatan dengan cara yang lebih baik. Maka apabila antara kamu dengan seseorang ada permusuhan, maka perlakukanlah seperti kawan setia”.

Ayat ini amat cocok dengan seorang diplomat, perunding, atau pemimpin yang dalam keadaan bagaimana pun tidak boleh menampakan permusuhan kepada orang lain, apalagi bila dihadapan umum. Sesungguhnya dari ayat inilah ahli sejarah Islam menggambarkan kepribadian Nabi Muhammad SAW dalam sejarah, akhlak Nabi Muhammad SAW digambarkan sebagai berikut:

“Beliau membalas kejahatan dengan kebaikan, beliau tetap bersilahturahmi kepada orang yang telah memutuskan hubungannya dengan beliau dan ia memberi bantuan materi kepada orang yang tidak mau membantunya dan beliau memaafkan orang-orang yang menganiayanya”.

Kepribadian yang seperti inilah yang dimiliki oleh beliau mengantarkan agama Islam dan umat Islam mencapai puncak kemenangan, untuk menarik simpati kawan dan lawan, dikagumi oleh penulis dan pengamat sejarah baik yang Muslim maupun musuh sekalipun. Fakta sejarah terukir dengan tinta emas ketika beliau dengan pasukannya menaklukan kota Mekkah tanpa pertumpahan darah dan beliau hanya berpidato di depan Ka’bah dihadapan orang-orang Quraisy yang penuh ketakutan, lalu beliau bertanya: Apakah sebaiknya yang harus saya lakukan kepada kamu sekalian? Mereka menjawab: mohon kami diperlakukan dengan baik wahai saudara yang mulia, mohon kami diperlakukan dengan baik wahai kemenakan kami yang mulia. Beliau menjawab: pergilah dan kamu sekalian bebas beragama, tidak disuruh masuk Islam. Pada saat itu beliau dan pasukannya sudah menang militer, menang politik, tetapi beliau tetap menjamin kebebasan beragama:

“Agama tidak boleh dipaksakan”.

Hasilnya luar biasa, hanya beberapa jam kemudian seluruh penduduk Mekkah masuk Islam termasuk rajanya Abu Sofyan.

Kaum Muslimin Sidang Jum’at yang Berbahagia

Apa yang diterangkan pada ayat istiqamah dalam surat Fusshilat ayat 30-35 adalah kepribadian Nabi Muhammad SAW.

Pada ayat 35 diterangkan oleh Allah SWT bahwa:

Artinya: “Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang bersabar, dan tidak dianugerahkan melainkan orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar”.

Jadi sukses besar yang tiada bandingnya yang diraih dan diperoleh Nabi Muhammad SAW itu adalah karena beliau memiliki kesabaran yang luar biasa. Pada saat ini biasa disebut dengan kecakapan emosional, kemampuan mengendalikan diri dalam segala situasi yang didukung oleh kecerdasan yang tinggi dan keimanan yang mendalam.

Pada akhirnya marilah kita memadukan antara ketaatan beragama dakwah yang menarik, memperlakukan lawan dengan etis dan simpatik, didukung oleh kesabaran yang tangguh. InsyaAllah kita akan memperoleh sukses yang gemilang pula, Amin.

PENUTUP

Oleh Drs. KH. Marwan Aidid

Labels: Kumpulan Khutbah Jumat

Thanks for reading Khutbah Jumat: Istiqamah . Please share...!

0 Comment for "Khutbah Jumat: Istiqamah "

Back To Top