Membahas Tentang Seputar Ilmu Agama Islam

Kultum: Jihadun Nafs Tak Berarti Memasung Diri

Sajadah Muslim ~ Alhamdulillah hilladzi akramnaa bil iimaan, wa a’azzanaa bil islam, wa rafa’na bil ihsan, ahmaduhu subhanahu wata’ala wa asykuruh, allahumma shollia wasallim wa barik ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘ala alihi wa shahbihi wa mantabi’ahum bi ihsani ila yaumiddin, amma ba’du.

 
Kepada yang terhormat paraustadz dan ustadzah, para bapak, ibu, hadirin dan hadirat sekalian yang saya muliakan. 
                           .
Sebelum saya melanjutkan apa yang ingin saya sampaikan dalam kesernpatan yang mulia, melalui mimbar kultum kali ini, marilah terlebih dahulu kita panjatkan puja dan puji syukur kehadirat. Illahi..

Rabbi, yang senantiasa memberikan rahmat taufiq dan petunjuk-Nya kepada kita sehingga pada saat ini, kita bisa bertatap muka di tempat ini, tanpa ada suatu halangan apapun. 

Hadirin dan hadirat sekalian yang saya hormati.

Sebagian umat Islam ada yang entah sadar atau tidak cenderung menggembosi spirit Islam dengan cara memanipulasi pemahaman ajaran Islam. Konsep-konsep Islam yang pada dasarnya memberi andil besar dalam membangkitkan spirit, telah menjadi virus yang melumpuhkan jiwa. Misalnya, konsep tentang jihadun nafs disalah artikan menjadi sibuk dengan diri sendiri. Padahal konsep jihadun nafs ini sebenarnya dimaksudkan untuk menggalang kekuatan spiritual  dalam keadaan yang disukai ataupun yang tidak disukai. Dengan jihadun  nafsu, diharapkan terhimpun  kekuatan besar yang sangat potensial di dalam diri manusia. Karena segala bentuk keinginan yang tidak sejalan dengan tujuan terlebih dulu telah ditundukkan.

Jihadun nafs merupakan cara yang sangat efektif untuk mencapai kekuatan yang terkonsentrasi pada kesatuan dan integritas diri. Ia juga merupakan sebuah bentuk kesatuan keinginan, keterpaduan program yang bersinergi potensial untuk mencapai suatu tujuan. Antara unsur-unsur jiwa tidak terjadi benturan, pikiran dan perbuatan menjadi sejalan, keinginan pikiran dan kemauan hati menjadi setujuan. Hal inilah yang akan menimbulkan kekuatan spiritual yang bisa terwujud menjadi kekuatan aktual.

Hadirin dan hadirat sekalian yang saya hormati.

Dalam kenyataanya, memang terdapat banyak orang yang tertindas oleh nafsunya, karena nafsu bisa menjadi tiran dan bahkan bisa dijadikan sebagai tuhan, oleh orang yang diperbudaknya. Perhatikan peringatan Allah swt. Dalam firman-Nya: 

"Apakah kamu tidak melihat orang yang  menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya  petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?'' (QS.AI-Jatsiyah : 23).

Manusia, sebagaimana yang digambarkan dalam ayat tersebut, nyata-nyata dalam kesesatan yang  besar dan hidupnya tidak akan efektif, waktunya akan habis terserap hanya untuk memenuhi  keinginan nafsunya, energinya akan habis buat melayani nafsunya belaka, bahkan orang lain pun  bisa  tertindas  dan  terseret oleh kejahatannya. Na'udzu billahi min dzalik.

Oleh sebab itu, Islam perlu mencanangkan jihadun nafs. Manusia dituntut untuk berusaha dan berjuang membersihkan dirinya (jihadun nafs)  dengan sungguh-sungguh dari keinginan-keinginan nafsu yang akan memperbudaknya.

Sebagai anugerah Tuhan, nafsu tidak harus dibabat, dipasung dan dibasmi habis. Tetapi harus dikendalikan, diarahkan dan dikelola sehingga menjadi kekuatan  dan energi  positif. Dengan cara itu  keinginan yang baik bisa tersalurkan dan yang kurang baik atau bahkan tidak baik bisa dinetralkan    lalu diperbaiki.

Jihadun nafs, tidak berarti menutup diri rapat-rapat dari pergaulan dunia luar, karena khawatir nafsunya akan bergolak  dan  tak mampu mengendalikannya, tidak pula dengan memenjarakan dan memasung diri di balik dinding tebal yang memisahkan dirinya dari dunia luar, bukan demi menyusun kekuatan baru dan juga bukan hendak melakukan perlawanan,  tetapi  menyerah untuk  selama-lamanya. Apalagi sampai menyakiti dirinya, mengebiri segala keinginan, memasung segala naluri kemanusiaannya, tanpa memberi saluran sedikitpun dalam kehidupan luas yang harus dikelola dengan baik, sebagaimana mandat yang diembannya sebagi khalifatullah fil ardh. Kita harus berani   bertandang  ke gelanggang  menyandang  Islam dengan tawaran-tawaran  yang menawan. Selamat berjuang. 

Hadirin dan hadirat sekalian yang saya hormati.

Mengakhiri kultum di kesempatan kali ini, marilah kita berdoa semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia serta petunjuk-Nya kepada  kita,  sehingga kita mampu mengisi hidup ini dengan nilai-nilai positif yang bermanfaat, amin. Demikianlah, terirna kasih atas perhatiannya dan  mohon  maaf  atas  kesalahan dan kurang lebihnya. Hadanallah waiyyakum ajma'in,  was salamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Oleh : Ustadz Abdullah Farouk & Ustadz MS. Ibnu Hasan
 
Labels: Kumpulan Ceramah Kultum

Thanks for reading Kultum: Jihadun Nafs Tak Berarti Memasung Diri. Please share...!

0 Comment for "Kultum: Jihadun Nafs Tak Berarti Memasung Diri"

Back To Top