Sajadah Muslim ~ Menurut Sayyid Quthub (Sayid Quthub, Fi Zhilal al-Qur'an (Kairo: Dar al-Syuruq, cet ke-2 , 2003) jilid I halaman 217) kata al kitab yang dalam ayat ini berbentuk mufrad (tunggal), mengindikasikan bahwa prinsip- prinsip ajaran Allah yang dibawa oleh para nabi dan rasul itu serta yang tercantum dalam kitab-kitab yang diturunkan, pada hakekatnya sama sehingga seakan-akan ia hanya satu kitab. Semua nabi membawa ajaran Tauhid menyuruh untuk kebaikan dan mencegah kemunkaran.
Kitab yang diturunkan bersama diutusnya para nabi itu mrmbawa ajaran yang dapat memberi jalan keluar terhadap persoalan-persoalan yang dipersilisihkan diantara manusia apabila mereka mau menjadikan. Kitab itu sebagai tuntunan, Allah akan memberikan petunjuk atau jalan kebenaran melalui al-Kitab yang diturunkan bersama nabi kepada orang-orang yang beriman. Salah satu fungsi al-Kitab itu adalah untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang mereka perselisihkan. Perselisihan mereka pada umumnya disebabkan oleh kedengkian (al- baghyu) dan hawa nafsu yang melampaui batas dan seringkali menimbulkan berbagai konflik yang mengakibatkan berbagai tindak kekerasan bahkan peperangan.
Dalam kehidupan kita saat ini, banyak fakta menunjukkan bahwa masyarakat sebagai satu kesatuan sosial, sering mengalami konflik karena adanya berbagai kepentingan yang dalam pemenuhan kepentingan yang dalam pemenuhan kepentingan tersebut mengabaikan hak-hak orang lain, baik dalam pemenuhan kebutuhan yang bersifat materi maupun non-materi. Hal ini sesuai dengan ayat sebelumnya, yang menjelaskan bahwa kehidupan dunia dijadikan indah bagi orang-orang kafir dan mereka meremehkan orang-orang yang beriman. Orang-orang yang memandang kehidupan dunia sebagai tujuan utamanya cenderung bersikap dengki dan melampaui batas dalam mengejar kehidupan dunia. Hal inilah yang kemudian memunculkan perselisihan karena adanya berbagai kepentingan.
Disisi lain, sebelum diutusnya nabi, manusia tidak mengetahui sepenuhnya bagaimana cara mereka memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, tata cara berhubungan antara mereka dan cara menyelesaikan perselisihan atau perbedaan pendapat yang mengakibatkan perpecahan diantara mereka. Oleh karena itu, Allah menurunkan nabi yang bertugas menyampaikan berita gembira bagi siapa saja yang memenuhi perintah Allah, dan memberi peringatan bagi mereka yang mengingkari ketentuan Allah. Penyampaian kabar gembira dan peringatan berupa aturan-aturan yang disampaikan oleh para nabi dimaksudkan agar manusia dapat hidup secara teratur dan tertib sehingga mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan.
Diutusnya para nabi ini terus berlanjut sepanjang hidup manusia sampai diutusnya nabi terakhir, yakni Nabi Muhammad Saw. Sehubungan dengan itu, mematuhi perintah Nabi Muhammad saw merupakan suatu kewajiban supaya manusia memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia maupun diakhirat. Mayoritas ulama sepakat bahwa taat dan mengikuti (ittiba) nabi adalah suatu kewajiban. Kesepakatan ulama tersebut didasarkan pada ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis yang menunjukkan kewajiban taat baik kepada Allah maupun Rasul-Nya (Al-Kandahlawi dalam kitabnya Hayat al-Shahabah menunjukkan beberapa ayat Al-Qur'an dan hadis yang menjelaskan tentang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Ayat-ayat al-Qur'an yang menjelaskan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya antara lain surah Al-A'raf ayat 157, surah An-Nisa ayat 59 dan ayat 64, surah al Anfal ayat 20, 46 dan 1, surah Ali Imran ayat 31, 32, surah al-Ahzab ayat 21, suarh al-Hasyr ayat 7. Untuk lebih jelasnya lihat Muhammad Yusuf al-Kandahlawi, Hayat al-Shahabah Radliya Allahu 'Anhum wa Radlu' Anhu, bab al-Ayat al-Qur'aniyyah fi Tha'atillahi wa Tha'ati Rasulihi Shalla Allahu 'alaihi wa Sallam, juz I (Beirut : Dar al-Fikr, 2002) halaman 15-18. Dalam pembahasan ini al-Kandahlawi memunculkan 18 ayat dalam surah yang berbeda yang menurutnya berisi tentang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Qadli "Iyadi mengemukakan ayat-ayat yang sama dalam kaitannya kewajiban itttiba' dan taat terhadap Allah dan Rasul-Nya. Lihat Ali al-Qariy, Syarh al-Syifa li al-Qadli' Iyadl, juz 2. (Beirut: Dar al-Kutub al- Ilmiyyah, t,t) halaman 12-21).
Baca juga :
- Keutamaan Mekkah Al-Mukarramah
- Kisah Nabi Adam as yang sebenarnya
- Kisah Nabi Idris as
- Kisah Nabi Nuh AS dan Kaumnya Yang Durhaka
- Diangkatnya Muhammad Sebagai Nabi dan Rasul
Secara ringkas, ayat ini menginformasikan kepada manusia pada awalnya manusia merupakan satu komunitas yang solid, terikat satu dengan yang lain baik secara emosional kultur maupun ideologi. Keutuhan komunitas ini kemudian pada perkembangan berikutnya menjadi terpecah karena adanya berbagai kepentingan yang dipenuhi dengan kedengkian dan hawa nafsu yang melampaui batas.
Pada kondisi ini Allah mengutus nabi yang bertugas memberi berita gembira dan peringatan bagi mereka yang beriman. Selain mengutus nabi, Allah juga menurunkan al-Kitab yang didalamnya berisi berbagai petunjuk kebenaran untuk dijadikan acuan oleh mereka yang beriman dalam menyelesaikan berbagai masalah termasuk perselisihan yang diakibatkan oleh berbagai kepetingan yang melampaui batas.
Sumber : Majalah Suara Muhammadiyah
Labels:
Pendidikan Islam
Thanks for reading Hikmah Diutusnya Rasul. Please share...!
0 Comment for "Hikmah Diutusnya Rasul"