Sajadah Muslim - Nabi Nuh adalah Nabi keempat sesudah Nabi Adam.
Ia keturunan kesembilan dai Nabi Adam As. Nabi Nuh meneima wahyu kenabian dalam
masa kekosongan antara dua Rasul. Dalam masa kekosongan itu biasanya manusia secara
berangsur-angsur melupakan ajaran agama Allah. Mereka kembali menjadi musyrik,
meninggalkan kebajikan, melakukan kemungkaran dan kemaksiatan.
Nabi Nuh diutus ke tengah-tengah masyarakat yang sedang menyembah berhala. Berhala itu sebenarnya adalah patung-patung buatan mereka sendiri. Menurut mereka berhala mempunyai kekuatan ghaib di atas manusia. Dan mereka menamakannya sesuai dengan selera mereka sendiri. Kadang-kadang mereka namakan Wadd dan Suwa kadang Yaguts dan kadang Ya’uq dan Nasr.
Nabi Nuh adalah orang
yang cerdas dan sabar. Ia mengajak kaumnya untuk berpikir. Ia mengajak kaumnya
melihat alam semesta ciptaan Allah. Langit dengan bulan, bintang dan
mataharinya. Bumi dengan kekayaan yang ada di atas dan di bawahnya, berupa
hewan, tumbuhan dan air yang mengalir. Pergantian siang dan malam, semua itu
menjadi bukti dan tanda kekuasaan dan keesaan Allah.
Nabi Nuh juga
memberikan kabar akan adanya ganjaran berupa surge dan kenikmatannya bagi
mereka yang beramal shaleh, dan balasan siksa neraka bagi mereka yang
membangkang atas perintah Allah, yaitu mereka yang mungkar dan bergemilang
dalam dosa dan kemaksiatan. Dakwah Nabi Nuh dilakukan dengan giat siang dan
malam. Baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Beliau termasuk
orang yang cerdas, fasih berbicara, tajam pemikirannya, pandai berdiskusi,
bersifat sabar dan tenang. Nabi Nuh diangkat menjadi Rasul ketika berusia 450
tahun dan wafat pada usia 950 tahun, dengan demikian Nabi Nuh berdakwah kepada
umatnya selama lima abad atau 500 tahun. Meski demikian pengikut Nabi Nuh yang
beriman hanya sedikit yaitu kurang dari seratus orang.
Umat Nabi Nuh banyak
yang ingkar, jika Nabi Nuh mengajak beribadah kepada Allah dan menegakkan
Tauhid umatnya malah selalu menentang dan mengejeknya.
Para pengikut Nabi Nuh
kebanyakan hanya para fakir miskin atau golongan ekonomi yang lemah. Para
bangsawan, orang-orang kaya dan terpandang di masyarakat malah memusuhinya.
Pada suatu ketika orang-orang kafir hendak menipu Nabi Nuh. Mereka mengatakan
bersedia mengikuti Nabi Nuh asalkan Nabi Nuh mau mengusir para pengikutnya yang
terdiri dari orang-orang miskin. Namun nabi Nuh dengan tegas menolak permintaan
orang-orang kaya itu.
Kecerdasan dan
kefasihan Nabi Nuh mengalahkan segala hujah orang-orang kafir. Akhirnya
orang-rang kafir itu jengkel dan menantang Nabi Nuh. Mereka berkata : Hai Nuh !
Sesungguhnya kamu telah membantah dengan kami, dan kamu tlah memperpanjang
bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami jika kamu termasuk
orang-orang yang benar.
Nabi Nuh menjawab :
“Hanya Allah yang akan mendatangkan azab itu kepadamu jika Dia menghendaki, dan
kamu sekali-kali tidak akan dapat melepaskan diri. Tidaklah bermanfaat
nasihatku kepadamu jika Allah ternyata hendak menyesatkan kamu. Dia adalah
Tuhanmu, dan Kepada-Nyalah kamu dikembalikan.
Demikian keterlaluannya
Kaum Nabi Nuh itu mengingkari ajaran Tuhan. Mereka bahkan mengejek dan menghina
Nabi Nuh sebagai orang bodoh dan gila. Namun Nabi Nuh sebagai utusan Allah
tetap melaksanakan tugasnya. Dan orang-orang kafir makin keras menentangnya.
Mereka bahkan mengancam membunuh Nabi Nuh. “Sesungguhnya jika kamu tidak mau
berhenti berdakwah, “kata mereka : “Maka kami akan merajammu beramai-ramai.”
Nabi
Nuh Berputus Asa dari Kaumnya
Setelah dakwah yang
disampaikan menemui jalan buntu. Dan pengikutnya tidak bertambah maka Nabi Nuh
mengadukan kaumnya itu kepada Tuhan : Berdoa Nabi Nuh : “Ya
Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun diantara oang-orang kafir itu
tinggal di atas permukaan bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka
tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan
melahirka selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir.
Allah mengabulkan doa
Nabi Nuh, Allah member petunjuk agar Nabi Nuh membuat kapal yang sangat besar.
Dengan kapal itu Nabi Nuh dan kaumnya yang beriman akan selamat. Sedang kaumnya
yang ingkar akan dtenggelamkan dengan banjir yang sangat besar, sehingga tak
seorang pun dari mereka ada yang selamat. Semua akan binasa.
Selagi Nabi Nuh dan
pengikutnya membuat kapal di atas bukit kaumnya yang ingkar mengolok-ngolok dan
mengejeknya. “Lihat ! Nuh semakin gila saja, masak musim kemarau panas begini
membuat perahu, di atas bukit lagi. Sungguh dia sudah miring otaknya.”
Di antara mereka bahkan
ada yang berani buang kotoran di dalam kapal yang belum selesai dibuat itu.
Tentu hal itu mereka lakukan ketika Nabi Nuh dan pengikutnya sedang tidak ada
di tempat pembuatan kapal. Namun akibatnya perut mereka yang buang kotoran itu
menjadi sakit. Tak seorang pun bias menyembuhkannya. Dengan merengek-rengek
mereka minta Nabi Nuh untuk mengobatinya. Nab Nuh hanya menyuruh mereka
membersihkan kapal yang mereka kotori itu. Sesudah itu mereka pun sembuh dari
sakit perutnya.
Banjir
Besar Memusnahkan Orang-orang Kafir
Sesuai dengan Wahyu
Allah, Nabi Nuh mengajak kaumnya memasuki kapal yang telah selesai dibuat. Nabi
Nuh juga membawa berbagai pasang binatang dalam kapalnya itu. Tidak berapa lama
sesudah Nabi Nuh dan pengikutnya yang beriman memasuki kapal maka langit yang
tadinya cerah berubah menjadi hitam pekat. Mendung tampak tebal sekali diiringi
angin kencang yang mulai berhembusan. Bersamaan dengan turunnya hujan lebat,
air dari dalam bumi memancar pula ke permukaan.
Hujan turun dengan
lebatnya, belum pernah ada hujan turun selebat itu. Bagaikan dicurahkan dari
atas langit. Rumah-rumah mulai terendam air, angin kencang dan badai menambah
kepanikan semua orang. Dari kejauhan Nabi Nuh melihat salah satu seorang
putranya yaitu Kan’an sedang berlari-lari menuju puncak gunung. Nabi Nuh memanggil
anaknya itu. “Hai anakku, kemarilah, naiklah ke kapalku maka kau akan selamat
!”. Tidak ! Aku akan berlari ke atas bukit sana, aku pasti akan selamat !.
“anakku ! Pada hari ini tidak seorang pun dapat menyelamatkan diri dari azab
Allah !”.
Tapi Kan’an dengan
sombongnya terus berlari, ia tidak menghiraukan panggilan ayahnya. Ia mengira
banjir itu hanya bencana alam biasa yang segera reda, maka ia terus berlari
mendaki puncak gunung. Memang Kan’an tidak mau mengikuti ajaran Nabi Nuh. Ia
lebih suka hidup bersama orang-orang kafir, karena itu ia tak mau menumpang
kapal Nabi Nuh !.
Nabi Nuh merasa sedih,
bagaimana pun Kan’an adalah putranya sendiri. Maka ia berdoa kepada Allah agar
Kan’an diselamatkan. Namun Allah menolak permintaan Nabi Nuh, sebab Kan’an itu
walaupun putra Nabi Nuh sendiri, ia anak yang durhaka tidak mau beriman.
Berdasarkan suatu riwayat kapal yang membawa Nabi Nuh dan para pengikutnya itu
berlayar selama 40 hari, sesudah itu banjir mereda dan Nabi Nuh diperintahkan
turun dari kapalnya. Dengan demikian binasalah orang-orang kafir yang menentang
Nabi Nuh. Hanya para pengikut Nabi Nuh yang hdup dan menempati bumi sebagai
penghuninya.
Baca Juga Kisah Nabi Idris AS
Labels:
Kisah Kisah
Thanks for reading Kisah Nabi Nuh AS dan Kaumnya Yang Durhaka. Please share...!
0 Comment for "Kisah Nabi Nuh AS dan Kaumnya Yang Durhaka"