Sajadah Muslim ~ Tugas Rasul, sebagaimana termaktub dalam berbagai kitab adalah untuk menyelamatkan manusia dari melampaui ketentuan-ketentuan Allah swt. Karena dengan nafsu duniawi yang dimilikinya, manusia memiliki kecenderungan untuk melampaui ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan Allah swt atas makhluknya. Hal yang mubah saja, jika dilanggar, pasti akan membawa mudharat bagi manusia. Makan, misalkan, kita dianjurkan untuk makan secukupnya, makan saat lapar dan berhenti sebelum kenyang.
Dalam QS. Al-A'raaf 7:157, Allah berfirman: "Orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi, yang (namanya) tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari yang mungkar, menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban dan belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman padanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya, mereka itulah orang-orang yang beruntung."
Maka jika manusia mengimani Muhammad, yang harus dilakukannya adalah sebagaimana tertulis dalak ayat tersebut, mengikuti Rasul, taat kepada Rasul, memuliakan, menolong dan mengikuti Rasul. Allah swt juga berfirman dalam surat Al-Anfal[8]:26 : "Dan ingatlah (hai para muhajirin) ketika kamu masih berjumlah sedikit, lagi tertindas di muka bumi (Mekkah), kamu takut orang-orang (Mekkah) akan menculik kamu, maka Allah memberi kamu tempat menetap (Madinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezeki dari yang baik-baik agar kamu bersyukur.
Keimanan kepada para utusan Allah swt meniscayakan keimanan kepada Allah swt, sehingga Ia dengan berkah kenabian menyelamatkan mereka yang sedikit itu agar mereka bersyukur kepada Allah swt, bersyukur atas nikmat kenabian Muhammad saw, karena kenabian beliau saw adalah cahaya ilmu yang bertujuan untuk menyelamatkan manusia dari kebodohan dan kegelapan.
Rasulullah saw hadir di tengah kaum jahiliyah yang menyembah berhala buatannya sendiri, yang membanggakan kesesatan, memuliakan mustakbirin, menghina mustadh'afin, ashabiyah yang tinggi dan merendahkan martabat perempuan. Dalam kondisi seperti itu beliau diutus dengan membawa lentera cahaya pengetahuan ilahiyah, untuk menerangi manusia, membagi cahaya itu sehingga manusia mengetahui kebenaran. Muhammad saw diutus untuk menuntun manusia dari lembah gelap menuju cahaya, yang dengannya manusia mengenal hakikat kemakhlukannya.
Oleh karena itu, sebagai pecinta dan pengikut setia Rasulullah saw, kita wajib bersyukur atas kenabian Muhammad saw. Dalam QS. Ali Imran : 64, Allah swt berfirman: "Katakanlah: "Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah". Jika mereka berpaling Maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".
Tugas selanjutnya para Rasul adalah untuk mengajak manusia kepada ajaran tauhid dan menjauhi penyembahan terhadap thagut. Di dalam QS. An-Nahl:36, Allah swt berfirman: "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah petunjuk oleh Allah dan ada pula diantaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)".
Thagut adalah orang-orang yang melampaui batas, yang menyerupakan dirinya dengan Tuhan, yang dengan kekuasaan dan kekuatannya menginginkan manusia tunduk, taat dan takut padanya. Merekalah para mustakbirin, tiran yang zalim dan despotis walaupun terkadang bermuka manis.
Mengenai tugas Rasulullah saw, Sayyidina Ali bin Abi Thalib mengatakan: "Sesungguhnya Allah swt mengutus Muhammad saw dengan membawa kebenaran guna mengeluarkan umatnya dari penyembahan sesamanya kepada penyembahan Allah swt dari perjanjian dengan hamba-Nya menuju kesetiaan pada-Nya dan dari ketaatan terhadap sesamanya menuju ketaatan kepada Tuhan-Nya serta dari kepemimpinan sesamanya kepada kepemimpinan Allah swt."
Dalam kesempatan yang lain, beliau juga mengatakan: "Allah swt, memilih para Nabi dari keturunan Adam. Dia menjadikan wahyu sebagai perjanjian mereka, dan menjadikan penyampaian risalah sebagai amanat atas mereka. Sebab, sebagian besar hamba-Nya telah mengubah perjanjian Allah atas mereka. Sehingga mereka melupakan hak-Nya dan menjadikan banyak sekutu bagi-Nya, dan para setan menghalangi mereka dari mengenal-Nya dan memalingkan mereka dari ibadah kepada-Nya.
Kemudian Allah mengutus para rasul-Nya ke tengah-tengah mereka dan menebarkan para nabi-Nya di antara mereka untuk membawa mereka kepada perjanjian fitrah-Nya dan mengingatkan mereka terhadap nikmat-Nya yang terlupakan dan menantang mereka dengan tablig (bukti) dan membangkitkan akal mereka yang terpendam, dan memuaskan dahaga mereka dengan tanda-tanda kebesaran yang menakjubkan: atap (langit) di atas mereka yang menjulang, dan hamparan (bumi) yang diletakkan di bawah mereka, rezeki yang menghidupi mereka, ajal yang mengakhiri kehidupan mereka, dan keletihan (kesulitan) yang mendewasakan mereka serta perbagai peristiwa yang silih berganti di antara mereka.
Allah tidak pernah membiarkan hamba-Nya tanpa nabi yang diutus atau kitab yang diturunkan atau hujah (bukti) yang perlu, atau jalan yang lurus. Para rasul yang sedikitnya jumlah mereka atau banyaknya pendusta mereka tidak membuat mereka teledor terhadap misi mereka. Rasul yang datang dahulu mengabarkan rasul yang datang sesudahnya dan rasul yang datang kemudian dikenal lantaran penjelasan rasul sebelumnya. Berdasarkan hal itu abad demi abad berlalu dan silih berganti. Masa berakhir. Para orang tua meninggal dan anak-anak menggantikan (kedudukan mereka). Sehingga Allah mengutus Muhammad Rasulullah saw untuk menunaikan janji-Nya dan menyempurnakan berita-Nya.
Allah mengambil perjanjian-Nya atas para Nabi. Dan tanda-tanda Nabi (yang bersangkutan) begitu populer, dimana kelahirannya begitu mulia. Dan penduduk bumi saat itu memiliki beragam keyakinan, kepentingan yang komplek, kelompok-kelompok yang berpecah belah, diantara mereka ada yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya atau menisbatkan sifat yang tidak layak bagi-Nya, atau menyekutukan-Nya dengan tuhan lain, sehingga ia menyembahnya dengan meminta tolong padanya.
Lalu dengan nabi itu, Allah menyelamatkan mereka dari kesesatan dan mengentaskan mereka dari jurang kebodohan. Kemudian Allah memutuskan agar Muhammad berjumpa dengan-Nya dan Dia ridha dengan apa yang ada padanya. Allah memuliakan Muhammad saat ia berpisah dari dunia dan mengakhiri cobaannya, dimana Dia mengangkatnya ke sisi-Nya dalam keadaan terhormat. Dan Allah meninggalkan bagi kalian para imam yang menggantikan para Nabi. Sebab, para Nabi tidak mungkin membiarkan umatnya berada dalam kesia-siaan tanpa jalan yang jelas dan tanpa seorang pembimbing yang mengurus urusan mereka."
Jadi tugas Nabi Muhammad adalah: Sebagaimana para Nabi terdahulu, seperti Nabi Nuh, Ibrahim, Luth, Ismail, Ishak, Yaqub, Musa, Daud, Sulaiman, Isa dan Nabi Muhammad saw hanya membawa satu misi yaitu mengajak umat manusia menyembah kepada Allah dan mengajak umat manusia taat kepada hukum Allah (al-Quran).
Baca juga Hal-Hal Mengenai Nabi Muhammad :
- Meneladani Perjuangan Nabi Muhammad SAW dan Para Sahabat Di Mekkah
- Meneladani Perjuangan Nabi Muhammad SAW dan Para Sahabat di Madinah
- Misi Nabi Muhammad SAW sebagai Penyempurna Akhlak Manusia
- Nabi Muhammad SAW sebagai Rahmat bagi Alam Semesta
- Diangkatnya Muhammad Sebagai Nabi dan Rasul
- Mari Mengenal Nabi Muhammad SAW
- Bentuk Rupa Nabi Muhammad SAW dalam Hadist
- Kesaksian Bahwa Muhammad Adalah Utusan Allah
Ajaran para Nabi dan Rasul tersebut yaitu: melarang menyembah berhala, melarang berbuat kejahatan kepada seluruh makhluk, melarang berzina, melarang berdusta, melarang mencaci maki, dan lain sebagainya. Begitu juga Nabi Muhammad saw mengajarkan kepada umatnya semua larangan tersebut. Sehingga tercipta kedamaian/Islam bagi yang menjalankannya.
Dan juga para Nabi serta para Rasul mengajar umatnya untuk: beribadah hanya kepada Allah, berkasih sayang kepada seluruh makhluk Allah (kecuali kepada iblis), berdermawan, menghormati kedua orang tua, dan lain sebagainya. Begitu juga Nabi Muhammad saw sama halnya dengan para Nabi dan Rasul yang lain, beliau juga mengajarkan kepada umatnya dalam semua perintah Allah tersebut. Sehingga tercipta damai sejahtera/Islam bagi yang menjalankannya.
Dan juga para Nabi serta para Rasul mengajar umatnya untuk: beribadah hanya kepada Allah, berkasih sayang kepada seluruh makhluk Allah (kecuali kepada iblis), berdermawan, menghormati kedua orang tua, dan lain sebagainya. Begitu juga Nabi Muhammad saw sama halnya dengan para Nabi dan Rasul yang lain, beliau juga mengajarkan kepada umatnya dalam semua perintah Allah tersebut. Sehingga tercipta damai sejahtera/Islam bagi yang menjalankannya.
Peranan Nabi Muhammad terhadap Al-Quran
Al-Quran secara konsisten menggunakan kosa kata tala, yutla, atlu, yatlu. Kita dapat baca ayat-ayat tersebut dalam QS. 2:129, 2:51, 3:164, 22:45, dan 62:2 serta banyak lagi lainnya. Kesemuanya memberi isyarat akan peranan Nabi Muhammad dalam mengenalkan wahyu ketuhanan ke seluruh masyarakat. Namun demikian bacaan saja di rasa belum cukup jika tak disertai perintah. Tanggung jawab Nabi Muhammad terhadap kalamullah dapat dilihat dalam ayat-ayat berikut, dimana pertama dapat dilihat dalam doa Nabi Ibrahim.
Ayat-ayat tersebut menunjukkan kepedulian Nabi Muhammad dalam merekam hafalan Al-Quran. Beliau tampak tergesa-gesa dalam melalap hafalan sebelum senyap, lidahnya sibuk mengikuti kalimat berikutnya. Ia diberi peringatan untuk tidak perlu tergesa-gesa karena semua ayat akan merasuk ke dalam hati, Allah berjanji akan memelihara Al-Quran sepanjang masa.
Ayat-ayat tersebut menunjukkan kepedulian Nabi Muhammad dalam merekam hafalan Al-Quran. Beliau tampak tergesa-gesa dalam melalap hafalan sebelum senyap, lidahnya sibuk mengikuti kalimat berikutnya. Ia diberi peringatan untuk tidak perlu tergesa-gesa karena semua ayat akan merasuk ke dalam hati, Allah berjanji akan memelihara Al-Quran sepanjang masa.
Silih Berganti Membaca Al-Quran Bersama Malaikat Jibril
Dalam memelihara ingatan Nabi Muhammad secara konstan, Malaikat Jibril berkunjung kepadanya setiap tahun. Hal ini dapat dilihat dalam hadist-hadist berikut:
Fatimah berkata, "Nabi Muhammad saw memberitahukan kepadaku secara rahasia, Malaikat Jibril hadir membacakan Al-Quran padaku dan saya membacakannya sekali setahun. Hanya tahun ini Ia membacakan seluruh isi kandungan Al-Quran selama dua kali. Saya tidak berpikir lain kecuali, rasanya, masa kematian sudah semakin dekat.
Ibn 'Abbas melaporkan bahwa Nabi Muhammad berjumpa Ramadhan hingga akhir bulan, masing-masing membaca Al-Quran silih berganti.
Abu Hurairah berkata bahwa Nabi Muhammad dan Malaikat Jibril membaca Al-Quran bergantian tiap tahun, hanya pada tahun kematiannya mereka membaca bergantian dua kali.
Ibn Mas'ud melaporkan serupa dengan di atas, dengan tambahan, "Manakala Nabi Muhammad dan Malaikat Jibril selesai membacanya, lalu memberi giliran saya membaca untuk Nabi Muhammad dan beliau memberi penghargaan akan keindahan bacaan saya.
Nabi Muhammad, Zaid bin Thabit, dan Ubayy bin Ka'b membaca secara bergiliran setelah sesi terakhir dengan Malaikat Jibril. Nabi Muhammad juga membaca di depan Ubayy dua kali dalam tahun kematiannya.
Tugas Nabi Muhammad terhadap wahyu teramat padat: beliau sangat instrumental dalam penerimaan ketuhanan (divine reception) sebagai pengawas ketepatan kompilasi, memberi keterangan yang diperlukan, pemacu masyarakat luas dalam pengenalan dan penyebarluasan, dan sebagai mahaguru para sahabat. Tentunya Allah tidak perlu turun ke bumi menjelaskan ayat ini dan hal itu dengan keterangan, adalah tugas Kami untuk menjelaskan "bukannya, "ini tugasmu Muhammad untuk memberi penjelasan," berarti Allah memberi letigimasi sepenuhnya akan kefasihan Nabi Muhammad pada seluruh ayat-ayatnya, bukan melalui perkiraan, melainkan sebagai inspirasi Allah sendiri. Adalah sama benarnya dalam masalah kompilasi Al-Quran.
Demikian pula setelah menghafalnya, tugas membaca, kompilasi, pengajaran, dan penerangan menyatu dalam tugas utama sepanjang kenabian, tugas yang beliau laksanakan penuh kesetiaan mendapat persetujuan Allah swt dalam upaya yang ia lakukan.
Oleh DR. Sukring, M.Pd.I
Fatimah berkata, "Nabi Muhammad saw memberitahukan kepadaku secara rahasia, Malaikat Jibril hadir membacakan Al-Quran padaku dan saya membacakannya sekali setahun. Hanya tahun ini Ia membacakan seluruh isi kandungan Al-Quran selama dua kali. Saya tidak berpikir lain kecuali, rasanya, masa kematian sudah semakin dekat.
Ibn 'Abbas melaporkan bahwa Nabi Muhammad berjumpa Ramadhan hingga akhir bulan, masing-masing membaca Al-Quran silih berganti.
Abu Hurairah berkata bahwa Nabi Muhammad dan Malaikat Jibril membaca Al-Quran bergantian tiap tahun, hanya pada tahun kematiannya mereka membaca bergantian dua kali.
Ibn Mas'ud melaporkan serupa dengan di atas, dengan tambahan, "Manakala Nabi Muhammad dan Malaikat Jibril selesai membacanya, lalu memberi giliran saya membaca untuk Nabi Muhammad dan beliau memberi penghargaan akan keindahan bacaan saya.
Nabi Muhammad, Zaid bin Thabit, dan Ubayy bin Ka'b membaca secara bergiliran setelah sesi terakhir dengan Malaikat Jibril. Nabi Muhammad juga membaca di depan Ubayy dua kali dalam tahun kematiannya.
Tugas Nabi Muhammad terhadap wahyu teramat padat: beliau sangat instrumental dalam penerimaan ketuhanan (divine reception) sebagai pengawas ketepatan kompilasi, memberi keterangan yang diperlukan, pemacu masyarakat luas dalam pengenalan dan penyebarluasan, dan sebagai mahaguru para sahabat. Tentunya Allah tidak perlu turun ke bumi menjelaskan ayat ini dan hal itu dengan keterangan, adalah tugas Kami untuk menjelaskan "bukannya, "ini tugasmu Muhammad untuk memberi penjelasan," berarti Allah memberi letigimasi sepenuhnya akan kefasihan Nabi Muhammad pada seluruh ayat-ayatnya, bukan melalui perkiraan, melainkan sebagai inspirasi Allah sendiri. Adalah sama benarnya dalam masalah kompilasi Al-Quran.
Demikian pula setelah menghafalnya, tugas membaca, kompilasi, pengajaran, dan penerangan menyatu dalam tugas utama sepanjang kenabian, tugas yang beliau laksanakan penuh kesetiaan mendapat persetujuan Allah swt dalam upaya yang ia lakukan.
Oleh DR. Sukring, M.Pd.I
Labels:
Pendidikan Islam
Thanks for reading Tugas Dan Peran Nabi Muhammad saw. Please share...!
0 Comment for "Tugas Dan Peran Nabi Muhammad saw"