Membahas Tentang Seputar Ilmu Agama Islam

Keistimewaan Bulan Suci Ramadhan

Sajadah Muslim ~ Rasulullah saw bersabda, “Sungguh telah datang kepadamu bulan yang penuh berkah, diwajibkan atas kamu untuk berpuasa, dalam bulan ini pintu surga dibuka, pintu neraka di tutup dan setan-setan dibelenggu.


Dalam bulan ini ada suatu malam yang nilainya sama dengan seribu bulan, maka barang siapa diharamkan kebaikannya (tidak beramal baik di dalamnya), sungguh telah diharamkan (tidak mendapat kebaikan di bulan lain seperti di bulan ini).” Dari Abu Hurairah, di riwayatkan oleh Ahmad, Nasai dan Baihaqi.

Ramadhan merupakan bulan yang memilki keutamaan seribu bulan atas bulan lainnya. Bulan yang penuh rahmat, ampunan dan pembebasan dari api neraka. Dengan demikian, sungguh sudah selayaknya umat Islam bersuka cita menyambut kedatangan bulan suci.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari, dari Abu Hurairah disebutkan, “Siapa yang menyambut kedatangan Ramadhan dengan penuh keimanan dan perhitungan, maka seluruh dosanya yang telah lalu diampuni.”

Namun mengapa Ramadhan menjadi begitu istimewa dibanding bulan lain, sehingga amal kebaikan yang biasa dikerjakan pada bulan selain Ramadhan perlu ditingkatkan dalam bulan ini? 

Pertama, di bulan ini umat Islam dibebankan kewajiban puasa. Allah mewajibkan puasa di bulan ini agar kita bisa bertaqwa dengan sesungguhnya, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 183.

Selain itu, puasa merupakan ibadah yang langsung berhubungan dengan Tuhan. Artinya, pelaksanaan ibadah ini tidak melibatkan orang lain dan tidak dapat dilihat secara kasatmata. Sulit bagi kita membuktikan bahwa seseorang diketahui sedang berpuasa, kecuali orang yang menjalaninya saja yang mengetahui hal tersebut.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah saw bersabda, “Allah Azza wa Jalla berfirman, ‘Setiap amal manusia adalah baginya (bagi manusia sendiri), kecuali puasa, karena sesungguhnya puasa adalah milik-Ku dan Akulah yang membalasnya.’ Puasa adalah perisai (dari apai neraka). Apabila seseorang berpuasa, maka janganlah berkata keji dan janganlah menghina. Jika ia dicaci atau diajak bertengkar (dimusuhi), hendaklah ia katakan  sesungguhnya aku sedang puasa.’ Demi Allah yang menguasai diri Muhammad, sungguh bau mulut orang yang berpuasa itu di sisi Allah kelak pada hari Kiamat lebih harum dari pada bau misik (minyak wangi/kesturi). Orang yang berpuasa mendapat dua kesenangan ketika berbuka ia merasa senang dan ketika bertemu Tuhan-Nya ia merasa senang, karena pahala puasanya.” (HR. Bukhari)
Di bulan ini bukan saja seseorang dilarang untuk makan dan minum (sebelum waktu berbuka tiba), tapi juga segala amal keburukan yang tidak nampak secara kasatmata, seperti ghibah (menggunjing), dusta dan perbuatan buruk lainnya, juga dilarang karena hakikatnya bisa membatalkan puasa.

Kedua, di bulan inilah kitab suci al-Qur’an. Pedoman umat Islam, diturunkan. Begitu pula dengan malam Lailatul Qadar, malam mulia itu turun pada bulan Ramadhan. “Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).” (QS. Al-Baqarah ayat 85).

Banyak orang bersuka cita menyambut kedatangan bulan penuh berkah ini. Tentunya, rasa syukur itu harus  diimbangi dengan kualitas ibadah. Jika ibadah yang biasa kita lakukan sebelum Ramadhan hanya sebatas menunaikan yang wajib, maka di bulan suci ini kita dapat menambahkan dengan amalan sunah, misalnya, terasa sia-sia rasanya bila amalan yang memiliki ganjaran berlipat untuk setiap kebaikan, tidak dimanfaatkan dengan  menambah amal saleh. Tetapi bukan berarti ganjaran yang berlipat ini malah akan menjadikan kita “tidak ikhlas” menjalankan ibadah.

Sekilas muncul kesan bahwa peningkatan amal kebaikan itu lantaran adanya ‘garansi’ pahala yang berlipat. Padahal tidak demikian. Sebaliknya, dengan adanya ‘bonus’ ini dimaksudkan agar  umat Islam termotivasi meningkatan dan menyeramakkan ibadahnya di bulan suci. Suka cita menyambut Ramadhan di sini bukan sekedar bergembira dengan tradisi khusus  yang tidak ditemukan pada bulan  lainnya. Seperti tradisi berbuka dengan hidangan khas yang beraneka ragam, ngabuburit, dan tradisi lainnya yang biasa dijumpai khusus pada bulan ini saja. Kita kadang sering terlena dengan tradisi khusus yang terjadi di bulan ini dan melupakan hakikat kehadirannya dengan mengisi ibadah sebanyak-banyaknya.

Gambaran  keutamaan itu juga diungkap dalam hadits lainnya. Rasulullah saw bersabda, “Tatkala datang malam (awal) bulan Ramadhan, seluruh pintu neraka ditutup sementara seluruh pintu surga terbuka, dan dalam bulan ini setan dibelenggu. Dan dalam bulan ini ada malaikat yang selalu menyeru, ‘Wahai orang yang selalu mencari/beramal kebaikan bergembiralah Anda. Dan wahai orang-orang yang mencari/berbuat kejelekan berhentilah (dari perbuatan jahat)’ Seruan ini terus didengungkan sampai akhir bulan Ramadhan.” (HR. Ahmad dan Nasai).

Kendati demikian, keistimewaan ini tidak akan bernilai jika kita tidak pernah mengupayakan menambah amal shaleh dengan sesungguhnya dan sebaik-baiknya. Tidak cukup dengan menambah amal shaleh saja, kita pun harus berusaha menghindari perbuatan maksiat dan dosa, baik dosa besar maupun dosa kecil. Jangan terlena dengan dosa-dosa kecil yang kelak akan mengaburkan amalan shaleh yang kita kerjakan.

Rasulullah saw. Bersabda, “Shalat lima waktu, shalat Jum’at sampai shalat Jum’at berikutnya, puasa Ramadhan sampai puasa Ramadhan berikutnya, adalah menutup dosa-dosa (kecil) yang diperbuat diantara keduanya, bila dosa-dosa besar dijauhi.” (HR. Muslim).

Sumber : Majalah Hidayah
Labels: Puasa Zakat

Thanks for reading Keistimewaan Bulan Suci Ramadhan. Please share...!

0 Comment for "Keistimewaan Bulan Suci Ramadhan"

Back To Top