Haji Adalah Ibadah Pembebasan Diri
Cendekiawan muslim Iran kontemporer, Ali Syariati, berpandangan bahwa haji bukanlah sekadar ritual wisata tanpa makna. Haji adalah merupakan sebuah langkah maju untuk menuju ‘pembebasan diri’, yaitu bebas dari penghambaan kepada tuhan-tuhan palsu menuju penghambaan kepada Tuhan Yang Sejati. Haji merupakan kepulangan manusia kepada Allah swt, yang mutlak, yang tidak memiliki keterbatasan dan yang tidak diserupai oleh sesuatu apapun. Kepulangan kepada Allah swt, adalah merupakan gerakan menuju kesempurnaan, kebaikan, keindahan, kekuatan, pengetahuan, nilai dan fakta-fakta.
Allah, Memuliakan Orang Wukuf di Arafah
Disebutkan dalam hadits Qudsi, bahwa Allah berfirman: “Lihatlah kepada hamba-Ku di Arafah, yang lesu dan berdebu. Mereka datang kesini dari penjuru dunia. Mereka datang memohon rahmat-Ku sekalipun mereka tidak melihatku. Mereka minta perlindungan dari azab-Ku, sekalipun mereka tidak melihat Aku”. Ini menunjukan bahwa Allah swt, memang sangat memuliakan hari Wukuf dan orang-orang yang sedang melakukan wukuf di padang Arafah. Nabi Muhammad saw bersabda: “Dia (Allah) mendekat kepada orang-orang yang di Arafah. Dengan bangga Dia bertanya kepada para malaikat, apa yang diinginkan oleh orang-orang yang sedang wukuf itu?”
Makna dan Filosofi Mengenakan Kain Putih Ihram
Makna dan Filosofi mengenakan kain Ihram sangat intepretatif tergantung dari sisi mana kita melihatnya. Menurut KH. Rusli Amin, MA, pakaian ihram yang berwarna putih itu antara lain melambangkan kesucian manusia, terutama kesucian tauhid. Selain itu, mengenakan kain ihram juga melambangkan keserhanaan dalam hidup ini. Berihram berarti meninggalkan segala perhiasan dunia, yang disimbolkan dengan menanggalkan pakaian sehari-hari. Berihram menjadi simbolisasi dari persamaan manusia di hadapan Allah. Tidak ada perbedaan antara sesama hamba kecuali karena takwanya kepada Allah.
Arti Tujuh Putaran Dalam Ibadah Thawaf
Ritual Thawaf menjadi bagian yang penting dalam perjalanan ibadah ke Tanah Suci. Berkeliling Ka’bah sebanyak 7 (tujuh) kali dengan dimulai dari garis lurus sejajar hajar Aswad dengan putaran ke-kiri. Lalu kenapa harus 7 (tujuh) kali?. Di samping tujuh putaran adalah tuntunan yang diajarkan oleh Rasulullah saw. Nabi kekasih Allah yang bermakna, mencintainya merupakan bentuk kecintaan kepada Allah, namun lebih jauh, angka tujuh itu merupakan hal istimewa. Angka kesempurnaan dalam perwujudan cinta kepada Allah, kesempurnaan waktu dalam tujuh hari, kesempurnaan lapisan langit dan bumi, dan kesempurnaan penciptaan alam sebagai makhluk-Nya.
Orang Pertama yang Menetap dan Menghuni Kota Madinah
Kota Madinah sebelumnya bernama Yatsrib. Menurut riwayat, orang pertama yang menghuni Yatsrib setelah banjir dan badai topan besar yang menimpa umat Nabi Nuh adalah Qainah bin Mahla Beli bin ‘Ubail. Ia merupakan keturunan Nabi Nuh as. Di riwayatkan pula bahwa orang pertama yang membangun pemukiman secara permanen, menebar benih dan menanam tanaman di Kota Yatsrib adalah Al-Amalik Banu ‘Amlak bin Arfakhsyuz bin Sam. Diantara mereka yang menetap adalah Banu Haf dan Banu Mathruwi. Mereka inilah yang kemudian menjadi nenek moyang bangsa Arab.
Lahan Masjid Nabawi Milik Dua Anak Yatim
Tanah Masjid Nabawi, semula adalah sebuah lahan untuk mengeringkan korma milik dua orang anak yatim yang berada dalam asuhan As’ad bin Zararah Al-Anshari. Kedua anak yatim itu adalah Suhail dan Sahal bin Nafi’ bin Umar bin Tsa’labah bin an-Najjar. Lahan itu kemudian dijual kepada Nabi Muhammad untuk membangun masjid. Semula di atas lahan itu ada pohon-pohon kurma dan kuburan orang-orang musyirik serta puing-puing. Lalu Rasulullah memerintahkan sahabat untuk menebang pohon kurma dan menggali kuburan dan meratakannya sehingga lahan itu menjadi rata.
Miqat Makani, Batas Akhir Kehidupan
Miqat Makani adalah tempat di mana ritual ibadah haji dimulai. Setiap perbedaan status sosial harus ditanggalkan di empat itu. Semua harus memakai pakaian yang sama, yaitu pakaian serba putih. Pengaruh-pengaruh psikologis dari pakaian harus ditanggalkan. Semua merasa dalam satu kesatuan dan persamaan, di Miqat ini, apapun ras dan suku harus dilepaskan. Semua pakaian yang dikenakan sehari-hari yang membedakan harus ditinggalkan. Di Miqat, para jamah haji laki-laki mengenakan dua helai pakaian yang berwarna putih-putih. Ini adalah simbol tempat mengakhiri perjalanan hidup di dunia. Mereka akan meninggalkan kehidupan di dunia di Miqat Makani.
Ka’bah Pusat Tata Surya Kehidupan
Ka’bah, yang dikunjungi para jamaah haji, mengandung pelajaran yang amat berharga dari segi kemanusiaan. Di sana terdapat Hijr Ismail yang arti harfiahnya pangkuan Ismail berada. Disanalah Ismail, putra Nabi Ibrahim, pernah berada dalam pangkuan ibunya yang bernama Hajar, seorang wanita hitam, miskin, bahkan budak, yang konon kuburannya pun di tempat itu. Quraish Shihab menjelaskan bahwa Ka’bah itu adalah merupakan lambang dari wujud dan keesaan Allah. Bertawaf di sekelilingnya melambangkan aktivitas manusia yang tidak pernah lepas dari-Nya. Ka’bah bagaikan matahari yang pusat tata surya dan dikelilingi oleh planet-planetnya.
Bila Mati Ketika Sedang Melakukan Ihram
“Barangsiapa meninggal dunia ketika sedang berihram (muhrim), maka akan dibangkitkan (di hari akhirat) dalam keadaan sedang membaca talbiyah.” Makna ‘dibangkitkan’ di sini mengandung arti bahwa seseorang yang mati ketika sedang mengerjakan suatu kebaikan maka ia akan dibangkitkan dalam keadaan tersebut. Orang yang meninggal di saat sedang menjalankan ihram di tanah suci akan dibangkitkan di hari kiamat, dengan kondisi pakaian seperti ia sedang melakukan ihram. Ini merupakan keistimewaaan yang Allah berikan kepada mereka.
Bangunan Ka’bah Awalnya Punya Dua Pintu
Ka’bah punya dua pintu. Pintu yang menyentuh tanah di sebelah barat, untuk jalan keluar. Pintu sebelah timur untuk masuk. Kaum Quraisy menutup pintu bagian barat. Pintu bagian timur lalu ditinggikan dan daun pintunya dibuat 2 (dua) bagian. Siti Aisyah bertanya kepada Nabi: “Mengapa pintu ditinggikan?” Rasulullah menjawab, “Kaum-Mu yang melakukannya, agar dapat memasukkan siapa saja semuanya. Jika saya tidak khawatir hati mereka akan menyimpang karena baru keluar dari zaman Jahiliyah, maka saya akan membuatkan tembok dalam ka’bah itu, dan menyentuhkan pintunya ke tanah.”
Siapakah yang Memegang Kunci Ka’bah ?
Kunci Ka’bah mulanya dipegang oleh Nabi Ismail. Lalu diwariskan kepada putranya Tsabit, lalu kepada anak-anaknya, lalu sampai ke Khaza’ah hingga Qusai ibnu Kilab, kakek keempat Nabi Muhammad. Pada tahun 8 Hijiriayah, di saat pembebasan Kota Makkah, kunci Ka’bah dipegang oleh Usman ibnu Thalhah. Setelah Usman ibnu Thalhah wafat, kunci lalu diwariskan turun-temurun kepada keturunannya. Kunci sekarang ini berada di tangan Bani Syaibah. Disimpan di dalam tas yang terbuat dari sutera yang dihias dengan emas murni yang dibuat oleh pabrik kiswah. Di atasnya tertulis QS. an-Nisa’ ayat 58.
Gembok Pintu Ka’bah Dibuat pada Tahun 1399 H
Gembok Ka’bah yang kini bisa kita saksikan di pintu Ka’bah merupakan barang lama. Namun, usianya tak setua bangunannya. Sebab, benda tersebut dibuat di masa pemerintahan Khalid ibn Abdul Aziz, yaitu sekitar satu abad silam. Gembok tersebut dibuat pada tahun 1399 H. Panjangnya sekitar 34 cm, dan lebar 6 cm pada setiap sisinya. Pada bagian gembok tertulis kalimat “Shuni a fi ahd Khalid ibnu Abdul Aziz Alu Saud sanah 1399 H”. (Di buat pada masa pemerintahan Khalid ibnu Abdul Aziz dari keluarga Saud tahun 1399 H. Tulisan tersebut tertera pada lempengan tembaga kuning.
Tulisan pada Kiswah Ka’bah Disepuh Emas
Kiswah adalah kain warna hitam yang melapisi Ka’bah, yang terbuat dari bahan sutera murni dengan tulisan aksara Arab yang dirajut timbul dari benang perak yang disepuh dengan emas. Kiswah Ka’bah selalu diperbaharui setiap tahun pada tanggal 9 Dzulhijah. Kiswah Ka’bah terdiri 5 potong kain, 4 potong kain menutupi antara sudut ke sudut yaitu sudut Yaman ke sudut Hajar Aswad, sudut Hajar Aswad ke sudut Syami, sudut Syami ke sudut Iraqi, sudut Iraqi ke sudut Yamani. Sedangkan 1 potong kain lagi untuk menutupi sisi pintu ka’bah, yaitu sisi multazam.
Lafal Arab pada Kiswah di Sisi Multzam
Lafal Arab yang terdapat pada Kiswah merupakan ayat al-Quran. Ada tiga ayat dalam Surat al-Baqarah. Diantaranya berisi tentang seruan Allah agar menjadikan Ka’bah sebagai tempat yang aman dan seruan Allah kepada Nabi Ibrahim dan Ismail untuk senantiasa menjaga Ka’bah (QS. Al-Baqarah ayat 125) Ayat berikutnya tentang kisah Nabi Ibrahim dan Ismail yang telah membina dasar-dasar keimanan (QS. Al-Baqarah ayat 127) Berikutnya tentang doa agar Allah menjadikan.
Air Zamzam Mengenyangkan Perut Selama 30 Hari
Di riwayatkan dalam Sahih Muslim, Nabi bertanya kepada Abu Dzar, yang telah tinggal selama 30 hari siang malam di sekitar Ka’bah tanpa makan-minum, selain air zamzam. “Siapa yang telah memberimu makan?” Saya tidak punya apa-apa kecuali air zamzam ini, tapi saya bisa gemuk dengan adanya gumpalan lemak di perutku”. Abu Dzarr menjelaskan, “Saya juga tidak merasa lelah atau lemah karena lapar, dan tak menjadi kurus.” Tambah Abu Dzarr, lalu Nabi saw menjelaskan: “Sesungguhnya, air zamzam ini air yang sangat diberkahi, ia adalah makanan yang mengandung gizi.”
Kisah Air Zamzam Menyembuhkan Bisul di Mata
Yusria Abdel-Rahman Haraz, dari negeri Arab, mengatakan bahwa ia terserang penyakit “bisul” di matanya. Sakitnya bukan main, tak bisa disembuhkan dengan obat. Dia hampir mendekati buta. Seorang dokter terkenal menasehati dia untuk diinjeksi dengan obat khusus, yang mungkin bisa menyembuhkan sakitnya, tapi efek sampingnya bisa membuat dia buta selamanya. Dia lalu pergi melaksanakan umrah. Di Baitullah dia melakukan tawaf lalu tinggal lebih lama di lokasi air zamzam. Dia terus membasuh kedua matanya yang sakit. Ketika dia kembali ke hotel, aneh kedua matanya yang tadinya sakit menjadi sembuh, dan bisulnya berangsur hilang sakitnya dan sembuh.
Kota Mina, Kota Pengharapan Nabi Adam As
Mina adalah sebuah hamparan padang pasir yang panjangnya sekitar 3,5 km, yang terletak di kawasan berbukit-bukit antara kota Makkah dan Muzdalifah. Oleh orang-orang Arab, Mina disebut dengan nama Muna yang berarti pengharapan. Menurut riwayat, di Mina inilah hati Nabi Adam As dibisiki bahwa dia memperoleh harapan, setelah 200 tahun berpisah akan bertemu dengan istrinya, Siti Hawa. Dan dengan izin Allah swt, beberapa hari kemudian Nabi Adam As memang benar-benar bertemu dengan Siti Hawa yaitu di Jabal Rahmah, sebuah bukit yang kecil di sekitar Padang Arafah.
Oleh Uup Gufron
Labels:
Ibadah Haji
Thanks for reading Keutamaan Ibadah Haji dan Keajaibannya. Please share...!
0 Comment for "Keutamaan Ibadah Haji dan Keajaibannya"