Membahas Tentang Seputar Ilmu Agama Islam

Ramadhan Dan Totalitas Kebaikan

Sajadah Muslim ~ Ada banyak warna dalam kehidupan manusia, semua itu penuh makna yang berbeda. Ada hikmah di setiap masalah, ada pelajaran di segenap kejadian. Untuk itu Allah berpesan kepada orang yang beriman agar tidak kehilangan semangat, apalagi sampai putus asa dalam hidupnya. Justru ia harus bergembira atas limpahan nikmat yang begitu sarat.


Sebab, ia  mungkin ditakdirkan melakoni satu warna tertentu sementara waktu, tapi yakinlah, bila tiba masanya, warna itu akan berubah, namun tetap dengan keindahan yang sama.

Bahkan boleh jadi ia lebih indah dari yang dibayangkan manusia. Ia hanya butuh kesabaran untuk menikmati proses dan warna yang dijalani sekarang ini.

Kaitan dengan bulan Ramadhan, hari-hari penuh dengan nikmat tersebut adalah satu warna terbaik yang dipunyai garansi itu, berbeda dengan waktu sebelumnya apapun semuanya akan melimpah.

Ada kucuran barakah, rahmat, ampunan, hingga janji pembebasan dari api neraka. Ini berlaku khusus hanya di bulan Ramadhan tersebut dan diperuntukkan bagi umat manusia yang bertaqwa, beriman dan beribadah untuk melaksanakan perintah Allah SWT.

Untuk itu lebih jauh, ada pelajaran menarik dari kisah Ashabul Ukhdud (Para Penggali Parit), yakni parah pembesar najran di Negeri Yaman. Disebutkan rezim zalim tersebut sengaja menggali parit untuk mengelilingi kota sekadar untuk menceburkan orang-orang beriman ke dalam lautan api yang sedang berkobar didalam galian itu. Tak ada alasan, selain karena orang-orang itu memiliki keyakinan tauhid kepada Allah.

Allah berfirman: “Sungguh orang-orang yang mendatangkan cobaan (berencana membunuh dan menyiksa) orang-orang beriman laki-laki dan perempuan lalu mereka tidak bertaubat (QS. Al-Buruj [85] ayat 10).

Sampai di sini mari cermati ayat di atas, ternyata telah menceritakan peristiwa sadis itu, disana ada motivasi sekaligus gambaran Maha Pengasih Allah dengan rahmat dan ampunan-Nya, yang begitu luas.

Maka tetaplah berdo’a dan memohon ampun kepada Allah. Dialah Pemilik surga yang luasnya sebentang langit dan bumi, Allah tak pernah tidur dan terus membentangkan tangan-Nya, mengampuni siapa saja yang datang untuk bertaubat kepada-Nya.

Maka jika ampunan itu masih juga ditawarkan kepada yang baru saja berbuat kejahatan dan menyiksa orang beriman, lalu kenapa ada seorang Muslim yang masih galau dalam hidupnya? Padahal dirinya hidup bersama dengan orang-orang shaleh di sekitarnya?

Ramadhan Hari-nya Al-Qur’an

Masih soal motivasi tentang bulan Ramadhan dan prestasi ibadah di dalamnya Khusus Al-Qur’an, kitab suci ini memang penuh dengan kisah-kisah mukjizat. Sebut saja apa yang menimpa Walid bin Mughirah, tokoh bangsawan Quraisy Mekkah dari kalangan Bani Makhzun. Sebagai tokoh penentang dakwah Islam, nyatanya berkali-kali kedapatan terciduk sedang mengintip dan menyimak diam-diam bacaan Al-Qur’an Rasulullah dan para sahabatnya.

Apapun alasannya, jelasnya Al-Qur’an memang luar biasa. Ia  mukjizat yang sengaja Allah turunkan dari langit. Wahyu itu asli. Kalam Ilahi, bukan buatan Nabi apalagi kerjaan manusia biasa. Ini yang kadang tak dimengerti oleh orang-orang yang mengaku pintar tapi masih saja terus mengusik atau mengutak atik isi Al-Qur’an.

Untuk itu disayangkan bagi seorang Muslim yang masih saja lalai dari membaca Al-Qur’an. Sebab wahyu tersebut bukan saja berisi jaminan limpahan rahmat atau luapan barakah, tapi sekaligus panduan universitas tentang cara menapaki jalan kehidupan.

Ada banyak manusia yang pernah hidup di dunia ini, tapi tak semua bisa selamat dalam kehidupan dan kematiannya. Ada yang meraih bahagia, namun ada banyak yang mengalami kesengsaraan dan celaka dalam hidupnya.

Kenapa demikian? Bacalah Al-Qur’an, disana orang itu bisa temukan jawabannya. Bahwa yang mengikuti petunjuk Tuhan dan manuruti tuntunan Nabi dijamin bisa bahagia, dengan seizin-Nya tentu saja.

Membaca Al-Qur’an selalu ada motivasi yang didapatkan itu untuk menunjukkan bahwa Al-Qur’an bukanlah beban atau aturan yang memasung kebebasan manusia. Sebaliknya Al-qur’an dalah hiburan yang bisa melapangkan hati, mendamaikan jiwa, bahkan bisa mengobati raga manusia sekalipun.

Faqrsu ma tayassara minal Qur’an. Bacalah (dari Al-Qur’an), apa yang mudah bagi kalian. Demikian perintah Al-Qur’an, jadikan Al-qur’an sebagai kesenangan dan kenikmatan dalam setiap waktu dan keadaan. Ayat apapun, surah apaun, semua baik untuk dibaca dan direnungi. Apalagi di bulan suci Ramadhan saat-saat yang sarat dengan barakah dan waktu dikabulkannya do’a.

Andai belum sempat, luangkan waktu sekadar mendengar dan menyimak Al-Qur’an, “Fastami’u lahu wa anshitu iqallakum turhamun”. Ini jaminannya, Orang  itu bakal mendapat kucuran rahmat dari Allah.

Padahal hanya sekedar diam dan menyimak saja, tanpa berbuat apa-apa selain itu, lagi-lagi di bulan Ramadhan tak ada alasan untuk membiarkan waktu berlalu tanpa kucuran rahmat sedikitpun, inilah saat terbaik bagi umat muslim.

Inilah yang pernah terjadi pada sebagian tokoh Quraisy Mekkah saat itu. Mereka rela mempertaruhkan gengsi dan kehormatan mereka, kalau-kalau kedapatan sedang diam-diam menikmati bacaan yang memang bukan sembarang huruf-huruf tersebut.

Sebab nyatanya, mendengarnya pun sudah ada jaminan rahmat dan ketenangan yang bakal memenuhi jiwa-jiwa kerontang mereka.

Tentu saja, yang paling ideal adalah mempelajari dan mengamalkan Al-qur’an. Membacanya dengan penuh sungguh-sungguh hingga memperhatikan setiap huruf-huruf dan kata-kata di dalamnya (Yatiuna haqqa tilawah). Karena tak ada secuilpun dari Al-qur’an kecuali ia adalah mukjizat Allah. Jadi sudahkah kalian membaca Al-qur’an hari ini? Apa lagi di bulan Ramadhan ini diturunkannya Al-Qur’an.

Raih Untung dengan Istighfar

Ramadhan sungguh satu keberuntungan yang nyata bagi orang beriman. Betapa tidak saat jiwa mulai meranggas kerontang dengan kesibukan dunia, ada Ramadhan yang mengguyur dahaga itu semua. Bak oase ditengah padang pasir. Keberadaannya begitu dinanti, ia dicari bahkan diburu.

Ramadhan adalah masa yang semua orang terpanggil untuk bermuhasabah diri. Rangkaian ibadah-ibadah di bulan Ramadhan menjadi perantara untuk kian dekat dengan Allah.

Bahkan mereka sampai rela meninggalkan aktivitas makan, minum dan larangan lainnya di siang hari, semata untuk menegakkan ketaatan dan penghambaan kepada Allah Ta’ala.

Di contohkan oleh Nabi, seluruh aktivitas pun menjadi ibadah dan amal shaleh. Tak ada  waktu kecuali diisi dengan istighfar untuk memohon ampun kepada Allah. Maka beruntunglah orang yang menjumpai catatan amalan-nya istighfar yang banyak.

Kabar gembira sekaligus perintah ini disampaikan oleh Baginda Nabi Muhammad Saw seperti diriwayatkan oleh imam al-Bukhari. ”Demi Allah, aku sungguh beristighfar pada Allah dan bertaubat pada-Nya dalam sehari lebih dari 70 kali.”

Mengapa istighfar? Kenapa bukan yang lain? Sebab istighfar adalah kebutuhan bagi manusia yang hidupnya melekat dengan dosa yang pekat. Istighfar adalah terapi manjur bagi pribadi jujur termasuk untuk mereka pegiat ketaatan dan kebaikkan. Istighfar juga adalah obat bagi segala persoalan yang mendera.

Ini bisa dibaca untuk mengundang hujan, menghentikan kemarau dan paceklik yang tak berkesudahan. Istighfar bisa dipakai untuk mereka yang rindu dibuahi keturunan yang shaleh dan shalehah. Istighfar sangat cocok untuk mereka yang ingin diperbanyak harta dan kebun-kebun yang lebat.

Kalimat ajaib ini juga sangat pas pula untuk menenangkan hati seseorang yang sedang gundah.

Cukup? Oh, belum wahai sahabatku, masih ada selaksa lebih faidah dari permohonan ampun kepada Allah, tersebut Ibnu Taimiyah, berkata dalam kumpulan fatwanya, seorang hamba butuh kepada istighfar siang dan malam. 

Bahkan sangat mendesak untuk senantiasa membasahi lidahnya dengan bacaan istighfar pada setiap ucapan dan keadaan, dalam keadaan sendiri atau di hadapan banyak orang.

Mengapa demikian? Karena istighfar mengandung maslahat yang sangat banyak, menghadirkan kebaikkan dan mencegah keburukan. Seorang hamba melalui istighfar, bisa meminta tambahan kekuatan dalam amalan hati, fisik, keyakinan dan keimanan.

Hebatnya lagi, istighfar bukan melulu bicara keburukan atau dosa, kebaikan pun butuh istighfar. Usai shalat, orang itu masih diminta untuk beristighfar, setelah wudhu, bubar dan majelis ilmu dan seterusnya.

Apa pasal? Sebab amal manusia itu tak pernah sempurna, ia begitu dekat dengan kekurangan dan kecerobohan. Ia adalah rambu yang menahan manusia dari sikap sombong dan bangga terhadap diri sendiri. Mengingatkan akan hakikat dirinya selaku hamba di hadapan Tuhan-Nya.

Syukurnya, ada bulan Ramadhan yang senantiasa menghampiri, di sana ada tawaran rahmat, ampunan dosa dan pembebasan dari api neraka. Ini tentu hanya berlaku bagi mereka yang mau beristighfar dan bertaubat kepada-Nya.

Sumber: Majalah Mulia, Berbagi Kemuliaan Hidup

Labels: Puasa Zakat

Thanks for reading Ramadhan Dan Totalitas Kebaikan. Please share...!

0 Comment for "Ramadhan Dan Totalitas Kebaikan"

Back To Top