Membahas Tentang Seputar Ilmu Agama Islam

MANUSIA DAN RELASI SOSIAL DALAM ISLAM BAGIAN 3

Dampak Psikologi Kenapa Nabi Melarang Marah

Nabi bersabda; “Jangan marah, Jangan marah, jangan marah.” (HR. Al-Bukhari) Terbukti  secara ilmiah bahwa kemarahan sebagai salah satu bentuk emosi kejiwaan, memiliki pengaruh yang besar pada jantung orang yang marah. Reaksi dari kemarahan itu membuat jumlah detak jantung meningkat berkali lipat dalam satu menit. Dengan hal itu meningkatlah jumlah darah yang dipompa oleh jantung atau yang keluar dari jantung menuju  pembuluh darah. Dengan demikian semakin terbebani  karena  dia dipaksa  untuk  meningkatkan pekerjaannya melebihi batasan biasanya.

Alasan Pelarangan Melakukan Praktik Aborsi

“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya).” (QS. Al-Israa ayat 33). Aborsi merupakan bentuk pembangkangan dan perlawanan terhadap kehendak Allah dalam proses penciptaan makhluk. Menurut Dr. Ali Syahwan, dalam al-Ijhaadh Baina ath-Thibbi wa asy-Syar’i, 15 % dari  kasus aborsi mengakibatkan timbulnya penyakit lain. Rahim terkoyak sehingga secara otomatis akan terjadi keguguran pada  kehamilan berikutnya. Rahim pecah, tidak kurang dari 0,5% kasus, sehingga dapat  membahayakan usus dan isi perut lainnya.

Perbedaan Munafik di Zaman Nabi dan Sekarang

Ibnu Taimiyah berkata; “Sebagian orang mengira kemunafikan hanyalah ada di zaman Rasulullah saw saja, tidak ada kemunafikan setelah zaman beliau. Ini adalah prasangka yang salah. Hudzaifah ra berkata; ‘Kemunafikan pada zaman ini lebih dahsyat dari  kemunafikan di zaman Rasulullah saw. Mereka berkata, ‘Bagaimana (bisa dikatakan demikian)? Beliau menjawab ‘Orang-orang munafik di zaman Rasulullah saw menyembunyikan kemunafikan mereka. Adapun sekarang, mereka (berani) menampakkan kemunafikan mereka.”

Bahaya Menunda Pekerjaan Menurut Ulama

Menunda-nunda kebaikan dan sekedar berangan-angan  tanpa realisasi, kata Ibnu Qayyim, adalah dasar dari kekayaan orang-orang yang bangkrut. Kata dia ”Sekedar berangan-angan (tanpa  realisasi) itu adalah dasar dari harta orang-orang  yang bangkrut.” Sya’ir Arab juga  menyebutkan, “Janganlah engkau menunda-nunda amalan hari ini hingga besok. Seandainya besok  itu tiba,  mungkin saja engkau  akan kehilangan.” Hasan Bashri berkata, Sesungguhnya manusia hanyalah kumpulan hari, tatkala satu hari hilang , maka hilang pula sebagian dirinya.”

Siapakah Orang Kuat Menurut Nabi Muhammad ?

Dalam  sebuah hadits yang shahih, Rasulullah bersabda, “Bukanlah orang kuat (yang sebenarnya) dengan (selalu mengalahkan lawannya dalam) pergulatan (perkelahian), tetapi tidak lain orang kuat (yang sebenarnya) adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah.” Imam al-Munawi berkata, “Barangsiapa yang mampu mengendalikan dirinya ketika itu maka sungguh dia (mampu) mengalahkan musuhnya yang paling kuat dan paling berbahaya (hawa  nafsunya)”.

Orang Kaya yang Sejati Menurut Rasulullah Saw

Rasulullah bersabda, “Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya kemewahan dunia (harta), tetapi kekayaan (yang hakiki) adalah kekayaan (kecukupan) dalam jiwa (hati).” Hadits Nabi  lain menyebutkan. “Sungguh sangat beruntung seorang yang masuk Islam, lalu mendapatkan rezeki yang secukupnya dan Allah menganugerahkan kepadanya sifat qana’ah dengan rezeki yang Allah berikan kepadanya”. Ia kata Nabi, termasuk orang yang qana’ah, dan kelak meraih kebaikan di dunia dan di akhirat.

Bulu-Bulu yang Harus Dicukur

Ada beberapa bulu dan bagian yang harus dibersihkan dan dicukur. Dari Aisyah, Nabi bersabda, “Sepuluh perkara dari fitrah, yaitu menggunting kumis, menurunkan  sedikit jenggot, bersikat gigi, berkumur-kumur dan menghisap air ke dalam hidung, memotong kuku, membasuh lipatan-lipatan anak jari, lipatan-lipatan telinga, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu-bulu air, beristinja, dan saya telah lupa yang kesepuluh, mungkin  berkumur-kumur. “ (HR. Ahmad, Muslim, an-Nasai dan at- Tirmidzi).

Peringatan Saat Nongkrong di Pinggir Jalan

Abu  Said Alkhudri,  menyatakan  bahwa Rasul  bersabda, “Berhati-hati lah kamu dari duduk-duduk di pinggir jalan.” Sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, kami tidak dapat meninggalkan  tempat duduk-duduk, kami bercerita-cerita (ngobrol),” maka sabda Nabi. “Adapun jika kamu tidak dapat meninggalkannya, maka berilah hak jalan itu.” Sahabat bertanya, “Apakah haknya?” jawab Nabi, “Memejamkan mata, menahan gangguan, menjawab  salam, menganjurkan kebaikan, dan mencegah kejahatan.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Husna Dzon dapat Mencegah Gejala Stres

Dr. Barnard, penulis buku 50  Ways to  Healty Heart, menyebutkan bahwa selalu berpikir positif kepada Tuhan adalah cara untuk mencegah agar seseorang terhindar dari gejala stres. Sebab kalau seseorang berpikir negatif, maka ia akan mudah terkena stres ketika  mendapat  tekanan persoalan. Apapun  yang  menimpa  seorang  hamba pada hakikatnya adalah untuk kebaikan dirinya. Di mata manusia, ujian mungkin dipandang sebagai tidak  berpihakan, Tuhan padanya. Padahal, di mata Allah itu untuk kebaikannya sendiri.

Tidak Ada Sedih Tanda Matinya Hati

Ibnu Athaillah,  dalam Kitab al-Hakim menjelaskan bahwa salah satu tanda matinya hati adalah hilangnya rasa sedih dalam hati. Kata dia. “Diantara tanda-tanda hati yang mati, ialah tidak ada rasa sedih dalam hati, apabila telah kehilangan kesempatan untuk melakukan taat kepada Allah, tidak juga menyesal atas perbuatan (kelalaian) yang telah dilakukannya.” Dia menambahkan, “Barangsiapa merasa senang menjalankan kebaikan, dan merasa sedih menjalankan kejahatan, maka ia adalah orang  yang beriman.”

Hal Terburuk  Milik Manusia Adalah Berduka

Abu Abdullah ar-Ramli berkata, “Aku pernah bermimpi bertemu Mansur ad-Dainri, aku bertanya kepadanya; “Apa yang telah diperbuat Allah terhadapmu”? ia menjawab,” Dia telah mengampuniku, merahmatiku  dan memberiku apa yang tidak  pernah aku angankan.” Aku bertanya lagi. Apakah hal terbaik yang dipersembahkan seorang hamba kepada Allah ? Ia menjawab. “Sikap shidiq (jujur), sedangkan hal terburuk yang dipersembahkan kepada-Nya adalah sikap berdusta. “Abu Sulaeman berkata, “Jadikanlah sifat shidiq sebagai kendaaraanmu, kebenaran sebagai pedangmu, dan Allah sebagai puncak pencarimu.”

Awal Kebiasaan Merokok pada Manusia

Menurut Wikipedia, sebuah ensiklopedi umum, manusia di dunia yang merokok untuk pertama kali adalah suku bangsa Indian di Amerika, untuk keperluan ritual seperti memuja  dewa atau roh. Pada abad ke-16, ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika, sebagian dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba menghisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke wilayah Eropa. Lalu kebiasaan merokok mulai muncul dikalangan bangsawan Eropa pada abad ke-17 para pedagang Spanyol masuk ke Turki dan saat itu kebiasaan merokok mulai masuk negara-negara Islam di dunia.

Suci Saat Tidur Didoakan Malaikat

Orang tidur dalam keadaan suci atau tengah dalam kondisi berwudhu akan didoakan para malaikat. Tidurnya diberkahi sampai ia terbangun kembali. Ia memperoleh kebaikan selama masa tidurnya. Hadits dari Abdullah bin Umar menyebutkan bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berada, ‘Ya Allah ,ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci.” (Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani  dalam Shahih At Targhib wat Tarhib 1/37).

Harta Tak Susut Karena Sedekah

Rasulullah sangat menganjurkan umatnya agar senantiasa rajin bersedekah. Rasul bersabda, “Harta tidak akan berkurang dengan disedekahkan.” Imam An-Nawawi menjelaskan, bahwa hadits ini mengandung dua pengertian. Pertama, sedekah itu diberkahi (di dunia) dan karenanya seseorang akan terhindar dari kemudharatan dalam hidupnya. Orang bersedekah akan senantiasa  dilindungi oleh Allah. Dan kedua, pahalanya tidak akan berkurang di akhirat, bahkan dilipat gandakan hingga kelipatan yang sangat banyak dan tak terhingga. Hartanya tak berkurang, tapi, ia justru bertambah.

Cinta dan Benci dalam Pandangan Islam

Cinta (al-mahabbah) dan benci (al-Karahah) merupakan fitrah emosional yang dianugerahkan Allah kepada seluruh manusia. Dalam Islam, cinta seseorang harus berlandaskan ketaatan kepada Allah. Sebagaimana firman-Nya, “Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku (Rasulullah), niscaya  Allah mengasih dan mengampuni dosa-dosamu.” (QS. Al-Maidah ayat 31-32). Rasulullah juga bersabda, “Jauhilah sikap hasud, karena hasud itu niscaya akan memakan amal kebaikanmu layaknya api menghanguskan kayu bakar.” (HR. Abu Daud).

Makan Bersama-sama Lebih Berkah

Menurut keterangan Abu Daud, sahabat-sahabat Rasul pernah mengeluh. “Ya Rasul, sesungguhnya kami akan makan tapi tidak pernah kenyang.” Rasul lalu bertanya, “Boleh jadi kalian makan berpisah-pisah (sendiri-sendiri)?” Mereka pun menjawab, “Ya,”. Kemudian Nabi bersabda, “Berjamaahlah  kalian di waktu makan, sebutlah asma  (nama) Allah, niscaya kalian diberi keberkahan.” (HR. Imam Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Tirmidzi). Hadits ini menjelaskan bahwa Nabi menganjurkan agar makan hendaknya berjamaah (ramai- ramai).

Pertanda Hancurnya Sebuah Desa

Di riwayatkan oleh Ibnu Majah dan ad-Dailami dari Abu Hurairah, bahwa Nabi pernah bersabda, “Di saat terjadinya perampasan ayam-ayam oleh orang-orang kaya, maka binasalah orang-orang fakir dan (di saat itu) Allah mengizinkan hancurnya desa-desa itu.” Ibnu Hibban meriwayatkan dengan redaksi hadits yang berbeda. “Ayam-ayam itu, kambingnya orang-orang fakir umatku, sedangkan shalat jumat merupakan haji mereka.” Maksud dari hadits ini adalah, perampasan ayam dan hewan ternak oleh orang-orang kaya merupakan pertanda kehancuran sebuah desa. Sebab, pada saat itu, orang kaya telah menganiaya orang yang lemah.

Sebab Permusuhan Antara Islam dan Kristen

Menurut Muhammad Husain Haekal, penulis buku Hayatu Muhammad, kurangnya  pengetahuan pihak Barat tentang hakikat Islam dan sejarah Nabi adalah sebab utama yang menimbulkan permusuhan. Kurangnya pengetahuan tersebut sudah tentu merupakan sebab-sebab timbulnya sikap kaku dan fanatisme yang paling berat dan rumit. Dari abad ke abad, kurangnya pengetahuan demikian ini makin bertimbun dan kemudian menjelma  menjadi patung-patung dan berhala-berhala dalam jiwa generasi  berikutnya, yang untuk menghilangkannya tengu memerlukan kekuatan jiwa yang besar.

Oleh Uup Gufron
Labels: Pendidikan Islam

Thanks for reading MANUSIA DAN RELASI SOSIAL DALAM ISLAM BAGIAN 3. Please share...!

0 Comment for "MANUSIA DAN RELASI SOSIAL DALAM ISLAM BAGIAN 3"

Back To Top