Membahas Tentang Seputar Ilmu Agama Islam

Kala Wanita Menyongsong Panggilan Haji

Sajadah Muslim ~ Rentang waktu yang cukup lama saat menunaikan ibadah haji membuat setiap jamaah yang berangkat harus menyiapkan diri secara maksimal. Bagi jamaah haji perempuan, bahkan persiapan yang dilakukan seringkali lebih kompleks dibanding jamaah haji laki-laki. Ini bisa dimaklumi lantara kodrat alamiah dan jender mereka pun berbeda.

Hal-hal berikut seringkali menjadi sorotan jamaah haji perempuan. Bilamana memperhatikannya dengan saksama, mudah-mudahan segala kekurangan selama berhaji bisa diminimalisir.

MAHRAM

Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad berpendapat bahwa syarat wajib bagi haji wanita adalah adanya suami atau mahram yang menemaninya. Rasulullah saw bersabda, “Wanita yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir tidak boleh bepergian kecuali dengan mahram (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad dan Abu Ya’la). Hadits ini menjadi dasar untuk mengatakan bahwa perempuan tidak diperbolehkan bepergian lebih dari tiga hari kecuali dengan mahram.

Namun Imam Syafi’i dan Imam Malik berpendapat bahwa mahram tidak menjadi syarat wajib bagi wanita untuk menunaikan ibadah haji. Ia boleh pergi haji apabila ada teman  sesama wanita yang amanah yang menemani. Alasan  yang dikemukakan kedua Imam  besar tersebut adalah bahwa perintah menunaikan ibadah haji bersifat khusus, sedangkan larangan bepergian bagi perempuan yang dimaksudkan dalam hadits di atas bersifat umum (seperti berwisata, jalan-jalan dan lain-lain).

Dengan demikian, hakikatnya dalam fikih Islam tidak melarang wanita yang tidak mempunyai mahram yang menemaninya dalam berhaji untuk berhaji bersama sekelompok wanita lain yang amanah dan bisa menjaganya  sampai ke Tanah Suci dan pulang kembali ke rumah. Dalam konteks modern, sarana untuk menunaikan  ibadah  haji saat ini semakin mudah. Kita bisa mengikuti KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji) atau sejenisnya yang bisa membimbing pelaksanaan ibadah dan menjaga keselamatan kita sewaktu di Tanah Suci. Sebab itu, bila ada sekelompok orang yang amanah dan dapat menjamin keselamatan, maka tujuan tersebut sudah terpenuhi.

PERSIAPAN FISIK

  • General  Check Up : Dilakukan beberapa bulan sebelum keberangkatan. Ini sangat berguna untuk mengantisipasi munculnya penyakit kronis yang sudah bersemayam di tubuh  sebelumnya. Mulailah pula latihan fisik seperti jogging dan berenang secara rutin untuk membentuk stamina. Sebab ibadah haji sangat menuntut fisik yang prima dan mental yang baik.
  • Meninggalkan Anak Yang Belum Dewasa di Rumah : Jamaah haji perempuan   yang memiliki anak di bawah umur seringkali dilanda kecemasan berlebihan meninggalkan anak mereka dalam rentang waktu lama. Karena itu, titiplah pada orang yang tepat dan terpercaya, supaya pikiran selama beribadah  menjadi fokus dan tenang.
  • Data Keperluan Pribadi  Yang Harus Di bawa : Persiapkan pakaian sehari-hari yang disesuaikan dengan lama di Tanah Suci. Lalu mukena  (atasan saja) minimal 2 pasang, tunik putih atau rok putih untuk ihram 2 pasang, kaos  kaki beberapa pasang, selimut tipis, sandal, obat-obatan pribadi, gunting, kantong plastik, payung, senter dan uang. Untuk kemudahan, bahwa uang riyal (mata uang Arab Saudi) recehan 1, 5, 10, dan 50 riyal, yang berguna untuk tips para porter di Bandara Jeddah. Lalu tandai koper, tas jinjing, dengan tanda mencolok seperti pita berwarna terang atau stiker yang menyala. Ini mempermudah untuk mencari koper di antara ratusan koper lain yang sama. Lalu bawa perlengkapan mandi dalam tas kecil atau travelling bag. Mengenai tas yang di bawah, ada beberapa tas yang mungkin bisa di bawah jika tidak terlalu repot. Tas paspor, untuk menyimpan uang, paspor, foto diri serta nomor telepon ketua rombongan yang bisa dihubungi. Jika tas hilang, yang menemukan dapat menghubungi nomor tersebut. Tas jinjing kecil dan untuk di bawah dalam bus, yang berisi beberapa potong pakaian atau kaos muslim, mukena untuk wanita, handuk kecil, perlengkapan mandi, sunblock, body lotion, dan lain-lain. Travel  bag/koper kecil, untuk dibawah di Mina (perkemahan). Jika bawah ponsel, bawahlah telpon genggam yang biasa saja dan charger, serta kamera digital (kalau ada dan perlu) beserta chargernya.

PENUNDA HAID, JIKA PERLU

Fatwa ulama membolehkan menunda haid selama dalam tujuan melaksanakan ibadah haji. Saat ini banyak dijual obat pengatur haid bagi perempuan. Sayangnya, banyak yang justru malah menyepelekan penggunaannya secara berlebihan. Pemakaian obat pengatur haid ini tentu memiliki dampak yang tidak sama untuk setiap wanita. Penundaan haid tidak bisa dilakukan mendadak. Mintalah sebulan sebelumnya, karena dokter perlu tahu persis siklus haid yang bersangkutan.

Perlu diketahui juga bahwa pemakaian obat pengatur haid  secara berlebihan memilki efek samping yang berbeda-beda kepada setiap pemakainya. Karena pemakaiannya harus diatur sesuai jadwal. Baiknya jika obat pengatur  haid digunakan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Contoh, jika sudah mengetahui kapan akan haid, maka obat harus segera diminum sehingga lebih efektif waktu dan pemakaian obatnya.

Namun upaya “menunda“ datangnya haid ini kemungkinan saja tetap mengalami kegagalan. Karenanya perlu ada antisipasi agar tetap dapat memenuhi syarat pelaksanaan ibadah haji. Misalnya terjadi bercak. Kalau sudah begini, tambahkan satu pil setiap hari dan kurangi aktifitas sebanyak mungkin. Konsumsi juga obat yang membantu pendarahan. Jangan lupa menghentikan tambahan pil satu hari setelah pendarahan berhenti.

Jika pendarahan tidak kunjung berhenti, itu bukanlah haid, tetapi kondisi yang terjadi akibat reaksi hormon yang tidak wajar sehingga perempuan muslim yang sedang menjalankan ibadah haji tidak perlu cemas karena tetap bisa menjalankan semua ritual ibadah haji. Yang terpenting  harus terlebih dahulu membersihkan daerah kewanitaannya, mengganti pembalut dan berwudhu sebelum beribadah.
Yang perlu di garis bawahi, bagi wanita yang sedang haid bisa melakukan semua rukun dan kewajiban saat haji atau umrah kecuali ritual Thawaf (juga larangan memegang Al-Qur’an, shalat wajib maupun sunnah). Tidak diperbolehkan  wanita tersebut  melakukan Thawaf sebelum haidnya berhenti dan ia harus melakukan Ghusl (mandi besar) terlebih dulu. Dari Aisyah ra yang saat itu sedang dalam keadaan haid saat berhaji lalu berkata, “Lakukan apa saja seperti para jamaah haji lainnya lakukan. Tapi jangan Thawaf  mengelilingi Ka’bah kecuali kamu sudah bersih/ suci.

WASPADA

Meskipun sudah merasa hafal karena sudah cukup lama tinggal di Mekkah dan Madinah, jamaah haji perempuan yang kini masih berada di tanah suci tetap bersikap waspada. Sebaiknya tidak pergi sendirian sekalipun pergi mengikuti shalat berjamaah di masjid, baik di Mekkah dan Madinah, terutama saat masuk lift. Ini dikarenakan seiring terjadinya kasus pelecehan seksual yang mengarah ke percobaan perkosaan terhadap jamaah haji Indonesia. Usahakan ke mana pun pergi harus berteman beberapa orang  jamaah haji wanita lainnya. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi hal yang sangat riskan dan mencegah tindakan-tindakan yang akan merugikan kaum perempuan.

NIAT DAN TEKAD DI ATAS SEGALANYA

SW, seorang karyawati yang telah berhaji dua tahun lalu, mengisahkan bahwa persiapan fisik dan hati sangat diutamakan dibanding yang lainnya. Setelah melakukan General Check Up, calon  jamaah haji sebaiknya mengikuti saran dokter untuk rajin berolahraga dan menjaga pola hidup yang sehat.

Jangan terlalu risaukan urusan perut dan perlengkapan lainnya kendati memang diperlukan. Misalnya membawa bekal makanan seperti lauk-pauk dan penganan lain, atau membawa baju berlebihan, serta aksesoris dan perlengkapan wanita lainnya. Sebab di Mekkah pun segala keperluan tersebut mudah di dapat bahkan dengan harga yang terjangkau pula. “Malah terbilang lebih murah di Mekkah ke timbang di Tanah Air sendiri. Seperti baju seharga Rp. 50.000,- saja  ada kok!” tekannya.

Segala keperluan yang bersifat fisik, menurutnya tentu bisa diantisipasi dengan bekal uang. Dengan kata lain, bila mana aksesoris tidak terbawa, cukup beli di Tanah Suci saja.

Yang paling utama diatas segalanya adalah justru  untuk membulatkan niat dan tekad untuk memaksimalkan tenaga untuk ibadah haji, seberapa beratpun rintangannya. Sebab hal-hal kecil yang menyulut emosi kadangkala membuat jamaah lupa diri dan gampang marah. Padahal dengan begitu, mereka  sedang dijauhkan dari tujuan haji yang sesungguhnya. Menjadi pribadi  paripurna usai menjadi tamu khusus Allah.

Referensi : Berbagai Sumber.
Labels: Ibadah Haji, Ibadah Kaum Wanita

Thanks for reading Kala Wanita Menyongsong Panggilan Haji. Please share...!

1 Comment for "Kala Wanita Menyongsong Panggilan Haji"

This comment has been removed by the author. - Hapus

Back To Top