Sajadah Muslim ~ Kalimat La ilaaha illallah mengandung dua rukun, yaitu pertama : (La ilaaha) sebagai penafian segala sesuatu yang diibadahi dengan sebenarnya selain Allah SWT, kedua : (illallah) sebagai penetapan bahwa Allah-lah yang berhak untuk diibadahi dengan sebenar-benarnya.
Allah SWT berfirman : “Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya : “Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhan yang menjadikanku. Karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku”. (QS. Az-Zukhruf : 26-27).
Maka tidak cukup beribadah pada Allah, tetapi hendaklah ibadah tersebut hanya ditujukan pada Allah SWT semata. Tauhid tidaklah sah melainkan dengan menggabungkan antara pengesaan Allah dengan tauhid dan berlepas diri dari tauhid dan pelakunya. Diriwayatkan dalam sebuah atsar (riwayat) bahwa kunci surga adalah La ilaaha illallah, akan tetapi apakah setiap orang yang mengucapkannya berhak dibukakan pintu surga untuknya ? Seseorang bertanya kepada Wahb bin Munabbih ra : “Bukankah (La ilaaha Illallah) itu kunci pintu surga ? Beliau menjawab : “Ya, tetapi setiap kunci mempunyai gerigi, jika anda membawa kunci yang bergerigi, maka pintu surga dibukakan untukmu, tetapi jika kunci anda tak bergerigi, maka tidak akan dibukakan untukmu”.
Banyak hadist Rasulullah SAW yang menerangkan tentang gerigi kunci ini, seperti sabda Beliau SAW : “Siapa saja mengucapkan la ilaaha illallah dengan ikhlas, dengan hati yang yakin, dia benar-benar mengucapkannya dari lubuk hatinya”. Dan ungkapan lain, dimana hadist-hadist tersebut mengaitkan masuknya surga dengan mengetahui makna La ilaaha illallah, tetap teguh kepada-Nya sampai ajal datang, tunduk dan patuh terhadap maksud-Nya, dll.
Baca juga :
Allah SWT berfirman : “Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya : “Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhan yang menjadikanku. Karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku”. (QS. Az-Zukhruf : 26-27).
Maka tidak cukup beribadah pada Allah, tetapi hendaklah ibadah tersebut hanya ditujukan pada Allah SWT semata. Tauhid tidaklah sah melainkan dengan menggabungkan antara pengesaan Allah dengan tauhid dan berlepas diri dari tauhid dan pelakunya. Diriwayatkan dalam sebuah atsar (riwayat) bahwa kunci surga adalah La ilaaha illallah, akan tetapi apakah setiap orang yang mengucapkannya berhak dibukakan pintu surga untuknya ? Seseorang bertanya kepada Wahb bin Munabbih ra : “Bukankah (La ilaaha Illallah) itu kunci pintu surga ? Beliau menjawab : “Ya, tetapi setiap kunci mempunyai gerigi, jika anda membawa kunci yang bergerigi, maka pintu surga dibukakan untukmu, tetapi jika kunci anda tak bergerigi, maka tidak akan dibukakan untukmu”.
Banyak hadist Rasulullah SAW yang menerangkan tentang gerigi kunci ini, seperti sabda Beliau SAW : “Siapa saja mengucapkan la ilaaha illallah dengan ikhlas, dengan hati yang yakin, dia benar-benar mengucapkannya dari lubuk hatinya”. Dan ungkapan lain, dimana hadist-hadist tersebut mengaitkan masuknya surga dengan mengetahui makna La ilaaha illallah, tetap teguh kepada-Nya sampai ajal datang, tunduk dan patuh terhadap maksud-Nya, dll.
Baca juga :
- Akhlak Tercela Dalam Islam
- Perilaku Yang Mencerminkan Cinta Terhadap Al-Quran
- Hakikat Cinta Kepada Allah SWT
- Keutamaan Menuntut Ilmu Agama
- Adab Makan dan Minum Dalam Islam
- Adab Sebelum Tidur Dalam Islam
Berdasarkan dalil-dalil, para ulama mengambil kesimpulan tentang syarat-syarat yang mesti dipenuhi, dalam kondisi terhindar dari segala faktor penghalang, sehingga kalimat La ilaaha illallah menjadi kunci pembuka pintu surga, dan berguna bagi orang yang mengucapkannya, dan syarat-syarat itu adalah gerigi kunci tersebut ialah :
- Ilmu (pengetahuan), karena setiap kalimat memiliki makna, maka anda wajib mengetahui makna La ilaha illallah dengan pengetahuan yang bertentangan dengan sifat ketidak tahuan, yaitu menafikan atau meniadakan sifat ketuhanan dari selain Allah SWT, lalu menetapkannya untuk Allah SWT semata, artinya tidak ada yang berhak disembah atau diberikan ibadah kecuali Allah. Allah SWT berfirman : “Kecuali orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka mengetahui(nya)”. (QS. Az-Zukhruf : 86). Rasulullah SAW bersabda : “Siapa saja meninggal dunia, sementara dia mengetahui bahwa tidak ada Tuhan yang hak kecuali Allah, pasti masuk surge”. (HR. Muslim).
- Yakin, benar-benar menyakini akan maksudnya, karena kalimat ini sama sekali tidak menerima keraguan, prasangka dan kebimbangan, akan tetapi wajib bertopang kepada keyakinan yang pasti dan kuat. Allah berfirman menyebutkan sifat-sifat orang mukmin : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar”. (QS. Al-Hujurat : 15).
- Menerima apabila anda telah mengetahui dan meyakini, maka sepatutnya pengetahuan yang berkeyakinan ini memiliki pengaruh, yaitu menerima setiap apa yang dituntut oleh kalimat ini dengan hati dan lidah. Jadi siapa saja menolak panggilan tauhid dan tidak menerimanya, maka dia itu kafir, baik penolakan itu tentang orang kafir yang menolak kalimat ini dengan sombong. Firman Allah SWT : “Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka : “La ilaaha illallah” (Tiada Ilah yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri”. (QS. As-Shaaffaat : 35).
- Tunduk dan Patuh. Tauhid membutuhkan ketundukan yang sempurna. Ini merupakan pembuktian dan bentuk pengamalan dari keimanan. Hail ini terwujud dengan mengamalkan apa yang telah Allah syariatkan dan meninggalkan apa yang Dia larang. Sebagaimana firman Allah SWT : “Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kapada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan”. (QS. Luqman : 22). Inilah ketaatan yang sempurna.
- Kejujuran dalam mengucapkannya, kejujuran yang menghapus kedustaan, Karena siapa saja yang mengatakannya dengan lidahnya saja, sedangkan hatinya mendustai kalimat itu maka dia orang munafik. Firman Allah SWT : “Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya”. (QS. Ali Imran : 167).
- Kecintaan, seorang mukmin mencintai kalimat ini dan senang mengamalkannya sesuai dengan tuntutannya, juga mencintai orang-orang yang mengamalkannya. Bukti kecintaai seorang hamba kepada Rabbnya yaitu mendahulukan kecintaan Allah SWT, meskipun bertentangan dengan hawa nafsunya, loyal terhadap orang yang cinta Allah dan Rasul-Nya, memusuhi orang yang memusuhi-Nya, dan mengikuti Rasul-Nya, serta menuruti jejak langkahnya dan menerima petunjuknya.
- Ikhlas, tiada yang ia inginkan dari mengucapkan kalimat ini kecuali Allah SWT semata. Allah berfirman : “Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus”. (QS. Al-Bayyinah : 5).
Meskipun syarat-syarat di atas sudah terpenuhi, namun harus tetap berpegang teguh dan konsisten di atas kalimat La ilaaha illallah sampai ajal tiba.
Labels:
Pendidikan Islam
Thanks for reading Makna Kalimat Syahadat. Please share...!
0 Comment for "Makna Kalimat Syahadat"