Membahas Tentang Seputar Ilmu Agama Islam

Ceramah Kultum: Membentuk Kepribadian Yang Islami

Sajadah Muslim ~ Kepada yang terhormat para alim ulama, para pejabat pemerintah baik sipil maupun militer, para ustadz dan ustadzah, para bapak, ibu, hadirin dan hadirat yang dimuliakan Allah swt.


Mengawali pertemuan kita melalui mimbar kultum kali ini, pertama­tama, marilah kita panjatkan puji  syukur kepada Allah, Tuhan sarwa sekalian alam. Shalawat dan salam, semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad saw yang telah menunjukkan kita pada jalan yang lurus, jalan  yang menuju kebahagiaan  dan keselamatan hidup  di dunia  dan akhirat.

Hadirin dan Hadirat sekalian yang saya hormati

Sebagai satu-satunya agama yang  tinggi  dan diridhai Allah swt. Islam telah mengajarkan bagaimana   seharusnya pandangan dan sikap hidup seorang muslim dalam menghadapi  berbagai  persoalan yang dihadapi dalam hidupnya. Di antara sikap hidup yang periu diikrarkan, dilatih dan dikembangkan  dalam  kehidupan dan pergaulan sehari-hari agar menjadi kebiasaan dan mengakar ke dalam kepribadiannya   sebagai seorang muslim yang  balk, yaitu:

Pertama:  Mengucapkan kalimat Syahadat, Mengucapkan dua kalimat syahadat, menjadi dasar utama  dalam membangun kehidupan dan  cita-cita. Kalaulah diibaratkan membangun sebuah bangunan, maka  kalimat syahadat laksana pondasi utamanya. Pondasi itu perlu diperkuat dan diperkokoh, sehingga   kontruksi bangunan yang  ada di atasnya tidak mudah retak dan roboh, tidak lekang karena panas dan tidak lapuk karena hujan.

Persaksian dengan mengucapkan dua kalimat syahadat itu memiliki makna yang sangat penting bagi kehidupan seorang muslim. Sehingga terbentuklah kepribadian seorang muslim yang tangguh dan beridentitas Islam, di manapun dan dalam kondisi apapun. Sebagaimana firman Allah swt :

"Saksikanlah, bahwa kami  adalah orang-orang yang menyerahkan diri kepada Allah (orang-orang  muslim)." (QS. Ali  Imran: 64).

Kedua: Mengucapkan Basmalah,  dengan meagucapkan  bismillaahir rahmaanir rahiim, artinya:  "Dengan  nama Allah Yang Maha  Pengasih lagi Maha Pernurah,"  ketika memulai  suatu pekerjaan  yang baik. Ucapan basmalah  yang bersumber  dari dalam lubuk hati secara ikhlas, menunjukkan pengakuan  kita  akan kekuasaan dan kebesaran Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang. Kita menyadari  sepenuhnya   bahwa berhasil atau tidaknya suatu pekerjaan  atau usaha yang kita lakukan tergantung atas kehendak  dan izin Allah swt. Usaha dan perjuangan yang kita lakukan hanyalah sebagai suatu  bentuk ikhtiar saja. Setiap pekerjaan yang tidak dimulai dengan basmalah akan terputus dari berkah dan rahmat Allah. Nabi  saw bersabda: "Tiap-tiap  perkara (pekerjaan)  yang tidak dimulai  dengan menyebut  nama Alah Yang Maha Pengasih lagi Maha Pemurah akan  terputus (dari  rahmat  Allah)." (HR. Bukhari).

Ketiga: Membaca Tahmid (memuji Allah), ketika kita menutup atau mengakhiri suatu pekerjaan,   hendaklah mengucapkan hamdalah, bertahmid (memuji kepada Allah swt). Sebagai contoh yang sederhana, ketika mulai makan atau minum bacalah bismillaahir  rahmaanir  rahiim, artinya:  "Dengan  nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Pemurah." Dan setelah selesai makan ucapkanlah    hamdalah.

Ucapan  tahmid itu, berarti sekaligus kita menyatakan syukur atas nikmat yang dikaruniakan Allah swt. Membaca  tahmid, hendaklah tetap dilakukan tanpa memandang apakah pekerjaan yang dilakukan itu berhasil atau belum Seandainya pekerjaan itu belum berhasil, maka dengan ucapan tahmid itu kita telah melakukan pujian kepadaAllah swt. Bertahmid dan membaca hamdalah hendaklah tetap diucapkan ketika mengakhiri setiap pekerjaan baik telah berhasil ataupun sebaliknya. Dengan mengucapkan  tahmid, utamanya di waktu belum berhasil, merupakan indikasi dari manifestasi kebesaran dan kelapangan jiwa bahwa kita  mampu  menerima  semua  itu dengan  lapang  dada dan penuh kepasrahan kepada Tuhan Yang Kuasa lagi Maha Menentukan.

Hadirin dan hadirat sekalian yang saya hormati

Keempat: Mengucapkan Insya Allah. Sebagai manusia, tidak mungkin kita hidup tanpa menjalin hubungan dengan orang lain baik dalam perkumpulan, di tempat kerja, bersama tetangga, dalam lingkungan keluargadan lain sebagainya, bahkan seringkali kita membuat janji, ikatan dan yang semisalnya. Di samping itu, kita juga tidak bisa terlepas dari suatu rencana yang telah  kita susun yang tentunya kita berharap dan berusaba  untuk  dapat  terlaksana  dan berhasil  dengan  baik. Tetapi dalam tataran pelaksanaannya tidak sedikit kita menemukan kendala dan berbagai kesulitan yang berada di luar jangkauan dan perhitungan kita yang tidak dapat kita atasi dan tidak dapat menemukan solusinya. Sebab semua itu pada  tingkat  akhirnya  hanyalah  tergantung  dan ditentukan oleh kehendak dan takdir Allah swt. 

Oleh karena itu, dalam menghadapi suatu janji atau membuat rencana seorang muslim hendaklah mendasarkannya pada kehendak kekuasaan Allah dan biasakan mengucapkan insya Allah. Karena manusia bisa merencanakan  tetapi Tuhanlah yang menentukan.

Kelima: Beristighfar (memohon ampun kepada Allah).  Sebagai manusia,  kita tidak mungkin sunyi dari kesalahan dan kekhilafan. Apabila kita terlanjur dan terpeleset  melakukan kesalahan dan dosa baik dosa kecil, utamanya dosa besar, maka bersegeralah beristighfar memohon ampun kepada Allah swt. Karena Allah sangat menyukai kepada hamba-Nya yang segera bertobat  memohon ampun kepada­ Nya, dan Dia adalah Tuhan Yang Maha Pengampun. Allah swt.  berfirman:

"Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingatakan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang  mereka mengetahui." (QS. Ali Imran:  135)

Penyesalan yang timbul dalam jiwa  seseorang, sehabis melakukan kesalahan merupakan sebuah sikap jiwa yang baik. Penyesalan yang timbul dengan penuh kesadaran disertai dengan kebulatan tekad untuk tidak mengulangi kesalahan dan dosa itu lagi, merupakan sikap orang yang bertobat.

Sehingga dengan begitu, timbullah rasa optimisme di dalam memandang hari esok dengan penuh harapan. Bagi seorang muslim harus yakin bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Betapapun besarnya dosa yang kita lakukan, jika kita benar-benar bertobat kepada-Nya, niscaya Dia akan mengampuninya. Karena Tuhan sangat menyukai hamba-Nya yang bertobat dan mem­ bersihkan  diri dari kesalahan dan dosa yang pernah dilakukannya.

Keenam: Mengucapkan Hauqalah, di dalam menjalani kehidupan dan perjuangan, tidak sedikit kita bertemu dengan rintangan dan kesulitan yang terasa begitu berat dan melelahkan bahkan mungkin berada di luar jangkauan kemampuan kita. Namun betapapun hebatnya gempuran yang bertubi-tubi dan rintangan yang datang silih berganti, sebagai seorang muslim kita tidak boleh sesak nafas, apalagi sampai putus asa, kehilangan pegangan dan arah. Pada saat segala kekuatan lahiriah tidak mampu mengatasi keadaan, maka haruslah ditumbuhkan kekuatan rohaniah bahwa "Tiada daya dan kekuatan  kecuali dari Allah semata."

Hadirin dan hadirat sekalian yang saya hormati

Demikianlah kultum yang dapat saya sampaikan dalam kesempatan kali ini, semoga kita benar-benar  menjadi muslim yang memiliki kepribadian sebagai seorang muslim yang sejati, hingga akhir hayat kita tetap berpegang teguh pada Islam, amin. Akhirnya, terima kasih atas perhatiannya  dan mohon maaf atas kesalahan dan kurang lebihnya. Hadanallah waiyyakum ajma'in, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Oleh Ust. Abdullah Farouk & Ust. Ibnu Hasan
 
Labels: Kumpulan Ceramah Kultum

Thanks for reading Ceramah Kultum: Membentuk Kepribadian Yang Islami. Please share...!

0 Comment for "Ceramah Kultum: Membentuk Kepribadian Yang Islami"

Back To Top