Sajadah Muslim ~ Setiap Muslim berkeyakinan bahwa segala kebaikan dan keburukan itu terjadi menurut takdir Allah, dan kehendak-Nya, serta diketahui dengan ilmu-Nya. Namun menjalankan perbuatan baik atau buruk itu, timbul atas pilihan hamba-Nya, sendiri sedang memperhatikan perintah dan larangan-Nya adalah wajib bagi seorang hamba.
Oleh karena itu, ia tidak boleh berbuat maksiat dengan dalih bahwa demikian itu sudah ditakdirkan oleh Allah, telah mengutus Rasul-Rasul-Nya serta menurunkan kitab-kitab, agar Rasul-Rasul itu menjelaskan jalan menuju kebahagian dan jalan menuju kesengsaraan.
Demikian pula Allah telah memuliakan manusia dengan akal pikiran dan menerangkan kepadanya jalan yang sesat dan benar.
Firman Allah : “Sesungguhnya Kami telah mununjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.” ( Q.S. Al-Insan : 3 )
Oleh karena itu apabila meninggalkan shalat atau minum arak, Ia berhak dihukum karena melanggar perintah/larangan Allah dan pada saat itulah ia harus bertaubat dan menyesali perbuatan maksiatnya.
Qadar adalah rahasia yang tersembunyi, tidak ada seorang makhluk pun yang mengetahuinya kecuali setelah takdir itu terjadi, dan kehendak hamba terhadap apa yang dilakukannya adalah mendahului perbuatannya. Jadi, kehendaknya untuk berbuat, tidaklah berdasarkan pada pengetahuan tentang takdir Allah. Oleh karena itu, pengakuannya bahwa Allah telah menakdirkan kepadanya demikian dan demikian adalah pengakuan yang bathil, karena ia telah mengaku mengetahui yang ghaib, sedangkan perkara ghaib itu hanyalah diketahui oleh Allah. Dengan demikian, argumennya batal, sebab tidak ada argumen bagi seseorang mengenai sesuatu yang tidak diketahuinya.
Baca juga : Pengertian Iman Kepada Qadar (Takdir)
Pada dasarnya memang segala sesuatu adalah ciptaan Allah subhanahu wata’ala, apa yang Dia kehendaki pasti terjadi dan apa yang tidak Dia kehendaki maka tidak akan terjadi. Hanya Allah sendirilah yang bukan makhluk, baik Dzat maupun sifat-sifat-Nya, sedangkan selain Dia adalah makhluk, Dialah Al-Khaliq. Dan di antara makhluk Allah subhanahu wata’ala adalah kebaikan dan keburukan, segala yang baik dan segala yang buruk. Makhluk ciptaan Allah yang baik misalnya malaikat dan para nabi, dan makhluk Allah yang buruk misalnya Iblis dan para penentang rasul seperti Abu Lahab, Abu Jahal dan orang yang semisalnya.
Firman Allah : “Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS.Hud:7)
Firman Allah : “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. 67:2)
Firman Allah : “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.” (QS. 76:2)
Referensi : Berbagai Sumber
Labels:
Pendidikan Islam,
Seputar-Islam
Thanks for reading JANGAN BERALASAN DENGAN TAKDIR. Please share...!
0 Comment for "JANGAN BERALASAN DENGAN TAKDIR"