Sajada Muslim ~ Makan, minum adalah pemenuhan aspek manusia, agar kebutuhan-kebutuhan ini sekedar pemenuhan tanpa makna, Nabi Muhammad saw menggariskan aturan-aturan yang argumnentasinya jelas, manusia jangan sampai jadi sekedar hewan saat ia memenuhi kebutuhan-kebutuhan biologisnya. Aturan-aturan ini juga dimaksudkan agar pemenuhan kebutuhan hewani tetap dapat menjadi sarana manusia untuk meraih kemuliannya.
Lalu, bagaimanakah makan secara mulia yang diajarkan oleh Nabi saw? Amir bin Abi Salamah dalam sebuah hadits shahih menyebut bahwa Nabi saw telah mengajarkan mengucapkan/membaca Bismillah dan menggunakan tangan kanan setiap kali makan. Aisyah ra juga menyebut ajaran Nabi saw ini dalam hadits riwayat Abu Daud dan Tirmizi. Demikian ringan dan remeh ajaran ini namun kandungan hikmahnya amatlah tinggi.
Penyebutan asma Allah swt adalah pernyataan rohani bahwa makan seseorang terkait langsung dengan Allah swt. Lontaran lisan ini juga pernyataan tak ada pihak lain yang terlibat dalam aktivitas makan itu selain si Fulan.
Imam Muslim meriwayatkan hadits dari Jabir ra bahwa Rasulullah telah bersabda : ”Apabila seseorang masuk kedalam rumahnya dengan mengucapkan atau membaca Bismillah saat masuk dan ketika makan, maka setan berkata pada temannya, tiada tempat tinggal dan tiada bagian makanan bagi kamu di sini. Dan setan berkata, “Kamu dapat bermalam di rumah ini, lalu jika diwaktu malam tak dapat disebut nama Allah, setan berkata pada temannya, “Kamu dapat bermalam dan makan disini.”
Jelas, penyebutan asma Allah menjadi semacam manifesto ketidak hadiran setan, jika kita lalai dan melupakannya menyebut asma Allah, berarti setan telah kita undang untuk makan bersama kita. Dan bila setan di sisi kita, amal kita berarti telah siap menuju jalan yang rusak dan nista.
Abu Daud meriwayatkan hadits yang menjadi jawaban pertanyaan ini, ”Ketika Rasulullah saw sedang duduk ada seseorang yang sementara makan tanpa menyebut nama Allah, hingga makanannya tersisa di piringnya tinggal sesuap, seketika disaat makanan sesuap itu akan dimasukkan ke mulutnya ia baru mengingat membaca Bismillah awwaluhu wa akhiruhu, mendadak Nabi saw tertawa dan bersabda, ”Setan makan bersama dia sepanjang makannya tadi, namun ketika ia menyebut nama Allah setan kontan memuntahkan isi perutnya.”
Makan Dengan Tiga Jari
Setiap kali nama Allah swt kita sebut, keberkahan datang, makanan yang disantap seseorang secara spiritual meningkat kualitasnya. Berkah ini menurut Nabi saw, turun tepat ditengah-tengah makanan. (HR.Abu Daud dan Tirmidzi)
Setelah itu Nabi saw menganjurkan seseorang memakan makanan dari pinggir-pinggir piringnya agar keberkahan itu dapat dirunut dari awal sampai akhir. Nabi saw juga menggariskan, makanan mesti dihabiskan seluruhnya, bahkan yang menyisa di-jari jari tangan, karena kita tak pernah tahu di bagian mana berkah Allah hadir pada makanan itu. (HR.Bukhari dan Muslim)
Keberkahan ini menjadi nilai standar porsi makan seseorang,makanan yang terpenuhi aspek berkahnya akan memberi konsekuensi seseorang makan dalam jumlah yang cukup, tidak berkelibihan Nabi menunjukkan hal ini dalam hadits riwayat Tirmidzi, Aisyah berkata: ”Ketika Rasulullah saw sedang makan-makan bersama enam orang sahabatnya mendadak datang seorang Badui yang lantas memakan semua hidangan hanya dalam dua kali suap telah dihabiskannya. Maka Nabi saw bersabda, “Seandainya ia menyebut nama Allah tentu (jumlah makanan yang ia telah santap itu) akan mencukupi kamu sekalian.”
Tidak berkelebihan dalam jumlah, tidak berkelebihan pula dalam prosesnya. Orang Badui itu tentulah menggunakan seluruhnya jari tangannya untuk memakan makanan tadi. Nabi saw menggambarkan betapa tidak baiknya hal itu, beliau memberikan contah makan dengan tiga jari tangan (HR.Muslim), sebab makan yang berkah memang hanya perlu tiga jari tangan dalam prosesnya. Makanan yang dimasukkan ke mulut akan pas jumlahnya untuk dikunyah dan dicerna secara berturut-turut. Kita tak akan tersedak dan makanan maksimal bermetamorfosa menjadi zat-zat yang diperlukan melangsungkan hidup kita.
Keberkahan itu mesti dijaga sepanjang makan. Nabi saw melarang kita mencaci makanan karena hal itu melunturkan berkah Allah dan membaut kita jadi orang tak bersyukur. Kita diperbolehkan meninggalkan makanan jika tak menyukainya, dan jangan lupa dan kita perbiasakan akhiri makan dengan mengucapkan Alhamdulillah. Baca juga : Akhlak Terpuji Dalam Islam
Sumber : Rahasia Sunnah-Sunnah Nabi Oleh PT Variasari Malindo
Labels:
Pendidikan Islam
Thanks for reading Bagaimana Cara Makan Nabi ?. Please share...!
0 Comment for "Bagaimana Cara Makan Nabi ?"